Share

Bagian 1

Penulis: nanananomj
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-25 23:52:54

"Mama bercanda ya? Aku gak mau ah dijodoh-jodohin begitu," protes Kanara. Sesaat setelah ia menerima telepon dari sang ibu yang mengatakan akan menjodohkannya, Kanara langsung pergi menemui ibunya untuk meminta penjelasan.

Lina yang sedang sibuk memilih dress untuk acara makan nanti malam tersenyum. "Serius, Kana. Mama mana pernah bercanda coba? Ini buktinya Mama lagi milih dress yang cocok buat dipakai nanti malam."

Kanara menjerit frustasi, ia mengacak-acak rambutnya kasar sembari berjongkok. "Tapi ini terlalu tiba-tiba, Ma. Bahkan Kana aja baru putus hari ini lho, masa udah main jodoh-jodohin aja? Lagian Kana juga gak mau ah, Kana masih terlalu muda untuk nikah, Kana masih mau ngejar karir dulu. Gak mau pokoknya gak mau!"

Lina menghela napasnya. Ia menjeda kegiatannya yang sibuk memilah-milah baju, lalu menarik tangan Kanara untuk bangkit dari posisi berjongkoknya. "Dengerin Mama dulu deh. Sebenarnya ini tuh gak tiba-tiba banget lho, Mama sama Papa memang udah berencana jodohin kamu, udah diomongin juga dari lama sama orang tuanya calon kamu. Tapi karna kamu terlalu buta sama pacar kamu—"

"Udah mantan, Ma," koreksi Kanara.

"Iya! Karna kamu terlalu buta sama mantan pacar kamu yang namanya Randi itu, jadi ya Mama biarin aja. Toh ujung-ujungnya kamu sadar juga kan kalau Randi itu cuma manfaatin kamu doang? Terus masalah karir, ya ampun kamu itu masih bisa berkarir walaupun udah menikah, Kanara. Calon suami kamu itu orang kaya, menikah gak akan bikin hidup kamu berubah drastis. Kamu tetap bisa berleha-leha dan gak mengerjakan pekerjaan rumah karna Mama yakin calon suami kamu sudah menyediakan asisten rumah tangga untuk kalian. Jadi kamu tenang aja, oke?"

Kanara menghela napasnya mendengar penjelasan panjang Lina. Ia mendudukkan dirinya di ujung kasur yang ada di kamar orang tuanya. Wajahnya cemberut, masih tak menerima alasan yang diberikan oleh sang ibu padanya.

"Ya walaupun gak beda drastis, tetep aja nanti kalau udah nikah aku harus liat muka dia setiap hari. Ini posisinya aku gak kenal sama dia lho, Ma. Masa Mama tega biarin aku tinggal berdua sama orang asing?" ujar Kanara dengan ekspresi nyalang. Ia benar-benar tak terima dengan keputusan yang diambil oleh kedua orang tuanya.

Baginya perjodohan itu sangat konyol.

"Kan malam ini kalian kenalan, jadi gak bakal asing lagi dong, Sayang. Mama yakin kamu bakal jatuh cinta sama dia dengan sekali lihat, soalnya calon mantu Mama itu cakep banget, Kana." Lina berucap dengan ekspresi wajah berbunga-bunga, membuat Kanara yang melihat itu memutar bola matanya malas.

"Alah, Mama pasti cuma melebih-lebihkan aja. Paling juga orangnya tua kan, Ma?" balas Kanara sebal.

"Bukan tua, tapi dewasa, Kanara. Umurnya baru tiga puluh tahun, cocok sama kamu yang baru dua puluh tiga tahun," ucap Lina dengan senyum menghiasi wajahnya.

Kanara melotot mendengar itu. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai bentuk penolakan. "Mama gila ya?! Tiga puluh tiga tahun? Ya ampun, Mah, itu bedanya tujuh tahun lho sama Kana, jauh bangettt. Kana tuh pengennya empat tahun aja bedanya, bukannya tujuh tahun!"

"Ih, masih untung lho tujuh tahun, kalau sepuluh tahun gimana? Lagian kamu ini banyak protes, enak tau beda tujuh tahun tuh, kamu bisa manja-manja sama dia."

