Share

Bagian 2

Kanara sukses terperangah saat pertama kali melihat pria yang akan dijodohkan dengannya. Ia mengerjap pelan, berusaha menyadarkan dirinya akan keterpanaan yang tiada ujungnya.

Kanara mendekatkan kepalanya pada Lina. "Mama gak bercanda kan jodohin aku sama dia?" tanya Kanara berbisik.

Lina menoleh dengan kerut pelan, "Bercanda gimana? Ini calonnya udah ada di depan kamu lho, Kanara."

"Ini terlalu ganteng, Ma. Kanara kayanya gak sanggup," ucap Kanara lebay.

Lina mendengkus pelan, berusaha mati-matian menahan tawa agar tak menimbulkan tatapan dari yang lain. "Dibilang juga apa, kamu sih protes terus. Dijamin ini lebih segala-galanya daripada si Randi itu."

Kanara menghembuskan napasnya. Ia menjauhkan badannya dari sang ibu, lalu tersenyum manis pada pria berumur tiga puluh tahun yang duduk di depannya.

Arayi balas tersenyum. Ia sempat mengangguk sebelum fokus pada apa yang diucapkan sang ayah.

"Jadi bagaimana, Kanara? Suka tidak dengan anak saya?" tanya Arman yang merupakan ayah dari Arayi.

Kanara tersenyum kikuk mendengar pertanyaan itu. Ia menganggukkan kepalanya pelan, "Iya, Om. Suka kok."

Arman tersenyum puas, "Baguslah kalau begitu. Berarti kamu gak keberatan kan untuk menikah dengan Arayi?"

Sejujurnya Kanara tak menyangka akan diberi pertanyaan semacam itu. Ia memasang ekspresi canggung bercampur kebingungan. "Sebenarnya .... Kanara mau kenal lebih dekat dulu sih, Om," jawabnya sedikit terbata karena perhatian semua orang fokus padanya.

Wina—ibu dari Arayi menganggukkan kepalanya mengerti. "Kami juga tidak berniat buru-buru kok, kalian memang harus mengenal dulu, mencocokkan diri, biar pas nikah gak terlalu canggung."

"Sebulan, kalian bisa saling mengenal dalam waktu sebulan. Setelah itu, baru tanggal pernikahan diputuskan," ujar Irwan yang merupakan ayah dari Kanara.

"Apa gak terlalu cepat, Pah? Maksud Kanara, apa cukup saling mengenal selama sebulan?" ujar Kanara sedikit tak setuju.

Perhatian Irwan beralih pada Arayi yang memilih diam sejak tadi. "Menurut kamu bagaimana, Arayi?"

"Menurut saya waktu sebulan lebih dari cukup untuk saling mengenal, toh setelah itu kami juga menikah kan? Kami masih bisa saling mengenal setelah menikah," jawab Arayi yang mendapat senyuman dari Arman dan Irwan.

"Oke, jadi sebulan kalian saling mengenal dulu. Setelah itu baru kita bicarakan tentang pernikahan," putus Arman.

"Kalau begitu, mereka bisa jalan-jalan berdua dulu untuk kenalan. Ngobrolin hal-hal ringan, siapa tahu kalian bisa makin dekat kan?" ujar Lina.

"Benar, kalian bisa jalan-jalan dulu berdua. Kami biar menunggu di sini," sahut Wina dengan senyum lembut.

Mendengar itu, Arayi dan Kanara saling tatap. Kanara menilin jari-jari tangannya gugup, merasa tak sanggup harus jalan-jalan berdua saja bersama Arayi.

"Kalau begitu Arayi dan Kanara pamit dulu, cuma sebentar kok." Setelah mengatakan itu, Arayi bangkit dari duduknya, lalu mengajak Kanara untuk keluar dari ruangan private itu.

•••

"Saya dengar kamu baru aja putus sama pacar kamu?" tanya Arayi begitu mereka keluar dari restoran itu.

Kanara tersentak mendengarnya, ia menoleh dengan raut muka yang seakan berkata 'kok tau?' pada Arayi.

"Tante Lina bilang ke saya, jadi saya tau," jawab Arayi tanpa ditanya.

Kanara mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Iya, baru aja putus. Dia selingkuh soalnya, depan mata aku, gila banget tuh orang. Sinting, cuma morotin aku doang, dikira aku bodoh apa?" ucap Kanara sebal.

Arayi terkekeh geli mendengar itu. "Terus kenapa kamu bertahan sama dia kalau tau dia cuma manfaatin kamu selama ini?"

"Gak tau, begitulah kalo udah kasmaran, pasti semuanya bakal keliatan bagus," jawab Kanara yang diakhiri dengan helaan napas panjang.

"Sekarang, kamu masih kasmaran sama dia?" Arayi kembali bertanya. Sedari tadi pria itu fokus menatap Kanara yang membuat si empunya sedikit salah tingkah.

Kanara menggelengkan kepalanya, "Enggak dong, sekarang udah sadar banget, cowok begitu tuh gak pantas buat dicintai," ujarnya bersungut-sungut karena tak sengaja teringat kembali akan kelakuan Randi yang menyebalkan.

Arayi menganggukkan kepalanya puas mendengar itu. "Saya boleh nanya lagi gak?"

Kanara menoleh, balas menatap Arayi yang tak mengalihkan pandangannya sedari tadi. "Boleh, nanya apa?"

"Kenapa kamu kelihatannya gak keberatan sama perjodohan ini?" tanyanya sembari menatap Kanara tepat di matanya.

"Aku awalnya keberatan kok, cuma ...."

"Cuma?" Arayi tampak menanti jawaban Kanara yang menggantung.

"Mas Arayi ganteng, aku jadi susah buat nolak."

Arayi tak bisa menahan tawanya mendengar jawaban polos yang diberikan oleh Kanara. "Memangnya saya seganteng itu di mata kamu?"

Kanara mengangguk, "Ganteng banget, Mas. Si Randi Randi itu aja kalah gantengnya sama Mas. Aku sampe bingung cara nolaknya kalau begini."

Arayi masih tertawa, ia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, lantas tangannya terangkat untuk mengusap surai indah sang calon istri. "Kamu ini .... benar-benar bikin saya gak habis pikir."

"Kenapa tuh, Mas?" tanya Kanara penasaran.

"Saya gak mengira kalau alasan kamu sesimpel itu. Apa ada alasan lain selain muka saya yang ganteng ini? Hm?"

Kanara menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gak ada sih, kecuali kalau Mas Arayi mau nambah alasan lain itu."

"Kaya gimana contohnya?"

Kanara tampak berpikir, "Kaya hobi yang sama mungkin? Mas Arayi suka nonton film gak?"

Arayi mengangguk, "Suka."

"Suka nonton film genre apa, Mas?" tanya Kanara antusias.

"Action," jawab Arayi singkat, yang sesaat kemudian membuat ekspresi Kanara berubah layu.

"Yah, kalau aku mah gak suka genre begituan. Aku lebih suka film genre romance comedy, Mas. Kayanya bukan tipe film kesukaan Mas Arayi banget ya? Kalau begitu, kita gak bisa dong nonton film bareng nanti?" ujar Kanara sedih, walaupun lebih seperti dibuat-buat.

Arayi lagi-lagi terkekeh mendengar penuturan sang wanita. "Jadi ceritanya kamu mau ngajak saya nonton film bareng? Begitu?"

Kanara mengangguk malu-malu, "Yah niatnya begitu sih kalau Mas Arayi berkenan."

"Nanti bisa diatur kok, terserah kamu mau nonton genre apa, saya ngikut aja."

"Ah, awalnya doang Mas Arayi ngomong begini, ujung-ujungnya nanti juga bosan kan? Nanti malah gak nyimak lagi, kan aku mau sekalian ngajak diskusi tentang filmnya nanti," cibir Kanara. Ia memasang ekspresi sebal yang membuat Arayi mencubit hidungnya pelan.

"Saya bisa diajak diskusi dalam hal apapun kok, jangan khawatir." Arayi berujar dengan penuh keyakinan, yang membuat Kanara mau tak mau percaya.

"Oke kalau begitu, lusa nanti Mas Arayi harus meluangkan waktu buat nonton film sama aku. Janjinya begitu ya, Mas."

Arayi tersenyum, "Siap."

Lantas, keduanya berjalan menyusuri taman yang ada di area restoran. Ada keterdiaman selama beberapa menit, keduanya saling berpikir, sampai kemudian Arayi kembali angkat suara.

"Kanara," panggil Arayi lembut.

"Ya?"

"Kamu udah jatuh cinta belum sama saya?" tanya Arayi pelan.

Kanara tak bisa menahan matanya untuk tak membelalak kaget saat mendengar pertanyaan yang terdengar to the point tersebut. Ia mengerjapkan matanya sembari berpikir harus menjawab apa.

"Mas Arayi mau jawaban bohong atau jujur?" tanya balik Kanara.

"Tentu saja jawaban jujur, Kanara."

Kanara mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Sebenarnya .... belum sih, Mas. Namanya juga baru aja ketemu kan? Baru aja kenal. Aku cuma ngerasa kagum sama Mas Arayi, belum sampai ditahap jatuh cinta. Tapi kalau Mas Arayi bersedia, hati aku siap kok buat menerima Mas Arayi. Siap mencintai kalau memang Mas mau berusaha buat bikin aku jatuh cinta."

Arayi tersenyum mendengar jawaban panjang Kanara. Ia merasa senang disebabkan oleh suatu alasan yang tidak ia ketahui jelasnya.

"Kalau begitu, ayo kita jatuh cinta sama-sama, Kanara," ucap Arayi, meskipun ia sebenarnya tak yakin dengan ucapannya sendiri.

•••

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status