Odelina sangat berharap kalau semuanya hanyalah mimpi. Begitu bangun, kedua orang tuanya masih ada, keluarga mereka masih utuh.Tidak ada yang tahu seberapa sering Odelina bertahan. Saat adiknya sedih, adiknya bisa menangis sambil bersandar padanya. Namun, kalau Odelina sedih, di mana dia bisa bersandar saat ingin menangis?“Ma, aku nggak mau pergi. Aku mau bersama Papa dan Mama.”Odelina yang berada di dalam pelukan ibunya spontan menggelengkan kepala. Dia tidak ingin meninggalkan orang tuanya. Namun, ibunya mendorong Odelina menjauh.“Odelina, kamu pikirkan Olivia, pikirkan putramu, Russel. Mereka semua masih membutuhkan kamu. Mereka sedang menunggu kamu kembali. Dengar kata Mama, cepat kembali. Kamu seharusnya nggak datang ke tempat ini. Cepat pergi!”Sang ibu mendorong Odelina menjauh sambil berbicara. Odelina pun teringat dengan adik dan putranya.Benar, Odelina memiliki seorang anak yang harus dia besarkan. Dia juga memiliki seorang adik. Kalau dia memilih bersama orang tuanya, b
Odelina melihat putranya baik-baik saja, adiknya juga ada di sana. Dia masih tidak bisa berbicara. Dia mencoba menarik ujung bibirnya ingin tersenyum untuk menghibur adiknya. Namun, dia tidak bisa menghentikan air mata di sudut matanya.Odelina telah mengambil pilihan lagi. Untuk saat ini dia akan meninggalkan orang tuanya, memilih untuk kembali menemani adik dan membesarkan putranya.“Dok, bagaimana dengan kondisi kakakku?” Stefan bertanya pada dokter.“Pasien sudah sadar dan melewati masa kritis, nggak perlu dirawat di ICU lagi.”Semua orang akhirnya bisa menghela napas lega. Odelina sudah boleh dipindahkan ke bangsal umum. Stefan mengatur bangsal VIP untuk kakak iparnya. Bangsal VIP yang tenang, cocok untuk memulihkan diri.Meskipun Odelina sudah sadar, tubuhnya masih sangat lemah. Setelah didorong kembali ke bangsal, dia pun tertidur lagi.Olivia menggendong Russel dan duduk di samping tempat tidur untuk menjaga Odelina. Olivia sesekali menyentuh ujung hidung kakaknya dengan tangan
Daniel tidak mengatakan apa pun lagi.Setelah semua orang melihat Odelina, Sarah meminta para menantunya pulang lebih dulu dan tidak mengganggu Odelina.Lingkaran hitam di bawah mata Stefan dan Olivia juga sangat kentara. Setelah mengetahui kalau Odelina telah melewati masa kritisnya, keluarga Sanjaya dan keluarga Santoso juga datang untuk menjenguk Odelina.Yuna tetap tinggal di rumah sakit, hingga Odelina sadar untuk kedua kalinya, dia baru benar-benar merasa lega.Pengawal keluarga Adhitama membelikan sarapan untuk semua orang. Selesai sarapan, Stefan berkata kepada Daniel, “Dan, kamu pulang dan istirahat dulu. Tadi malam kita sepakat aku akan gantikan kamu saat tengah malam. Kamu malah jaga sendirian sepanjang malam.”“Aku nggak apa-apa. Aku nggak ngantuk, juga nggak capek. Aku tunggu sebentar lagi.”Daniel menatap Odelina yang sedang dikelilingi oleh kerabat dan teman-teman. Odelina sadar untuk kedua kalinya. Suaranya masih sangat lemah, tapi kondisinya sedikit lebih baik daripada
Yanti yang berada di ujung telepon lainnya terdiam sejenak, lalu dia baru bertanya, “Odelina sudah sadar sekarang, juga sudah melewati masa kritisnya. Jadi kamu kapan pulang? Kamu sudah berjaga di rumah sakit sepanjang malam. Kamu pasti sudah capek, cepat pulang dan istirahat.”“Ma, aku nggak capek. Aku masih tahan. Mama nggak usah khawatirkan aku.”Yanti sangat ingin marah pada putranya. Namun, berusaha menahan diri. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi, hanya menutup telepon tanpa bersuara lagi.Setelah ibunya menutup telepon, Daniel memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Kemudian, dia kembali ke bangsal. Dia tetap berdiri di luar kerumunan, memperhatikan Odelina dengan tenang.Meskipun Odelina sudah melewati masa kritis, dia masih sangat lemah. Dokter tidak mengizinkan terlalu banyak anggota keluarga tinggal di bangsal, karena hanya akan mengganggu istirahat Odelina. Setelah semua orang menjenguk Odelina, mereka mau tidak mau harus meninggalkan rumah sakit.Pada akhirnya, t