Kanara bersungut-sungut, "Ah tau deh, Kana pusing, mau tidur siang dulu!"

"Ya udah sana, jangan lupa persiapkan buat nanti malam, kamu harus tampil cantik dan membahana ya, Sayang."

•••

"Lo serius nerima perjodohannya gitu aja?" tanya Araya, ia memandang kembarannya dengan raut tak habis pikir. Tak percaya bahwa Arayi bisa menerima perjodohan begitu saja.

Arayi menganggukkan kepalanya. "Yah, gak enak juga kalau harus melajang terlalu lama. Umur gue udah tiga puluh tahun, udah saatnya buat berumah tangga."

Araya mendengkus kasar mendengar itu, "Gue juga tiga puluh tahun kalau lo lupa, kita kembar Arayi."

"Gue ingat kok, mungkin habis ini lo yang bakal dijodohin," kata Arayi yang sontak mengundang delikan dari sang kembaran.

"Gue bakal nolak, gak mau gue lempeng-lempeng aja dan nurut kalau dijodohin. Gue lebih berprinsip daripada lo yang cuma iya-iya aja waktu diminta nyokap buat nikah. Gak berpendirian sama sekali," sindir Araya.

"Ya mau gimana lagi. Cuma cara ini yang bisa gue lakuin buat Bunda. Gue gak bisa apa-apa selain ngelakuin ini." Arayi berujar pelan, ia menghembuskan napasnya pelan. Kepalanya menunduk dengan air muka yang sulit dibaca.

"Gak bisa apa-apa gimana sih, Anj*ng! Lo pengusaha, lo bisa bisnis, kurang apa lagi lo di mata Bunda?" ujar Araya bersungut-sungut, merasa bahwa kembarannya terlalu merendah.

"Pencapaian gue masih kurang cukup buat bikin Bunda bahagia. Baik gue ataupun lo tau maunya Bunda tuh apa, gue gak bisa terus-terusan buta akan itu kan?" balas Arayi.

Araya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mengusap wajahnya kasar, tak mengerti dengan pola pikir Arayi yang kelewat rumit untuk dipahami.

"Cucu maksud lo? Lo pikir setelah lo nikah lo langsung bisa ngasih cucu? Gitu?" ujar Araya judes.

"Yah, setidaknya satu langkah udah dilakuin kan?"

Araya lagi-lagi mendengkus kasar. "Lo beneran yakin? Seriusan? Dia umurnya baru dua puluh tiga tahun, lho. Masih terlalu bocil buat nikah, apalagi kalau harus bersanding sama lo, gap umur kalian lumayan jauh, bisa jadi dia keras kepala karena masih kecil."

Arayi mendengkuskan tawanya mendengar penuturan sang adik kembar. "Dua puluh tiga tahun itu bukan bocil lagi, Araya. Itu udah termasuk dewasa, dan gue yakin dia gak sekeras kepala itu."

"Ya ya ya, terserah lo aja dah. Yang penting lo memang berniat berkomitmen sama dia."

Arayi bergumam mengiyakan.

Ada jeda dari pembicaraan mereka selama beberapa detik, sebelum Araya kembali bertanya.

"Lo cinta sama calon lo itu?"

Arayi mendengkus geli. "Gimana bisa gue cinta sedangkan ketemu aja belum?"

"Maksud gue, lo berniat mencintai dia?" tanya Araya lagi dan anggukan dari Arayi yang ia dapat.

"Tentu, pernikahan tanpa dilandaskan cinta itu bisa bikin hambar kan? Gue bakal memperlakukan dia sebaik yang gue bisa," ucap Arayi yakin.

"Terlepas dari lo yang masih belum move on dari Andriana?"

Arayi tersentak saat mendapat pertanyaan seperti itu. Ia berusaha menetralkan ekspresinya yang mendadak kaku. "Gue udah move on kok dari dia."

Araya memggeleng, "Lo belum move on. Gue tau perasaan lo, Arayi. Insting kembaran itu kuat, jadi gak usah sok-sokan nyembunyiin sesuatu dari gue."

Arayi menghela napasnya, "Ya."

"Ini yang bikin gue nyuruh lo buat pertimbangin lagi masalah perjodohan itu, Arayi. Lo mau menikah dengan orang lain di saat lo belum selesai sama masa lalu? Serius?" kata Araya, lagi-lagi menyindir.

"Gue udah selesai sama Andriana," balas Arayi

"Tapi perasaannya yang masih tersisa, gitu kan?" Araya menghembuskan napasnya kasar, mengusap wajahnya dengan tampang frustasi yang tampak jelas.

"Gue gak peduli tentang perasaan lo sama Andriana, ataupun cewek yang namanya Kanara itu. Tapi yang perlu lo ingat, lo gak boleh terlibat lagi sama Andriana saat Kanara udah jadi istri lo nanti, Arayi," ujar Araya sebelum memilih pergi meninggalkan sang kembaran yang tertegun.

•••

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO Tampan   Bagian 48

    ByurrArayi menceburkan badannya pada kolam renang. Lelaki itu muncul ke permukaan setelah menenggelamkan diri selama setengah menit.Tatapannya jatuh pada Kanara yang memakai cardigan berwarna biru seraya memeluk dirinya sendiri. Tampaknya perempuan itu sedang kedinginan."Gak mau ikut berenang juga?" Arayi sadar, pertanyaan itu hanya sebagai pemecah keheningan di antara mereka. Karena sudah dipastikan Kanara tidak akan mau ikut menceburkan badannya ke dalam kolam di malam hari.Kanara menggeleng, ia duduk di kursi santai sambil masih melirik Arayi yang berenang sangat cepat. Perempuan itu menggigil beberapa kali karna suhu yang kelewat dingin. Kebetulan, tadi baru saja hujan."Gak dingin kamu, Mas? Masa berenang pas lagi kaya gini, aku mending selimutan di kasur," ucap Kanara.Arayi kembali memunculkan kepalanya, "Dingin, tapi seru," jawabnya."Kamu emang sering berenang malam gini ya, Mas?" Kanara bertanya, ia berjala

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO Tampan   Bagian 47

    Arayi melirik takjub berbagai macam makanan yang terhidang di meja makan. Ini masih pagi, namun Kanara sudah memasak banyak makanan yang membuat Arayi keheranan."Kamu ngapain masak makanan sebanyak ini?" tanya Arayi dengan alis berkerut. Ia memandang Kanara yang berdiri di depannya seraya memangku Mocca.Kanara mengendikkan bahunya, "Pengen aja, sih."Arayi semakin keheranan dibuatnya. Masalahnya, makanan yang dimasak Kanara bukan porsi yang sedikit, belum lagi tidak hanya ada satu jenis makanan di sini. Arayi bahkan sampai tak habis pikir, kenapa istrinya ini selalu memberikan kejutan-kejutan tak terduga?"Ini .... terlalu banyak, Kanara," ucap Arayi.Kanara mengangguk, membenarkan perkataan Arayi. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal seraya memandang Arayi dengan cengiran khas. "Bahan masakan udah pada mau layu, Mas. Jadi daripada dibuang, mending dibikin makanan aja. Sekalian aku belajar masak yang lain dan gak itu-itu aja."

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO Tampan   Bagian 46

    Tatapan Kanara kini tertuju pada Arayi. Matanya menatap tajam sang suami selagi berujar, "Jelasin sekarang!"Arayi menganggukkan kepalanya, "Mau ku jelasin dari mana?""Dari awal, semuanya!" jawab Kanara.Arayi lagi-lagi mengangguk, "Oke.""Jadi .... aku menikah sama kamu memang karena putus dari Andriana. Kamu udah tahu kan sebelumnya bahwa Araya lah yang seharusnya menikah sama kamu, tapi karna Araya belum siap dan bertepatan aku yang baru putus, jadi aku yang mengajukan diri buat menggantikan Araya menikahi kamu," ucap Arayi memulai ceritanya.Baru awal, Kanara sudah memelotot tak terima, ia hendak melayangkan protes jika saja Arayi tak lebih dulu bersuara."Jangan protes dulu, oke? Aku jelasin semuanya." Arayi mengusap-usap punggung Kanara sembari lanjut menjelaskan. "Aku sama Andriana putus karena Andriana dijodohkan orang tuanya dengan Aryan. Andriana gak bisa menolak, jadi dia menerima perjodohan itu dan meninggalkan aku. Kebetulan hubungan kami waktu itu memang tidak direstui

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO Tampan   Bagian 45

    "Emang lo tuh gobl*k banget masalah cewek, gak bisa mikir, otak lo ditaruh di mana sih? Di dengkul?!" serang Araya begitu kembarannya menyelesaikan ceritanya mengenai permasalahannya dengan Kanara.Arayi mengusap wajahnya putus asa, ia kelewat lelah dengan semuanya. Permasalahan Andriana dan Kanara belum juga kunjung surut, malah sekarang jadi semakin parah. Arayi tak bisa menyelesaikannya sendiri, itulah alasan kenapa ia sekarang berada di apartemen sang kembaran yang kebetulan baru saja pulang bekerja.Bayangkan saja, posisi Araya sekarang tengah kelelahan karena baru saja menangani banyak pasien seharian ini. Lelaki itu hanya ingin istirahat, namun kedatangan sang kakak kembaran justru membuatnya harus menunda istirahatnya."Terus gue harus gimana? Kanara marah banget sama gue," ucap Arayi frustasi, jas kerja masih melekat di badannya. Lelaki itu tak sempat untuk sekedar melepas jas kerjanya akibat terlalu kalut."Lo tuh!" Araya meremas rambutn

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO Tampan   Bagian 44

    "Bahkan meski aku bilang aku akan memaafkan Mas Arayi pun, Mas tetap diam. Itu artinya benar ya, Mas? Apa yang dikatakan Andriana itu benar?"Kembali, setetes air mata keluar dari sudut matanya yang lain. Kanara berusaha menahan tangisnya dengan menutup mulutnya. Rasa sesak itu bertambah berkali-kali lipat sakitnya.Kanara menggelengkan kepalanya tak percaya, napasnya tercekat, ia hendak pergi dari ruang kerja Arayi tatkala suaminya itu berucap."Kanara .... Mas minta maaf.""Aku gak butuh permintaan maaf Mas Arayi! Aku butuh penjelasan dan Mas Arayi gak menjelaskan apapun!" seru Kanara tanpa berbalik menghadap Arayi."Aku gak nyangka bahwa Mas Arayi berani menikah di saat perasaan Mas Arayi masih untuk wanita lain! Aku gak nyangka kalau selama ini aku gak begitu berharga sampai dijadikan sebagai pelarian. Aku sakit hati banget, Mas, asal kamu tau aja."Kala itu Arayi tak bisa mengatakan apapun, bahkan sesederhana kalimat penenan

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO Tampan   Bagian 43

    Kanara mendengkus kasar, ia menghempaskan tangan Arayi dengan ekspresi dingin. "Oke, tinggal lihat nanti Mas bisa buktiin ucapan Mas atau enggak." Arayi menghela napasnya. "Mas mencintai kamu Kanara," ucapnya tiba-tiba. Kanara berdecak kesal. Ia memandang sang suami dengan mata menyipit. "Setengah mencintai aku! Setengahnya lagi mungkin buat orang lain. Asal Mas Arayi tahu, aku gak bakal maafin Mas hanya dengan Mas Arayi bilang begitu!" Kanara benar-benar pergi setelahnya, meninggalkan Arayi yang frustasi di tempatnya. Membujuk Kanara ternyata lebih sulit dari apa yang ia kira. Kanara terlanjur marah besar padanya. Semoga setelah ini tak ada lagi masalah yang menghampirinya. ••• "Gue gak nyangka kalau hubungan Mas Arayi sama Andriana itu lebih dari sekedar mantan pacar," ucap Kanara pada Alea di seberang sana. Perempuan itu menempelkan telepin genggamnya pada telinga untuk mendengar balasan dari sang sahabat.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status