Share

Bab 12

Author: Anggur
Pesta itu diadakan di Mambera Hotel, tempat yang biasanya tidak akan pernah dikunjungi Olivia.

Mambera Hotel adalah salah satu hotel paling eksklusif di kota ini, dikenal sebagai hotel bintang tujuh. Olivia tidak tahu apakah hotel itu benar-benar bintang tujuh. Dia sendiri juga tidak peduli.

Bibinya Junia tiba di hotel sebelum mereka. Setelah menyapa para istri konglomerat yang dikenalnya, dia menyuruh putra dan putrinya masuk ke hotel terlebih dahulu, sementara dia tetap berdiri di dekat pintu masuk hotel untuk menunggu kedatangan keponakannya.

Bibinya Junia tersenyum ketika melihat mobil yang dia siapkan untuk menjemput keponakannya datang.

Setelah beberapa saat, Junia menggandeng Olivia dan berjalan ke arah bibinya, “Tante.”

“Tante.” Olivia ikut menyapa bibinya Junia.

Awalnya, bibinya Junia agak sedikit keberatan ketika tahu bahwa keponakannya akan membawa Olivia. Dia pernah bertemu dengan Olivia sebelumnya. Harus diakui, anak yatim piatu ini. Jelas-jelas latar belakang keluarga Olivia biasa saja, tapi dia memiliki aura seperti orang kaya. Gerak geriknya seolah memancarkan aura seorang wanita dari keluarga kaya.

Dia khawatir Olivia akan mencuri perhatian orang-orang dari keponakannya. Bibinya Junia baru bisa merasa lega ketika ibunya Julia memberitahunya kalau Olivia sudah menikah.

Pada saat ini, melihat Olivia bahkan tidak mengenakan gaun pesta. Dia mengenakan pakaian biasa, dengan sedikit riasan di wajah dan tidak memakai perhiasan. Kecantikan alami anak itu sudah ditutupi oleh keponakannya yang berdandan cantik. Jadi, Bibinya Junia merasa puas. Dia merasa Olivia benar-benar tahu diri dan pengertian.

“Kalian sudah datang. Ayo, Tante bawa kalian masuk. Junia, keluarkan undanganmu. Undangannya perlu diperiksa kalau mau masuk, harus dicatat.”

Junia cepat-cepat mengeluarkan surat undangannya.

“Nanti kalau sudah masuk, kalian berdua nggak usah banyak ngomong, lebih banyak melihat saja. Ketika waktunya tepat, aku akan memperkenalkan orang-orang kepada kalian. Olivia, kamu orangnya lebih tenang dari Junia, jadi kamu harus lebih mengawasinya. Jangan sampai dia membuat masalah. Mambera Hotel adalah salah satu dari banyak hotel yang dimiliki oleh orang terkaya di Mambera. Para pemuda dari keluarga terkaya nomor satu ini mungkin juga akan datang menghadiri pesta malam ini.”

Bibinya Junia berbisik kepada keponakannya, “Junia, kalau kamu bisa disukai oleh pemuda dari keluarga terkaya di Mambera, maka itu akan menjadi berkah yang besar bagi keluarga Santoso. Keluarga terkaya nomor satu di Mambera nggak sombong dan rukun, nggak ada masalah seperti perebutan kekuasaan dan harta. Yang terpenting adalah, para pria dari keluarga itu sangat bisa diandalkan dan sangat jarang punya selingkuhan di luar.”

“Sepupumu masih terlalu muda untuk menikah. Kalau nggak, Tante pasti akan mengutamakan sepupumu.”

Seorang keponakan tidak akan bisa didahulukan kalau ada putri sendiri, tak peduli seberapa dekat hubungan mereka.

Putri bibinya Julia baru berusia tujuh belas tahun dan masih di bawah umur, jadi masih terlalu muda untuk menikah.

Junia berkata, “... Tante, latar belakang orang terkaya di Mambera terlalu tinggi untukku. Aku sebaiknya nggak usah bermimpi.”

Dia hanya datang untuk makan dan minum.

Olivia hanya mendengarkan di samping, tidak menimbrung dalam percakapan mereka.

Dia dari awal memang datang untuk menemani Junia. Tujuannya hanya untuk makan dan minum. Dia dengar makanan di Mambera Hotel sangat enak.

Junia tidak ingin bermimpi, tapi itu tidak menghentikannya untuk bertanya, “Siapa keluarga terkaya di Mambera?”

“Keluarga Adhitama.”

“Oh, keluarga Adhitama. Lumayan juga namanya.” Junia menyenggol Olivia dengan pelan. Pria yang dinikahi temannya ini juga bernama belakang Adhitama.

Olivia tahu apa yang dimaksud temannya, jadi dia hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. Meskipun nama belakang Pak Stefan juga Adhitama, pria itu pasti tidak ada hubungannya dengan keluarga terkaya di Mambera. Hanya nama belakangnya yang sama. Di dunia ini, orang yang bernama belakang Adhitama ada banyak. Orang yang nama depan dan nama belakangnya sama juga banyak.

“Walaupun keluarga Adhitama adalah keluarga terkaya di Mambera, mereka nggak terlalu pemilih. Asalkan punya sifat yang baik dan bisa disukai oleh para pria di keluarga mereka, para orang tua juga nggak akan terlalu pemilih. Mereka semua berpikiran terbuka.”

Bibinya Junia berani mempertimbangkan keluarga Adhitama untuk menjadi calon suami Junia.

Keponakannya tidak jelek, karakternya tidak buruk, dan latar belakang keluarga juga baik. Keluarga mereka memang tidak sebanding dengan keluarga terkaya di Mambera, tapi juga lebih baik dari banyak keluarga lain.

Junia tampaknya tidak mau mendengar lagi. Masuk telinga kiri keluar dari telinga kanan. Hal ini membuat bibinya kesal sampai ingin menjewer telinga keponakannya itu. Akhirnya, bibinya berkata dengan tidak berdaya, “Kalian berdua masuk dulu. Tante melihat seseorang yang Tante kenal. Tante akan menyapanya dulu.”

“Oke, Tante. Kalau begitu kami masuk dulu.”

Junia buru-buru menarik Olivia pergi. Dia tidak ingin mendengarkan omelan bibinya lagi. Sudah seperti ibunya saja. Pantas saja bibi dan ibunya bisa berhubungan sangat baik. Mereka sejenis.

Ini adalah pertama kalinya Olivia melangkah masuk ke Mambera Hotel, sedangkan Junia sudah berkali-kali ke sini. Dia membawa sahabatnya itu mengambil dua piring penuh dngan makanan, lalu mereka bersembunyi di sudut.

“Kita nggak mengenal para wanita itu. Kalau kita menyapa mereka, mereka juga nggak akan memedulikan kita. Oliv, kita makan saja. Kita datang ke sini juga hanya untuk menambah wawasan, melihat seperti apa pesta kalangan orang kaya.”

Olivia tertawa dan berkata, “Kalau tantemu tahu kamu datang ke sini untuk makan, dia pasti akan sangat marah.”

Olivia juga datang untuk makan.

Junia berkata dengan acuh tak acuh, “Aku yang seperti ini mana berani menggaet para pemuda yang muncul di sini malam ini. Tanteku itu sedang bermimpi. Dia bahkan berkhayal bahwa para pemuda dari keluarga terkaya di Mambera akan menyukaiku.”

“Oliv, coba kamu lihat, apa aku ini cantik seperti bidadari? Masak orang sepertiku bisa disukai oleh para pemuda dari keluarga terkaya? Haha. Cuma tanteku yang berani berpikir seperti itu. Kita nggak usah pedulikan mereka mau berpikir gimana. Cepat makan. Di hotel ini ada banyak makanan enak. Aku pernah makan di sini sebelumnya, tapi ada sebagian makanan yang nggak berani kupesan karena terlalu mahal. Jadi, kebetulan sekali, kita cobain semua malam ini.”

“Berkatmu, aku juga bisa mencobanya.”

Olivia bahkan lebih tidak peduli dari Junia.

Dia sudah menikah.

Keduanya bersembunyi di sudut, menikmati makanannya dengan sangat nyaman.

Tiba-tiba, semua orang di hotel melihat ke pintu masuk. Ruangan itu menjadi hening. Mereka berdua yang sedang makan dengan asyik langsung menyadari ada yang tidak beres.

Olivia menyentuh temannya dan bertanya, “Junia, kenapa mereka diam? Mereka semua melihat ke pintu. Siapa yang datang?”

“Aku juga nggak tahu.”

Junia berdiri, dan Olivia mengikutinya. Keduanya berjingkat untuk melihat ke pintu masuk hotel. Sayangnya, terlalu banyak orang di sana dan di sana sangat gelap sehingga keduanya sama sekali tidak bisa melihat siapa yang masuk. Siapa yang begitu penting, sampai semua orang di hotel itu memperhatikannya?

Stefan mengenakan setelan jas dan bersepatu kulit, dikelilingi oleh sekelompok pengawal dan masuk ke hotel milik keluarganya.

“Orang yang menjadi tuan rumah dalam pesta ini adalah seorang konglomerat. Keluarga Adhitama memiliki hubungan yang baik dengan konglomerat itu. Sebagai kepala keluarga Adhitama, ditambah lagi pesta ini diadakan di hotel milik keluarganya sendiri, Stefan tentu harus menghormati konglomerat itu dan menyetor wajahnya.

Karena itu, setelah menangani urusan penting, dia datang ke pesta ini.

Dia tinggi dan tampan. Meski wajahnya selalu terlihat dingin, dia tetap seperti sebuah magnet. Ke mana pun dia pergi, dia selalu menjadi pusat perhatian.

“Pak Stefan.”

“Pak Stefan.”

Stefan berjalan masuk dan mendengar salam hormat semua orang.

Para pengusaha besar langsung menyambut dan menyapanya secara langsung.

Stefan mengangguk sopan, sebagai jawaban atas sapaan semua orang.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (16)
goodnovel comment avatar
Dayu Yasmine
Ampe deg deg an
goodnovel comment avatar
Fransiska Siska
inilah aq ngga suka baca novel pasti pakai kunci
goodnovel comment avatar
Rani Ayana
Terlalu mendetail jadi sedikit garing
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3871

    Setelah menegur anak ketiganya, Yanti menatap lagi Daniel dan Odelina, lalu dengan lembut bertanya kepada mereka, “Daniel, Odelina, kalian rencananya kapan mau mendaftarkan pernikahan kalian? Besok? Kantor catatan sipil sebentar lagi libur tahun baru, sebaiknya kalian cepat urus dalam dua hari ini.” Makin cepat selesai, Daniel juga akan lebih tenang. Pesta pernikahan diadakan setengah tahun ke depan tidak jadi masalah, yang terpenting adalah mereka datarkan dulu pernikahan mereka sesegera mungkin dan menjadi pasangan suami istri yang sah. Dengan begitu, Daniel tidak perlu tidur di kamarnya sendirian lagi dan bisa hidup penuh dengan cinta kasih dari istrinya. Siapa tahu di hari pesta nanti, perut Odelina sudah mengandung cucunya Yanti. Yanti hanya berharap Odelina bisa melahirkan anaknya Daniel, tidak peduli anak laki-laki atau perempuan, yang jelas punya satu anak kandung saja sudah cukup. Jikalau Odelina tidak ingin melahirkan anak lagi, setidaknya Daniel sangat baik terhadap Russel

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3870

    Odelina sekali lagi menatap Daniel. Jujur saja, Odelina tidak tahu kalau Daniel sudah memesan gaun untuknya. Masalah apa ukuran badan Odelina, Daniel … oh, seharusnya dia memang sudah tahu. Entah sudah berapa kali Daniel memeluk Odelina. Dengan tatapan mata dan kemampuan observasi yang tajam itu, Daniel pasti bisa mendapatkan ukuran tubuh Odelina hanya dengan melihat sekilas saja. Daniel juga bisa menanyakan Olivia apa ukuran tubuh kakaknya, termasuk selera Odelina. Untuk masalah selera, seharusnya tidak perlu ditanya lagi. Mereka berdua sudah dua tahun saling kenal. Daniel pasti sudah tahu apa saja yang Odelina sukai. Olivia juga tidak pernah menceritakan ini kepada kakaknya. Dia sengaja menutupinya dari Odelina karena ingin memberi kejutan padanya. Daniel menatap balik Odelina, dan menjelaskan dengan lembut kepadanya, “Begitu kamu setuju untuk menikah sama aku, aku langsung menghubungi Stefan dan Reiki minta mereka kasih rekomendasi desainer gaun yang bagus. Aku juga tanya Olivia

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3869

    Odelina sudah membaca sekilas tanggal-tanggal yang dipilih oleh Yanti. Yang paling dekat adalah tanggal 10. Tidak sampai setengah bulan jaraknya dari hari ini. Waktunya terlalu mepet. Untuk waktu yang paling jauh adalah di awal musim gugur. Odelina sebenarnya ingin mengadakan pesta pernikahannya di awal musim gugur. Di saat itu Olivia sudah melahirkan anaknya dan dia bisa hadir di acara. Di saat itu, semua urusan di Cianter juga pasti sudah beres. ODelina bisa mencari waktu untuk mengurus pesta pernikahannya. Namun akan lebih baik dia perlihatkan ke Daniel, supaya Daniel juga bisa memberikan pendapatnya. Setelah melihatnya sekilas, Daniel berkata kepada kedua orang tuanya, “Pa, Ma, aku rasa lebih baik di awal musim gugur saja.” Odelina menatap Daniel dengan sedikit ekspresi terkejut. Dia mengira Daniel akan memilih waktu yang paling dekat. Namun Odelina langsung mengerti apa maksud Daniel. Daniel pernah bilang dia ingin tampil di pestanya dengan kondisi yang sudah pulih sempurna, bu

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3868

    Untuk anak seusia Russel, bisa menulis seperti itu sudah tergolong lumayan. Odelina juga melihat tulisan tangan anaknya sendiri dan berkata, “Waktu Russel menginap di Vila Ferda, dia menemani Liam latihan menulis. Makanya sekarang tulisannya sudah jauh lebih bagus.” Odelina tidak pernah menuntut Russel untuk menulis terlalu banyak. Terlalu sering menulis di usia yang masih terlalu muda takutnya malah akan membuat bentuk tangan Russel berubah. Namun jika memang Russel sendiri yang suka menulis atau menggambar, Odelina tentu saja tidak akan melarang. Di usianya yang baru tiga empat tahun ini, Russel tidak bisa duduk diam terlalu lama. Baru menulis sebentar saja, dia sudah berlarian ke mana-mana, jadi Odelina juga tidak perlu merasa khawatir bentuk tangan Russel akan berubah dan jadi kaku akibat terlalu sering memegang pena. Russel menginap di Vila Ferda selama setengah bulan, dan waktu yang dia gunakan untuk menemani Liam menyalin tugas juga tidak terlalu lama. Mungkin karena ada Liam

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3867

    Mulanya Odelina masih merasa tidak enak dipanggil “Tante” oleh Henry, tetapi dia dengan cepat membiasakan diri dan berkata kepada mereka berdua, “Russel, kamu nurut sama Kak Henry, ya. Henry, kamu juga jaga Russel, ya.” “Tenang saja, Tante. Selama ada aku, Russel pasti aman.” Daniel juga memberi nasihat sebentar kepada kedua anak itu dan kemudian membiarkan mereka pergi bermain. “Hai, Odelina. Eh, Daniel juga sudah pulang,” sahut mereka begitu melihat Daniel dan Odelina masuk ke dalam. Setiap dari mereka tersenyum ramah menyambut Daniel dan Odelina. Segenap keluarga Lumanto sangat bersyukur melihat Daniel dan Odelina begitu dekat dan tampak bahagia. Saudara kandungnya Daniel awalnya mengira Daniel akan menghabiskan sisa hidupnya sebagai bujangan. Namun siapa sangka, dia justru malah menikahi kakak ipar dari teman dekat mereka, dan lagi Odelina sudah pernah bercerai sebelumnya. Dari yang awalnya keluarga menentang, Daniel tetap berjuang pantang menyerah untuk tetap bersama Odelina.

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3866

    Kelak Odelina akan menjadi kepala keluarga Gatara. Dengan menikahi Odelina, Daniel bisa memercayakan Odelina untuk menjadi sandarannya. “Kita berdua saling mengandalkan, saling percaya, dan selalu jalan berdampingan,” kata Odelina. “Oke.” Semua orang sibuk bermain dengan Russel begitu Yanti membawanya masuk ke dalam rumah. Cucu paling kecil yang ada di keluarga Lumanto saat ini berada di urutan ketujuh. Dia bernama Henry, jadi Russel memanggilnya sebagai Kak Henry. Henry menyelip ke samping neneknya dan ikut meremas-remas pipi Russel. Dia berkata, “Pipinya Russel empuk banget, ya. Enak kalau diremas-remas.” “....” Russel balas meremas pipi Henry dan berkata, “Pipi Kak Henry juga empuk.” “Aku merasa pipiku sedikit kasar, nggak semulus kamu. Kulit anak kecil memang enak, ya,” kata Henry sembari hendak meremas pipi Russel lagi, tetapi Yanti menepuk tangannya. “Kalau kamu remas terus pipi Russel, nanti dia kesakitan,” ujar Yanti. “Waktu aku seusia Russel, kakak-kakakku juga suka re

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status