Stefan dan Olivia cekcok dan saling marahan. Olivia bahkan pergi dan menginap di rumah Junia selama satu malam. Keesokan harinya, dia kembali ke kampung bersama Junia untuk melihat kemajuan proyek investasinya. Itu sebabnya, dia tidak bersama Odelina dan Russel.Setelah Olivia menerima telepon dan mengetahui hal yang menimpa Odelina, dia bergegas kembali ke kota.Hal kecil yang terjadi di antara Stefan dan Odelina tertangkap kamera paparazzi, lalu terekspos dan masuk ke pencarian trending.Jika Olivia melihat ini, siapa yang bisa menjamin Olivia tidak akan menyalahkan dirinya sendiri, merasa konflik yang terjadi di antara mereka berdua menyebabkan dia gagal melindungi kakaknya?Stefan meminta Reiki untuk menangani masalah ini dan berusaha menyembunyikan hal ini dari Olivia. Jangan sampai Olivia tahu, setidaknya tidak untuk saat ini.“Kamu harus sadar dengan statusmu. Semua hal yang berhubungan denganmu mudah untuk jadi pencarian trending. Apalagi setelah kamu menikah, semua orang ingin
Aksa justru terus mengungkapkan semua pemikirannya yang salah. Dia juga menyalahkan Stefan dan menganggap kalau sepupunya seakan adalah korban dari Stefan. Stefan berharap dirinya bisa berada di tempat Aksa saat ini agar dia bisa mencekik leher Aksa sampai mati. “Aksa, aku bilang sekali lagi kalau aku nggak ada masalah sama sekali. Aku benar-benar baik-baik saja. Makasih buat perhatianmu,” pungkas Stefan lalu menutup teleponnya. Namun, tiba-tiba saja ponselnya kembali berdering. Stefan sempat menduga kalau Aksalah yang kembali meneleponnya.Jadi, dia langsung berkata dengan nada kesal tanpa menengok lagi ke layar ponselnya, “Aksa, aku kan sudah bilang kalau aku nggak ada masalah apa pun!”“Pak Stefan, ini saya ... Jonas,” ujar seseorang dari balik telepon.Wajah Stefan langsung berubah tenang lalu dia pun berkata, “Oh, Pak Jonas.”“Iya, saya cuma mau tanya tentang keadaan Bu Olivia,” ujar Jonas kembali. “Dia baik-baik saja, kok. Terima kasih atas perhatiannya, Pak Jonas,” balas Stef
Daniel langsung mengerutkan keningnya ketika melihat kemunculan ibunya di rumah sakit. Dia tahu pasti ada hal yang tidak beres jika ibunya datang menghampirinya ke rumah sakit hari ini. Yanti langsung menghampiri kedua laki-laki yang sedang berdiri di depan ruang rawat rumah sakit itu. “Tante,” sapa Stefan sopan. Yanti tersenyum lembut sambil mengangguk untuk membalas sapaan Stefan. Stefan merasa tidak nyaman dengan tatapan mata Yanti kepadanya saat ini karena dia tahu apa maksud dari tatapan itu. Stefan sudah menyuruh Reiki untuk menghapus berita trending yang beredar di internet. Namun, sepertinya sudah banyak orang yang melihatnya. Bahkan mungkin ada banyak juga yang sudah mengambil foto berita itu sebelum berita itu sempat diturunkan. Dahulu, para wartawan akan meminta izinnya terlebih dahulu sebelum mereka menaikkan berita tentang Stefan. Namun, sekarang mereka sudah mengetahui kelemahan Stefan karena dia sudah menikah. Mereka merasa bisa meminta ampunan dari Olivia setelah m
Daniel tidak lagi bisa mengelak dan tetap tinggal di rumah sakit setelah apa yang dikatakan oleh ibunya kepada Olivia. Tidak lama kemudian, Olivia mengantar Yanti dan Daniel sampai keluar ruang rawat. Olivia menghela napasnya setelah melihat kepergian Yanti dan Daniel. Lalu dia masuk kembali ke dalam ruang rawat bersama Stefan. Dia melihat kakaknya yang masih tertidur dengan wajah penuh rasa khawatir. “Olivia, semua pasti ada jalannya. Kamu nggak perlu sekhawatir itu,” ujar Stefan sambil merangkul Olivia dan berusaha menenangkannya. Stefan yakin kalau Daniel pasti bisa meyakinkan kedua orang tuanya untuk bisa menerima Odelina selama Daniel benar-benar yakin dengan perasaannya. “Kayaknya Kak Odelina juga nggak ada perasaan khusus sama Daniel. Perasaan Daniel yang suka sama kakak itu kan urusannya sendiri. Kak Odelina mungkin juga akan nolak dia. Kita lihat nanti saja apa yang akan terjadi selanjutnya,” tambah Stefan.Kemudian Olivia menyandarkan kepalanya di bahu Stefan lalu berkata
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu
Risa sedikit banyak juga sudah mendengar tentang asal-usul keluarga Brata. Dia pun berkata, “Keluarga konglomerat kebanyakan cuma kelihatan damai di luar saja, padahal di dalamnya banyak ribut dan saling bermusuhan. Paling cuma sebagian kecil saja keluarga konglomerat yang nggak punya konflik internal. Bahkan keluarga dekat saja bisa jadi musuh cuma demi mendapat keuntungan pribadi.” “Waktu aku pergi untuk perjalanan bisnis, aku dengar keluarga Gatara yang ada di Cianter juga akhir-akhir ini lagi ribut parah. Ada perebutan kekuasaan antara keturunan kepala keluarga yang sebelumnya dengan kepala keluarga yang lagi menjabat sekarang. Bahkan ada rumor yang bilang kalau kepala keluarga yang sekarang itu membunuh pendahulunya. Nggak ada yang tahu kebenarannya, tapi yang jelas konfliknya dalam banget dan terjadi banyak pertikaian,” Yohanna menambahi. “Nggak usahlah urusin keluarga orang lani. Yang penting keluarga kita sendiri aman sentosa, nggak perlu ribut sampai berselisih kayak keluarg
“Aku sudah kenyang makan. Sekarang aku mau tidur sebentar, nanti sebelum jam tiga sore aku harus balik ke kantor. Jam setengah empat sore ada rapat, minta Dira untuk cepat pulang malam ini, biar Tante Afika nggak marah-marah lagi.” “Tante kamu itu dari dulu memang suka mengomel, kayak hidupku sendiri sudah sempurna saja. Sebagai yang tertua, aku juga punya banyak tanggung jawab,” ujar Risa cemberut. “Kita yang tinggal di satu atap rumah saja juga jarang ketemu. Kalau begitu, aku harus ngomel ke siapa?” Pagi-pagi saat Risa baru bangun tidur, Yohanna sudah berangkat ke kantor. Ketika Yohanna baru pulang ke rumah larut malam, Risa sudah tertidur lelap. Makanya Yohanna dan Risa juga sebenarnya jarang bertemu meski tinggal di satu rumah yang sama. Dengan kondisi seperti itu, Risa mau mengadu ke siapa? Risa menikah ke keluarga Pangestu, tetapi suaminya tidak begitu bisa diandalkan. Untung saja putri sulungnya memiliki masa depan yang cukup cerah, jadi sebagai ibu, dia harus lebih banyak b
“Nggak gemuk, kok. Tapi cuma agak berisi sedikit saja, nggak kayak dulu yang kurus banget. Justru sekarang kamu lebih berisi jadi kelihatan lebih menarik. Terlalu kurus malah jelek,” ucap Risa tersenyum. “... aku nggak makan sembarangan. Sehari-hari juga rutin latihan dan sibuk sama kerjaan, tapi masih saja gemukan.” “Itu artinya masakannya Ronny enak. Asal sehari makan tiga kali seperti biasa dan nutrisinya seimbang, badan kamu pasti bisa menyerap dengan baik dan bikin warna muka kamu kelihatan lebih segar.” Ronny adalah sosok koki pribadi idaman yang terbaik di antara semua koki pribadi yang pernah bekerja untuk keluarga Pangestu. Tidak hanya masakannya yang enak untuk disantap, tetapi penampilan luarnya juga sangat enak untuk dilihat, dan sifatnya juga sangat baik. Ronny sama sekali tidak terlihat seperti koki, dia lebih terlihat seperti seorang tuan muda dari keluarga kaya raya yang terampil dalam segala hal. Tutur katanya sopan dan hangat, dan ketika dia menanggalkan seragam ke
“Iya, Ma,” jawab Tommy. Dua anak nakal itu memang tidak bisa diam. Baru sebentar saja, mereka langsung berdiri dan berkata kepada Yohanna, “Kak Yohanna, aku dan Christian tadi habis bikin boneka salju berbentuk kura-kura. Christian bisa bikin bentuknya mirip banget. Aku mau bisa bikin yang lebih bagus dari dia punya.” “Ya sudah, main saja sana. Tapi kalau kamu merasa kedinginan, langsung pulang, ya,” kata Yohanna dengan lembut. Tommy dan Christian mendengar itu pun langsung berlarian ke luar sambil tertawa riang. Begitu sudah asyik bermain, mereka tidak akan merasa kedinginan. Sesaat Tommy baru saja menginjakkan kakinya di luar, dia kembali sebentar ke dapur untuk menyampaikan apa yang dia inginkan untuk makan siang nanti kepada Ronny. Setelah mendapatkan balasan yang memuaskan dari Ronny, barulah dia keluar lagi dengan gembira. Christian tidak seperti Tommy yang menyampaikan apa yang mereka inginkan untuk makan siang. Dia sadar sepenuhnya bahwa Ronny adalah koki pribadinya Yohanna
Andaikan bisnis keluarga Pangestu selalu dipegang oleh generasi sebelumnya dan tidak terbantu oleh kehebatan Yohanna, mungkin perusahaan itu sudah gulung tidak sejak lama. Kakeknya Yohanna sudah menyadari bahwa anak-anaknya tidak bisa diandalkan, maka dari itu dia sudah dari awal mendidik cucu-cucunya agar kelak bisa mengambil alih bisnis keluarga sedini mungkin, dan anak-anaknya bisa segera pensiun. Meski ini adalah tanggung jawab yang sangat berat, dia percaya cucu-cucunya pasti bisa berdiri dengan kedua kaki mereka sendiri. Apa boleh buat, keluarga Pangestu memang didominasi oleh perempuan, bukan laki-laki. Risa merasa beban berat yang dia tanggung langsung terangkat ketika akhirnya dia melahirkan Tommy. “Mama bukannya suka melukis, coba melukis saja. Kalau tahun baru sudah lewat dan udara mulai makin hangat, nanti aku bantu Mama buka pameran seni,” kata Yohanna. Sorot mata Risa langsung bercahaya mendengar saran dari anaknya. Dia hobi melukis dan memiliki prestasi yang cukup gemi
“Kamu juga sering bantu kakak iparmu jagain keponakannya?” tanya Yohanna terkejut. Meski Ronny saat ini bekerja sebagai koki pribadinya Yohanna, dia juga memiliki usahanya sendiri di Mambera. Yohanna kira setiap hari Ronny sibuk dengan usahanya, tetapi siapa sangka di tengah kesibukannya itu, dia masih meluangkan waktu untuk mengajak anak-anak bermain. Kalau keponakan yang dimaksud itu adalah keponakannya sendiri, wajah. Tetapi yang Ronny bicarakan ini adalah keponakan kakak iparnya. “Nggak sering juga. Di keluargaku kan banyak orang. Kalau Russel lagi datang main, pasti yang lebih tua pada berebut mau main sama dia. Aku cuma kadang-kadang saja ngajak dia main. Seperti yang pernah aku ceritakan. Aku punya banyak saudara kandung. Saudaranya papaku juga tinggalnya pisah-pisah, tapi rumah mereka nggak jauh, jadi mereka sering kumpul bareng untuk makan-makan atau cuma sekadar meramaikan suasana. Kurang lebih sama seperti keluarga kamu.” Suasana di keluarga Pangestu juga cukup meriah. Ke