Amelia tidak ingin berutang budi pada Olivia.Dia juga merasa cocok dengan Olivia.Oleh karena itu, dia memberikan kartu nama kepada Olivia.Olivia juga melihat deretan mobil mewah yang datang dan berkata dengan pengertian, “Bu Amelia pergi saja dulu. Semoga semua keinginannya menjadi kenyataan.”“Terima kasih.”Amelia membawa buket bunga dan kotak makan di tangannya, lalu bukannya pergi ke arah deretan mobil mewah itu, dia malah langsung berlari menuju pintu masuk kantor dan berdiri di tengah gerbang.Olivia menatap dengan tercengang.Amelia sangat tangguh.Meskipun Stefan sudah keluar rumah pagi-pagi sekali hari ini, tapi dia masih harus pulang ke vila untuk mengambil barang. Setelah keluar dari vila dan berada setengah jalan, dia terkena macet. Kalau macet, semua orang juga tidak bisa berbuat apa-apa, tak peduli siapa dia dan apa identitasnya.Karena itulah Stefan baru sampai di kantor sekarang.Pengawal yang duduk di kursi penumpang kebetulan adalah Dimas. Dimas memiliki penglihata
Amelia menghadang di pintu kantor, jadi sopir terpaksa menghentikan mobilnya.“Den, apa perlu aku turun dari mobil dan menarik Non Amelia pergi?”Sopir itu ke Stefan untuk meminta petunjuk.Stefan terdiam sejenak, kemudian menekan tombol untuk menurunkan jendela.Amelia sangat senang melihat Stefan menurunkan jendela mobil. Dia langsung membawa buket bunga dan kotak makan menghampiri pria itu.“Stefan.” Amelia akhirnya bertemu dengan pria yang dia pikirkan siang dan malam itu. Meski dia sering datang ke sini untuk menyatakan cintanya kepada Stefan, dia sebenarnya sudah lama tidak melihat Stefan secara langsung.Dia sangat merindukan pria ini.Pria ini masih terlihat keren seperti biasa, masih pria paling tampan di hatinya.Melihat bibir tipis Stefan, Amelia rasanya ingin mencondongkan tubuh dan mencium pria itu.Bibir pria itu lembut atau tidak, ya?Amelia memandang Stefan seperti harimau sedang melihat mangsanya, membuat Stefan mengernyit.“Bu Amelia.”“Stefan, panggil saja aku Amelia
“Aku sudah memakannya di mobil.”Reiki terdiam.“Ngomong-ngomong, aku baru saja melihat pertunjukan yang bagus. Mau aku beri tahu, nggak?”Stefan melirik pria itu sekilas, lalu terus berjalan masuk tanpa menghentikan langkahnya. Wajah tampannya datar dan bibirnya tertutup rapat. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun.Reiki tidak menyukai sikap bosnya yang seperti itu, jadi dia tetap berkata, “Aku datang ke kantor lebih awal hari ini, kebetulan melihat istrimu mengantar Bu Amelia ke kantor. Mereka mengobrol dengan sangat asyik. Bos, istri dan orang yang menyukaimu tampaknya cocok dan bisa berteman baik. Bagaimana menurutmu tentang hal ini?”Stefan bahkan tidak repot-repot menatap Reiki, langsung berjalan ke lift, meninggalkan asistennya yang banyak mulut itu di tempat.Reiki tidak marah, terkekeh kecil dan berkata dalam hati, “Sungguh pertunjukan yang bagus.”Dia sangat ingin tahu. Suatu hari nanti, kalau identitas bosnya terbongkar. Istrinya akan bagaimana?Stefan menelepon Aksa Sanjay
“Baguslah. Bagusnya mereka semua kehilangan pekerjaan, lalu dimaki habis-habisan sama semua orang. Biar mereka tahu rasanya dikecam secara online. Mereka terlalu nggak manusiawi.”Meskipun Amelia orangnya susah dihadapi, dia masih punya hati nurani.Selain itu, dia juga sangat menyukai Olivia. Dia bersedia untuk membantu wanita itu membalas dendam pada seluruh keluarga Hermanus.Anggap saja ini adalah bentuk rasa terima kasihnya pada wanita itu.Bagaimanapun juga, Olivia yang mengantarnya ke kantor Adhitama Group, dan karena itulah dia bisa bertemu dengan Stefan hari ini. Pria itu bahkan berbicara dengannya.“Kak, aku akan pulang untuk menemani Mama. Kakak lanjut kerja saja.”Setelah mengatakan itu, dia menutup telepon.Dia tidak ingin mengambil waktu berharga kakaknya.Kediaman keluarga Sanjaya tidak jauh dari rumah keluarga Adhitama. Namun, rutenya berbeda.Kalau rumah mereka berada di rute yang sama, Amelia bisa langsung menghalangi mobil Stefan. Oh iya, tapi Stefan sudah jarang pul
Ayah Amelia sendiri tidak tahu apakah adik iparnya masih hidup atau sudah meninggal.“Mungkin kalau kita pergi berlibur, kita bisa bertemu dengan adikmu atau anak-anaknya secara kebetulan.”Ibu Amelia terdiam sejenak, lalu berkata, “Waktu kami berpisah, adikku masih sangat kecil. Perempuan banyak berubah kalau sudah tumbuh dewasa. Aku juga nggak tahu dia jadi seperti apa setelah dewasa. Kalaupun aku bertemu anaknya, dari mana aku bisa tahu itu adalah keponakanku?”“Sudahlah, ayo pergi berlibur.”Ibu Amelia tidak tega mengecewakan putrinya yang berbakti itu, jadi dia langsung bersikap ceria dan setuju untuk pergi ke pantai bersama putrinya.Melihat ibunya setuju, Amelia bertukar pandang dengan ayahnya. Kemudian, dia mencari topik untuk dibicarakan dengan ibunya. Dia pun membicarakan tentang apa yang terjadi hari ini.Dia berkata dengan gembira, “Ma, aku bertemu Stefan hari ini. Stefan menghentikan mobil dan menurunkan jendela untuk berbicara denganku. Sayangnya, buket bunga yang aku mas
Ketika sampai di toko, Olivia melihat Albert juga ada di sana. Dia menyapa Albert dengan senyuman, dan bertanya kepada pria itu, “Albert, kamu nggak perlu kerja hari ini?”Albert memandang Olivia, dengan kekaguman yang mendalam tersembunyi di matanya, dan menjawab, “Aku lembur sampai terlalu larut tadi malam, jadi aku bisa datang telat hari ini.”“Kak Olivia, kenapa kamu datangnya siang sekali hari ini?” Albert kelihatannya hanya bertanya dengan santai, tetapi sebenarnya dia ingin mencari tahu tentang hubungan Olivia dengan suami yang menikah kilat.Kalau yang dia dengar dari Junia, suami Olivia ada membantu dalam masalah trending topic tersebut, kemudian juga menemani Olivia pulang ke rumah untuk mengumpulkan bukti untuk melawan. Olivia sangat berterima kasih pada pria itu.Albert berpikir dalam hati. Dia juga ingin membantu Olivia, tetapi Olivia tidak memberinya kesempatan itu. Dia menelepon Olivia hari itu, tetapi Olivia tidak menjawab teleponnya.Setelah itu, Olivia membalasnya den
“Oke, begitu saja,” jawab Olivia dengan cepat.Albert sangat senang.Dia sangat menantikan hari Sabtu, berharap hari itu segera tiba.Beberapa mobil tiba-tiba berhenti di depan toko buku. Albert berkata, “Aku akan keluar dan melihat.”Dia berbalik badan dan pergi.Segera setelah itu, dia kembali dan berkata kepada Olivia, “Kak Olivia, kerabat dan keluarga dari kampung halamanmu yang datang.”Olivia sudah makan dan minum yang cukup, jadi dia mengambil tisu untuk menyeka mulutnya, dan berkata, “Biarkan saja mereka datang. Aku nggak takut dengan mereka.”Olivia tidak terkejut orang-orang itu mendatanginya.Berkat bantuan netizen, pekerjaan paman dan sepupunya terungkap. Mereka memiliki cukup banyak koneksi, belum lagi masalah itu juga sampai masuk trending topic dua kali, jadi tentu cukup mudah bagi mereka untuk menemukan dirinya dan kakaknya.“Olivia.”Dipimpin oleh Yoga, ada tujuh atau delapan orang dari keluarga Hermanus yang datang. Mereka semua mengenakan barang-barang bermerek di se
“Tapi setelah diperlakukan seperti itu oleh kalian, yang memutar balikkan fakta dan menyebut kami nggak berbakti, aku jadinya nggak akan pergi menjenguk Nenek lagi. Aku juga nggak akan memberikan uang. Kalian sudah memakiku dan kalian mengharapkan aku datang untuk mendapat makian lagi?”“Olivia, mereka adalah kakek dan nenek kita. Kalaupun Nenek memarahimu, kamu juga nggak kenapa-napa. Meskipun kalian berdua nggak perlu mengurus Kakek dan Nenek, tapi kalau kalian cucu yang berbakti, kalian pasti akan memberi sedikit uang untuk biaya hidup mereka. Kalian juga nggak pulang untuk melihat mereka selama bertahun-tahun ini, juga nggak memberikan uang. Kalau kalian tega melakukan itu, kami juga nggak bisa berkata apa-apa lagi.”“Kami sudah menghapus postingan yang kami tulis. Kamu juga seharusnya menghapus postinganmu. Kamu nggak tahu perbuatan itu berdampak besar pada kami. Ini namanya mem-bully kami di internet. Kami bisa menuntutmu, tapi karena kita masih saudara, kami pikir lebih baik ber
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu
Risa sedikit banyak juga sudah mendengar tentang asal-usul keluarga Brata. Dia pun berkata, “Keluarga konglomerat kebanyakan cuma kelihatan damai di luar saja, padahal di dalamnya banyak ribut dan saling bermusuhan. Paling cuma sebagian kecil saja keluarga konglomerat yang nggak punya konflik internal. Bahkan keluarga dekat saja bisa jadi musuh cuma demi mendapat keuntungan pribadi.” “Waktu aku pergi untuk perjalanan bisnis, aku dengar keluarga Gatara yang ada di Cianter juga akhir-akhir ini lagi ribut parah. Ada perebutan kekuasaan antara keturunan kepala keluarga yang sebelumnya dengan kepala keluarga yang lagi menjabat sekarang. Bahkan ada rumor yang bilang kalau kepala keluarga yang sekarang itu membunuh pendahulunya. Nggak ada yang tahu kebenarannya, tapi yang jelas konfliknya dalam banget dan terjadi banyak pertikaian,” Yohanna menambahi. “Nggak usahlah urusin keluarga orang lani. Yang penting keluarga kita sendiri aman sentosa, nggak perlu ribut sampai berselisih kayak keluarg
“Aku sudah kenyang makan. Sekarang aku mau tidur sebentar, nanti sebelum jam tiga sore aku harus balik ke kantor. Jam setengah empat sore ada rapat, minta Dira untuk cepat pulang malam ini, biar Tante Afika nggak marah-marah lagi.” “Tante kamu itu dari dulu memang suka mengomel, kayak hidupku sendiri sudah sempurna saja. Sebagai yang tertua, aku juga punya banyak tanggung jawab,” ujar Risa cemberut. “Kita yang tinggal di satu atap rumah saja juga jarang ketemu. Kalau begitu, aku harus ngomel ke siapa?” Pagi-pagi saat Risa baru bangun tidur, Yohanna sudah berangkat ke kantor. Ketika Yohanna baru pulang ke rumah larut malam, Risa sudah tertidur lelap. Makanya Yohanna dan Risa juga sebenarnya jarang bertemu meski tinggal di satu rumah yang sama. Dengan kondisi seperti itu, Risa mau mengadu ke siapa? Risa menikah ke keluarga Pangestu, tetapi suaminya tidak begitu bisa diandalkan. Untung saja putri sulungnya memiliki masa depan yang cukup cerah, jadi sebagai ibu, dia harus lebih banyak b
“Nggak gemuk, kok. Tapi cuma agak berisi sedikit saja, nggak kayak dulu yang kurus banget. Justru sekarang kamu lebih berisi jadi kelihatan lebih menarik. Terlalu kurus malah jelek,” ucap Risa tersenyum. “... aku nggak makan sembarangan. Sehari-hari juga rutin latihan dan sibuk sama kerjaan, tapi masih saja gemukan.” “Itu artinya masakannya Ronny enak. Asal sehari makan tiga kali seperti biasa dan nutrisinya seimbang, badan kamu pasti bisa menyerap dengan baik dan bikin warna muka kamu kelihatan lebih segar.” Ronny adalah sosok koki pribadi idaman yang terbaik di antara semua koki pribadi yang pernah bekerja untuk keluarga Pangestu. Tidak hanya masakannya yang enak untuk disantap, tetapi penampilan luarnya juga sangat enak untuk dilihat, dan sifatnya juga sangat baik. Ronny sama sekali tidak terlihat seperti koki, dia lebih terlihat seperti seorang tuan muda dari keluarga kaya raya yang terampil dalam segala hal. Tutur katanya sopan dan hangat, dan ketika dia menanggalkan seragam ke
“Iya, Ma,” jawab Tommy. Dua anak nakal itu memang tidak bisa diam. Baru sebentar saja, mereka langsung berdiri dan berkata kepada Yohanna, “Kak Yohanna, aku dan Christian tadi habis bikin boneka salju berbentuk kura-kura. Christian bisa bikin bentuknya mirip banget. Aku mau bisa bikin yang lebih bagus dari dia punya.” “Ya sudah, main saja sana. Tapi kalau kamu merasa kedinginan, langsung pulang, ya,” kata Yohanna dengan lembut. Tommy dan Christian mendengar itu pun langsung berlarian ke luar sambil tertawa riang. Begitu sudah asyik bermain, mereka tidak akan merasa kedinginan. Sesaat Tommy baru saja menginjakkan kakinya di luar, dia kembali sebentar ke dapur untuk menyampaikan apa yang dia inginkan untuk makan siang nanti kepada Ronny. Setelah mendapatkan balasan yang memuaskan dari Ronny, barulah dia keluar lagi dengan gembira. Christian tidak seperti Tommy yang menyampaikan apa yang mereka inginkan untuk makan siang. Dia sadar sepenuhnya bahwa Ronny adalah koki pribadinya Yohanna