Mereka takut sekaligus tidak lagi ingin hidup di dalam rumah sewaan. Mereka tidak lagi memiliki uang yang melimpah seperti sebelumnya. Putra-putri mereka sampai harus pergi mencari pekerjaan. Namun, mereka semua tidak berhasil mendapatkan perusahaan yang bersedia mempekerjakan mereka. Alasan semua perusahaan itu adalah karena mereka sudah menyinggung keluarga Adhitama. Perusahaan itu akan dirugikan kalau sampai mempekerjakan mereka semua. “Jordan, Jordan, tolong bujuk kakakmu. Kamu ingat kan betapa baiknya Tante sama kamu? Apa kamu tega melihat tante-tantemu ini dihabisi pelan-pelan sama kakakmu?” Jordan sangat terkejut ketika melihat perubahan kedua bibinya. Dia pun langsung menatap ke arah Rosalina. Ekspresi Rosalina terlihat sangat serius seakan dia tidak akan memberikan belas kasihannya kepada kedua bibinya. Kemungkinan besar, kedua bibinya ini sudah melakukan suatu hal yang fatal sampai membuat Rosalina murka ketika Jordan tidak berada di kota ini. “Tante Intan, Tante Cahaya, s
Wajah Jordan seketika berubah penuh amarah. Dia sebelumnya sempat hampir jatuh dalam pengaruh kedua bibinya untuk melawan Rosalina. Untung saja, keadilan di dalam hatinya masih lebih unggul daripada kejahatan. Akhirnya, Jordan memilih untuk tidak mengikuti keinginan bibinya.Namun, Jordan tidak habis pikir dengan sikap bibinya saat ini. Mereka sudah putus asa untuk membujuk Rosalina agar memaafkan mereka dan memilih cara lain dengan mengadu domba Rosalina dan Jordan. “Aku tahu siapa yang patut dibenci dan disalahkan dalam masalah ini. Kalian sendiri seharusnya bercermin sebelum datang ke sini. Kalian menjadi seperti ini karena ulah kalian sendiri. Aku sadar kok kalau kalian menyalahkanku sebagai penyebab kemalangan kalian. Tapi, aku tidak peduli. Karena aku sangat menikmati melihat kehidupan kalian yang sengsara!”“Kalian adalah orang-orang yang suka mengambil hak orang lain yang seharusnya tidak menjadi milik kalian. Kalian berdua memang pantas menjalani hidup seperti ini,” ujar Rosa
“Kamu nggak perlu tersinggung dengan omongan mereka. Kamu juga nggak perlu mendengarkan semua omong kosong mereka. Apa kamu pikir kamu masih bisa mempercayai mereka di saat saudara kandung mereka saja tidak bisa mempercayai mereka?”Jordan mengangguk penuh semangat kembali. Bagaimanapun juga, dia sangat percaya dengan kakak perempuan tertuanya ini. “Kak, aku nggak akan membiarkan mereka mempengaruhiku lagi,” ujar Jordan. Rosalina mengangguk lalu berkata, “Kamu adalah orang paling baik dengan rasa keadilan yang sangat tinggi di dalam keluarga ini. Kamu nggak pernah terpengaruh dengan sifat jahat orang tuamu. Kamu punya pemikiran dan pendirianmu sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh orang lain.”Ibunya sering membujuk Jordan agar lebih dekat dengan Giselle karena mereka berdua adalah saudara kandung. Namun, Jordan tidak pernah mendengarkan bujukan ibunya. Bagaimanapun juga, Jordan sudah menyukai kakak perempuan tertuanya sejak dia masih kecil. Dia sama sekali tidak peduli dengan ocehan
Giselle Siahaan sudah lama dilupakan sebagai anggota keluarga Siahaan. Jadi, pastinya akan sulit baginya untuk kembali mendapatkan posisinya setelah dia keluar dari penjara nanti. Lagi pula, Rosalina juga tidak berniat untuk memberikan Giselle kemudahan setelah semua kejahatan yang dilakukan Giselle kepadanya selama ini. Dia akan memperlakukan Giselle seperti Giselle memperlakukannya. Rosalina akan membalas semua yang dilakukan Giselle kepadanya sama seperti apa yang Gisella lakukan kepadanya. Namun, Roselina tidak berencana untuk melipat gandakan pembalasan dendamnya kepada Giselle karena dia merasa kalau dirinya ingin bersikap sedikit lunak dengan gadis itu. Jordan tiba-tiba mencium aroma masakan yang sangat menggugah selera dari arah dapur lalu berkata, “Kak, Kak Calvin itu pintar masak, ya. Aku baru mencium aromanya saja sudah merasa lapar dan ingin cepat-cepat makan.”“Makanan yang dimasak Calvin selalu enak. Neneknya adalah orang yang sangat unik dalam membesarkan keturunannya.
“Kak Calvin ... kayaknya mau bilang aku ini pecundang, ya? Aku bisa makan makanan apa saja kok selama ada makanan di meja makan,” ujar Jordan. “Aku nggak bilang begitu, kok. Aku cuma bilang kalau kamu nggak boleh milih-milih makanan. Memangnya kamu pemilih makanan?” balas Calvin yang langsung membuat Jordan terdiam. Jordan memang tidak suka memilih-milih makanan. Dia akan makan apa saja yang ada di atas meja. Namun, dia juga tidak suka kalau ada yang memanggilnya dengan sebutan pecundang. Siapa pun pastinya akan marah kalau ada yang menyebut mereka sebagai pecundang.“Kak Calvin, bisa nggak Kakak ajari aku memasak kalau Kakak ada waktu?” tanya Jordan. “Aku bisa mengajarimu kapan saja. Semuanya tergantung sama waktu luangmu. Kamu kan masih kuliah dan harus belajar dengan baik,” jawab Calvin berusaha mengingatkan adik iparnya untuk mengatur waktu belajarnya dengan baik. “Kalau begitu, Kakak harus mengajariku memasak saat aku libur kuliah, oke?” ujar Jordan penuh semangat. “Oke! Aku
Calvin selalu memperhatikan tunangannya. Dia selalu mengurus Rosalina dengan baik ketika mereka berdua makan bersama dan Rosalina belum bisa melihat. Rosalina sangat suka makan ikan. Namun, sayangnya ikan itu memiliki banyak duri di dalamnya. Calvin akan membantu Rosalina menyingkirkan duri itu agar Rosalina bisa makan dengan tenang. Merawat Rosalina sekarang sudah menjadi kebiasaan bagi Calvin. Calvin mengambilkan makanan untuk Rosalina, sedangkan Rosalina mengambilkan makanan untuk Jordan. Mereka bertiga makan dengan tenang dan penuh kebahagiaan. “Cobalah makanan buatan calon kakak iparmu ini. Masakan buatannya sangat lezat seperti koki di restoran bintang lima,” ujar Rosalina beberapa kali kepada Jordan. Makanan siang ini membuat perut Jordan membuncit sampai dia harus berpegangan pada dinding untuk membantunya berjalan karena perutnya sudah sangat penuh. Kemudian dia duduk di sofa sambil membelai perutnya yang membulat kekenyangan. Calvin berjalan keluar dari dapur setelah dia
Sekarang, hanya tersisa Ricky dan Rika di dalam ruangan. Rika berusaha menarik tangannya dari genggaman Ricky. Namun, Ricky memegangnya erat-erat bagaikan lem yang menempel di atas kertas. Rika baru bisa menarik tangannya jika Ricky melepaskan genggamannya. “Ricky, mau sampai kapan kamu berpura-pura?” tanya Rika kepada Ricky yang masih berbaring di atas meja sambil memegang tangan Rika. “Minum! Sini, ayo minum lagi!” seru Ricky.Rika menatap Ricky dengan wajah kesal. Sesaat, Rika mulai melembutkan raut wajahnya. Bagaimanapun juga, Rika harus segera mengembalikan laki-laki ini ke hotel yang berada di seberang Amber Palace Hotel. Rika berdiri dengan pasrah lalu menopang tubuh Ricky keluar dari ruang makan pribadi. Dia berniat untuk membawa Ricky kembali ke Blanche Hotel. Sepuluh menit kemudian. Rika berhasil membaringkan tubuh Ricky di atas tempat tidur. Dia menarik tangannya dan berhasil melepaskan diri dari Ricky. Rika berpikir kalau Ricky benar-benar mabuk ketika melihat laki-lak
Sekarang, seluruh anggota keluarga Arahan membantu Ricky untuk mendapatkan Rika. Rika pun perlahan mulai luluh dengan semua usaha Ricky. Pada awalnya, Rika menolak Ricky terang-terangan, tapi lambat laun dia mulai bisa menerima Ricky masuk ke dalam hatinya. “Entah aku bisa mendapatkan identitasku sebagai perempuan kembali atau tidak. Kamu kan juga tahu kalau aku adalah perempuan. Jadi, pastinya hubungan percintaan kita nggak akan terganggu karena alasan itu. Namun, kalau memang kamu terganggu dengan identitas palsuku ini karena pandangan negatif orang-orang, seharusnya sejak awal kamu nggak akan mengejarku mati-matian. Aku rasa, kita nggak perlu peduli dengan omongan orang-orang selama kita berdua bisa hidup tenang dan bahagia,” ujar Rika. “Hal yang bisa aku janjikan padamu adalah aku akan mengenakan pakaian perempuan kalau kita memang akan menikah nantinya. Di hari itu, aku akan menjadi perempuan seutuhnya. Bukankah hal itu sama saja seperti aku memberitahu dunia kalau sebenarnya ka
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu