Di sisi lain, anak gadis Yuna dan Jonas bisa berbincang dengan sangat akrab. Hal ini membuat hati Yuna bergejolak. Perkataan Stefan kepada Jonas sepertinya tidak berpengaruh sedikitpun. Jonas masih saja datang berkunjung setiap beberapa hari sekali sebagai tetangga. Bahkan, dia sering datang menjelang waktu makan. Jelas-jelas dia datang untuk makan gratis!Setelah semua orang masuk ke dalam rumah, Amelia langsung menuangkan air untuk Nenek Sarah. Jonas membantu membawa beberapa buah dan camilan. Nenek Sarah memperhatikan. Jonas terlihat sudah sangat mengenal seluk-beluk rumah keluarga Sanjaya. Anak muda ini licik juga. Dia bahkan bisa membuat Yuna tak berdaya. Lagipula, dia belum mengungkapkan perasaannya kepada Amelia, dia hanya datang sebagai tetangga. Setelah datang berkunjung berkali-kali, wajar saja Jonas bisa mengenal seluk beluk kediaman keluarga Sanjaya.Jonas sangat tak tahu malu. Dia seolah-olah tidak melihat wajah muram yang diberikan Yuna kepadanya di belakang Amelia, j
"Lah, Tiara masih suka muntah? Hamilnya ‘kan sudah tiga bulan." Nenek Sarah bertanya dengan penuh perhatian.Tiara yang duduk tidak jauh dari sana menjawab, “Sudah tiga bulan, tapi masih suka muntah-muntah. Setelah makan, sekitar setengah jam pasti muntah. Habis muntah rasanya lebih nyaman. Mama bilang aku mungkin akan muntah-muntah terus sampai lahiran.” Meski reaksi kehamilan itu membuat Tiara merasa sangat tidak nyaman, tapi itu semua tidak mengurangi rasa cintanya pada anak dalam kandungannya. Sebentar lagi Tiara bahkan akan bisa merasakan gerakan bayi di perutnya. Ketika usia kehamilannya memasuki tiga bulan, Tiara pergi ke rumah sakit untuk periksa kehamilan. Kata dokter, gerakan bayinya baik, tetapi memang masih belum bisa dirasakan karena gerakannya masih sangat lemah. Berdasarkan apa yang dibaca dari buku, setelah enam belas minggu, sang ibu akan bisa merasakan gerakan bayi dengan kuat. Semakin bayinya tumbuh dengan baik, maka gerakannya akan semakin kuat. Tadinya Aksa ber
“Nanti kalau aku ada waktu, aku temani Nenek main kartu, deh,” kata Yuna.Yuna merasa kata-kata Sarah ada benarnya. Tidak peduli bagaimana pun hubungan mereka di masa lalu, sekarang kedua keluarga mereka sudah menjadi kerabat besan.Sebagai kerabat, tak ada salahnya saling berkunjung untuk mempererat persaudaraan.Yuna adalah anggota keluarga dari pihak Olivia. Yuna harus memberi dukungan kepada Olivia, dan harus lebih akrab dengan keluarga Adhitama agar supaya orang lain tidak membuat rumor bahwa keluarga Olivia dan keluarga Stefan tidak bisa akur.“Oke.” Sarah tersenyum ceria, setuju.“Nek, ayo makan.” Yuna mengatakan lagi.Nenek Sarah mengangguk, setelah Nenek Yuna berdiri, dia pun ikut berdiri.Amelia yang duduk paling dekat dengan Nenek Sarah, membantunya berdiri.Nenek Sarah membiarkan Amelia membantunya sedikit, lalu tertawa, “Nenek masih bisa jalan lincah kok, nggak pakai tongkat pun.”Nenek Sarah memang punya tongkat, tapi tongkatnya lebih banyak dia gunakan untuk memukul oran
Setelah makan di rumah keluarga Sanjaya, Nenek Sarah dan Yuna mengobrol sejenak tentang keadaan keluarga masing-masing. Setelah itu, dia dan Jordy pergi dari rumah keluarga Sanjaya. Semua orang mengantar mereka berdua keluar. Setelah Jordy membawa nenek pergi dengan mobil, Yuna berbalik dan melihat Jonas. Yuna mengatupkan bibirnya, tidak mengatakan apa-apa. Lalu, Yuna masuk kembali ke dalam rumah.Tiara ingin beristirahat setelah makan siang. Rudy menemani istrinya. Sesaat setelah itu, hanya Amelia dan Jonas yang masih berdiri di halaman."Mau jalan-jalan?" Amelia mengajak Jonas.Jonas tersenyum lembut, "Jalan-jalan habis makan, ide bagus.”Seyum Jonas memberikan kesan tersendiri untuk Amelia. Setiap kali Amelia berbicara dengan Jonas, Jonas selalu tersenyum lembut kepadanya. Keduanya berjalan keluar dari halaman rumah keluarga Sanjaya.Di sebuah kamar di lantai dua, Yuna berdiri di depan jendela. Dia melihat putri kesayangannya dan Jonas berjalan keluar bersama.Yuna berbicara dengan
Amelia tidak tahu kalau semua orang di keluarganya khawatir dia akan dibawa pergi oleh Jonas.Dia dan Jonas keluar dari vila, lalu berjalan santai di sepanjang jalan cor semen.Biasanya, dia naik mobil keluar dan masuk vila, jadi dia tidak terlalu memperhatikan pemandangan di area vila.“Setelah bertahun-tahun tinggal di sini, aku baru sadar bahwa pemandangan di sini cukup indah. Tanaman hijaunya banyak dan ada banyak sekali kursi di pinggir jalan agar orang bisa duduk dan beristirahat ketika lelah. Tak jauh di depan juga ada sebuah pendopo.”Begitu memasuki area vila, ada taman kecil dengan pepohonan rindang, fasilitas olahraga untuk orang dewasa, dan arena bermain untuk anak-anak.Vila Keluarga Sanjaya dibangun dengan cara membeli beberapa vila kecil, lalu direnovasi sendiri menjadi vila besar dengan fasilitas olahraga dan rekreasi yang lengkap.Oleh karena itu, Amelia jarang berjalan-jalan di taman kecil di area vila ini. Maksudnya adalah, dia biasanya hanya melihat-lihat pemandanga
Amelia duduk dan berkata, “Baguslah. Aku nggak tahan melihat orang-orang bermesraan. Setiap kali melihat Olivia dan Junia, aku jadi iri pada mereka.”“Amelia, kamu nggak perlu iri pada mereka. Kamu akan bahagia di masa depan, sama seperti mereka.”“Nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa tepan, tapi kalau aku nggak bahagia, aku nggak akan mau menahannya. Yang jelas, kalau suamiku nggak memperlakukanku dengan baik, aku akan menceraikannya dan pulang ke rumah orang tuaku. Dua kakakku bisa menghidupiku selama sisa hidupku.”Kepercayaan diri seorang wanita yang sudah menikah berasal dari keluarganya sendiri.Amelia merasa keluarganya sangat mampu mendukungnya.“Nggak akan, mertuamu pasti akan sangat baik padamu.”Jonas merasa para orang tua di keluarganya sangat baik. Tidak ada yang akan mempersulit menantu mereka.“Jangan ngomongin aku lagi. Cepat beri tahu aku, wanita mana yang kamu suka? Dia pasti dari Mambera kan? Rumah yang kamu beli di sini pasti untuk wanita itu.”Jonas me
“Jonas, beri aku waktu untuk memikirkannya.”Amelia tidak menolak Jonas, tapi dia juga tidak menerima pria itu secara langsung. Dia hanya ingin memikirkannya.Jonas berkata dengan penuh pengertian, “Aku mengerti. Aku bisa memikirkannya pelan-pelan. Aku nggak terburu-buru, bahkan kalau kamu nggak mau menerimuku, aku bersedia menunggu, menunggu sampai kamu bisa menerimaku suatu hari nanti.”Amelia tersenyum dan berkata, “Aku hanya merasa semua ini agak mendadak.”“Maaf.” Jonas meminta maaf.Dia merasa semua orang bisa melihat bahwa dia tertarik pada Amelia, jadi rasanya tidak baik kalau dia menunda untuk mengungkapkan perasaannya kepada Amelia.Jadi, waktu Amelia bertanya, dia langsung mengakunya.Jika dia mencintai wanita ini, dia harus mengungkapkan perasaannya terhadap wanita ini.Tidak semua orang bisa merasakan cinta orang lain terhadap mereka.Tiba-tiba, ada keheningan di antara mereka berdua.Setelah duduk beberapa saat, Amelia berdiri dan berkata, “Ayo pulang.”“Oke.”Saat berjal
Amelia tersenyum dan berkata, “Aku hanya baik di mata kalian. Di mata orang lain, aku adalah putri keluarga kaya yang liar. Orang tua di luuar sana nggak pernah mempertimbangkan aku untuk menjadi menantu mereka. Mereka merasa, mereka nggak bisa mengatur menantu sepertiku.”Dia tidak akan membiarkan dirinya ditindas oleh orang lain. Keluarganya kuat.Keluarga kaya di luar sana kebanyakan tidak akan mempertimbangkan untuk menjadikannya menantu mereka. Pria yang memiliki latar belakang keluarga mirip dengannya kebanyakan sudah menikah, atau lebih muda darinya. Dia juga tidak akan mempertimbangkan pria yang lebih muda darinya.“Itu karena mereka nggak bisa menilai orang. Mereka tidak mengamati dan memahamimu, hanya mendengar apa yang dikatakan orang-orang. Waktu pertama kali bertemu denganmu, aku dan Olivia langsung merasa kamu adalah orang yang jujur dan suka berterus terang.”Junia kembali ke dapur untuk membuat jus.“Amelia, kamu benar-benar wanita yang sangat baik. Bukan berarti kami
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu