Odelina melihat putranya baik-baik saja, adiknya juga ada di sana. Dia masih tidak bisa berbicara. Dia mencoba menarik ujung bibirnya ingin tersenyum untuk menghibur adiknya. Namun, dia tidak bisa menghentikan air mata di sudut matanya.Odelina telah mengambil pilihan lagi. Untuk saat ini dia akan meninggalkan orang tuanya, memilih untuk kembali menemani adik dan membesarkan putranya.“Dok, bagaimana dengan kondisi kakakku?” Stefan bertanya pada dokter.“Pasien sudah sadar dan melewati masa kritis, nggak perlu dirawat di ICU lagi.”Semua orang akhirnya bisa menghela napas lega. Odelina sudah boleh dipindahkan ke bangsal umum. Stefan mengatur bangsal VIP untuk kakak iparnya. Bangsal VIP yang tenang, cocok untuk memulihkan diri.Meskipun Odelina sudah sadar, tubuhnya masih sangat lemah. Setelah didorong kembali ke bangsal, dia pun tertidur lagi.Olivia menggendong Russel dan duduk di samping tempat tidur untuk menjaga Odelina. Olivia sesekali menyentuh ujung hidung kakaknya dengan tangan
Daniel tidak mengatakan apa pun lagi.Setelah semua orang melihat Odelina, Sarah meminta para menantunya pulang lebih dulu dan tidak mengganggu Odelina.Lingkaran hitam di bawah mata Stefan dan Olivia juga sangat kentara. Setelah mengetahui kalau Odelina telah melewati masa kritisnya, keluarga Sanjaya dan keluarga Santoso juga datang untuk menjenguk Odelina.Yuna tetap tinggal di rumah sakit, hingga Odelina sadar untuk kedua kalinya, dia baru benar-benar merasa lega.Pengawal keluarga Adhitama membelikan sarapan untuk semua orang. Selesai sarapan, Stefan berkata kepada Daniel, “Dan, kamu pulang dan istirahat dulu. Tadi malam kita sepakat aku akan gantikan kamu saat tengah malam. Kamu malah jaga sendirian sepanjang malam.”“Aku nggak apa-apa. Aku nggak ngantuk, juga nggak capek. Aku tunggu sebentar lagi.”Daniel menatap Odelina yang sedang dikelilingi oleh kerabat dan teman-teman. Odelina sadar untuk kedua kalinya. Suaranya masih sangat lemah, tapi kondisinya sedikit lebih baik daripada
Yanti yang berada di ujung telepon lainnya terdiam sejenak, lalu dia baru bertanya, “Odelina sudah sadar sekarang, juga sudah melewati masa kritisnya. Jadi kamu kapan pulang? Kamu sudah berjaga di rumah sakit sepanjang malam. Kamu pasti sudah capek, cepat pulang dan istirahat.”“Ma, aku nggak capek. Aku masih tahan. Mama nggak usah khawatirkan aku.”Yanti sangat ingin marah pada putranya. Namun, berusaha menahan diri. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi, hanya menutup telepon tanpa bersuara lagi.Setelah ibunya menutup telepon, Daniel memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Kemudian, dia kembali ke bangsal. Dia tetap berdiri di luar kerumunan, memperhatikan Odelina dengan tenang.Meskipun Odelina sudah melewati masa kritis, dia masih sangat lemah. Dokter tidak mengizinkan terlalu banyak anggota keluarga tinggal di bangsal, karena hanya akan mengganggu istirahat Odelina. Setelah semua orang menjenguk Odelina, mereka mau tidak mau harus meninggalkan rumah sakit.Pada akhirnya, t
Stefan dan Olivia cekcok dan saling marahan. Olivia bahkan pergi dan menginap di rumah Junia selama satu malam. Keesokan harinya, dia kembali ke kampung bersama Junia untuk melihat kemajuan proyek investasinya. Itu sebabnya, dia tidak bersama Odelina dan Russel.Setelah Olivia menerima telepon dan mengetahui hal yang menimpa Odelina, dia bergegas kembali ke kota.Hal kecil yang terjadi di antara Stefan dan Odelina tertangkap kamera paparazzi, lalu terekspos dan masuk ke pencarian trending.Jika Olivia melihat ini, siapa yang bisa menjamin Olivia tidak akan menyalahkan dirinya sendiri, merasa konflik yang terjadi di antara mereka berdua menyebabkan dia gagal melindungi kakaknya?Stefan meminta Reiki untuk menangani masalah ini dan berusaha menyembunyikan hal ini dari Olivia. Jangan sampai Olivia tahu, setidaknya tidak untuk saat ini.“Kamu harus sadar dengan statusmu. Semua hal yang berhubungan denganmu mudah untuk jadi pencarian trending. Apalagi setelah kamu menikah, semua orang ingin
Aksa justru terus mengungkapkan semua pemikirannya yang salah. Dia juga menyalahkan Stefan dan menganggap kalau sepupunya seakan adalah korban dari Stefan. Stefan berharap dirinya bisa berada di tempat Aksa saat ini agar dia bisa mencekik leher Aksa sampai mati. “Aksa, aku bilang sekali lagi kalau aku nggak ada masalah sama sekali. Aku benar-benar baik-baik saja. Makasih buat perhatianmu,” pungkas Stefan lalu menutup teleponnya. Namun, tiba-tiba saja ponselnya kembali berdering. Stefan sempat menduga kalau Aksalah yang kembali meneleponnya.Jadi, dia langsung berkata dengan nada kesal tanpa menengok lagi ke layar ponselnya, “Aksa, aku kan sudah bilang kalau aku nggak ada masalah apa pun!”“Pak Stefan, ini saya ... Jonas,” ujar seseorang dari balik telepon.Wajah Stefan langsung berubah tenang lalu dia pun berkata, “Oh, Pak Jonas.”“Iya, saya cuma mau tanya tentang keadaan Bu Olivia,” ujar Jonas kembali. “Dia baik-baik saja, kok. Terima kasih atas perhatiannya, Pak Jonas,” balas Stef
Daniel langsung mengerutkan keningnya ketika melihat kemunculan ibunya di rumah sakit. Dia tahu pasti ada hal yang tidak beres jika ibunya datang menghampirinya ke rumah sakit hari ini. Yanti langsung menghampiri kedua laki-laki yang sedang berdiri di depan ruang rawat rumah sakit itu. “Tante,” sapa Stefan sopan. Yanti tersenyum lembut sambil mengangguk untuk membalas sapaan Stefan. Stefan merasa tidak nyaman dengan tatapan mata Yanti kepadanya saat ini karena dia tahu apa maksud dari tatapan itu. Stefan sudah menyuruh Reiki untuk menghapus berita trending yang beredar di internet. Namun, sepertinya sudah banyak orang yang melihatnya. Bahkan mungkin ada banyak juga yang sudah mengambil foto berita itu sebelum berita itu sempat diturunkan. Dahulu, para wartawan akan meminta izinnya terlebih dahulu sebelum mereka menaikkan berita tentang Stefan. Namun, sekarang mereka sudah mengetahui kelemahan Stefan karena dia sudah menikah. Mereka merasa bisa meminta ampunan dari Olivia setelah m
Daniel tidak lagi bisa mengelak dan tetap tinggal di rumah sakit setelah apa yang dikatakan oleh ibunya kepada Olivia. Tidak lama kemudian, Olivia mengantar Yanti dan Daniel sampai keluar ruang rawat. Olivia menghela napasnya setelah melihat kepergian Yanti dan Daniel. Lalu dia masuk kembali ke dalam ruang rawat bersama Stefan. Dia melihat kakaknya yang masih tertidur dengan wajah penuh rasa khawatir. “Olivia, semua pasti ada jalannya. Kamu nggak perlu sekhawatir itu,” ujar Stefan sambil merangkul Olivia dan berusaha menenangkannya. Stefan yakin kalau Daniel pasti bisa meyakinkan kedua orang tuanya untuk bisa menerima Odelina selama Daniel benar-benar yakin dengan perasaannya. “Kayaknya Kak Odelina juga nggak ada perasaan khusus sama Daniel. Perasaan Daniel yang suka sama kakak itu kan urusannya sendiri. Kak Odelina mungkin juga akan nolak dia. Kita lihat nanti saja apa yang akan terjadi selanjutnya,” tambah Stefan.Kemudian Olivia menyandarkan kepalanya di bahu Stefan lalu berkata
Yanti benar-benar naik pitam dengan ulah putranya. Daniel belum pernah menikah, tapi dia sudah berpikir untuk meminta Russel memanggilnya ayah. Apa dia pikir Roni sudah mati?“Daniel, Mama bilang sekali lagi sama kamu, ya. Pokoknya Mama nggak setuju kamu sama Odelina. Dia janda anak satu. Selain itu, dia juga bukan berasal dari dunia kita. Dia berbeda dari kita, Daniel. Perempuan yang tepat buatmu itu cuma Cherly. Dia itu perempuan kuat yang berasal dari keluarga terpandang dan kaya raya.”“Sekarang coba kamu pikirkan sekali lagi. Bahkan tanpa embel-embel keluarga Lumanto saja Odelina sudah nggak cocok buat kamu. Apa kamu nggak bisa merasakannya?” “Kamu itu CEO Lumanto Group, sedangkan dia cuma pemilik sebuah restoran kecil. Bahkan tempat dia membuka usahanya saja nyewa sama kamu. Perbedaan di antara kalian itu besar banget. Mama ngomong begini bukan karena Mama negeremehin Odelina, tapi memang itu kenyataannya. Daniel, kamu seharusnya memikirkan juga kecocokan di antara kedua keluarg
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu