Tentu saja, pembicaraan itu tidak akan baik bagi hubungan mereka ke depannya. Oleh karena itu, Ricky berusaha menghindarinya sebisa mungkin. Di saat yang bersamaan, Felicia sudah pulang ke rumahnya. Felicia mendapatkan kabar kembalinya sang ibu ke Cianter dari Pak Vandi. Felicia juga tahu kalau ibunya langsung pergi ke Blanche Hotel sesampainya perempuan itu di Cianter dan langsung memergoki Cakra yang sedang berselingkuh dengan perempuan lain. Felicia terlihat seperti tidak tahu sama sekali tentang perselingkuhan ayahnya yang terjadi baru-baru ini, tapi sebenarnya dia sangat mengetahuinya dan menyimpannya di dalam hati. Dia menggunakan Ricky seakan laki-laki itu adalah dalang di balik peristiwa ini. Namun, sebenarnya Felicialah yang sudah merencanakan semua ini. Felicia mendapat perintah untuk segera pulang, jadi dia pun pulang tanpa banyak bertanya. Dia tahu kalau saat ini kemarahan ibunya pasti sedang sangat memuncak. Dialah orang pertama yang menyulut permasalahan ini. Ketiga s
Mereka semua memperhatikan orang-orang di sekitar mereka yang terdiam setelah melihat kondisi ayah mereka yang menyedihkan. Kemudian mereka juga melirik ke arah ibu mereka yang sedang duduk di atas sofa sambil merokok tanpa memandang ayah mereka yang berlutut sambil menangis di atas sebuah keyboard. Semua orang hanya bisa berdiri membeku tanpa berani mengatakan apa pun. Bahkan Fani yang sangat disayangi ibu mereka juga hanya bisa diam tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun dari mulutnya. Ivan berjalan perlahan ke samping istrinya lalu berbisik, “Apa yang terjadi sama Papa? Siapa yang memukulnya sampai babak belur begitu?”Dania menjawab pertanyaan Ivan dengan berbisik, “Mama yang memukul Papa. Memangnya kamu nggak lihat kalau Papa sedang berlutut di atas keyboard?”“Papa selingkuh dan Mama memergokinya. Bahkan perempuan selingkuhannya itu habis dipukul sampai babak belur.”Raut wajah Ivan seketika berubah setelah mendengar jawaban istrinya. Dia memikirkan tentang perselingkuhan ya
Felicia menatap ayahnya kaget dan penuh ketidakpercayaan. Pandangan Felicia membuat Cakra sangat malu. Biasanya, orang tua akan menutupi kesalahan mereka dari anak-anaknya agar citra orang tua tidak rusak di hadapan anak-anak mereka. Namun, Patricia kali ini membiarkan semua anaknya mengetahui tentang kesalahannya. Hal ini sama saja seperti mempermalukan Cakra di hadapan anak-anaknya. Bahkan Cakra merasa kalau harga dirinya sudah benar-benar hancur sampai dia tidak mampu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi di hadapan anak-anaknya. Untung saja, cucunya sedang tidak berada di rumah. Jika tidak, dia akan merasa semakin malu dan tidak berani lagi menatap wajah cucu-cucunya itu. “Ma, Papa mungkin sedikit kebingungan saja. Papa juga biasanya selalu bersikap baik dan sangat menyayangi Mama. Mungkin saja … dia dijebak oleh orang-orang itu yang sudah mempersiapkan semuanya untuk menjebak Papa,” bujuk Felicia berusaha menenangkan ibunya.“Perempuan itu yang sudah merencanakan semua ini. Felicia
Ketiga anak laki-laki Patricia hanya bisa teridam tanpa berani berkata-kata. Padahal ibunya sudah bersikap sangat baik kepada mereka, sekalipun mereka tidak bisa menjadi ahli waris keluarga Gatara seperti adik perempuan mereka. Selain itu, nama keluarga mereka juga bukan Gatara, melainkan Vikar sesuai nama keluarga ayah mereka. Namun, mereka tetap dianggap sebagai anggota keluarga Gatara. Di luar sana, orang-orang juga terus menyebut mereka sebagai anggota keluarga Gatara. Bahkan mereka juga memiliki posisi strategis di perusahaan yang bisa menghasilkan banyak uang. Selain itu, mereka juga jarang sekali mendapat omelan dari ibu mereka ketika mereka melakukan kesalahan di perusahaan, kecuali kesalahan itu sudah benar-benar keterlaluan. Tidak seperti adik kandung mereka ketika masuk ke dalam perusahaan dan terus mendapat omelan dari ibu mereka. Sekalipun posisi Felicia juga sedikit lebih baik daripada mereka, tapi ibu mereka sering sekali memarahi Felicia hanya karena masalah kecil. S
Ibunya akan memarahi ketiga kakak laki-lakinya setiap kali mereka membuat masalah. Bahkan ibunya tidak segan untuk memukul ketiga kakak laki-lakinya, tapi ibunya sama sekali tidak pernah memukul ataupun memarahi Fani setiap kali dia membuat masalah. Patricia menatap Fani dingin yang langsung bisa dirasakan oleh Fani. Akhirnya, dia tidak memiliki pilihan lain selain berlutut menuruti perintah ibunya bersama dengan ketiga kakak laki-laki angkatnya. Dia hanya bisa mengutuk perbuatan ayahnya yang sudah membuatnya menderita seperti ini. Dia tidak tahu kalau ternyata ayahnya menggunakan uang yang diberikannya untuk bermain perempuan. Dia memberikan uang ratusan juta kepada ayahnya karena dia merasa kasihan dengan ayahnya yang selalu merasa tertekan setiap kali ada ibunya di rumah. Jadi, dia memberikan uang itu agar ayahnya bisa bersantai sejenak. Namun, hasilnya sekarang dia justru merasa tersiksa karena perbuatan ayahnya. “Kalian berlima, pukul wajah kalian sendiri!” seru Felicia memberi
Dania akhirnya, memiliki kesempatan untuk membalaskan dendamnya kepada adik ipar angkatnya secara terang-terangan. Hal ini adalah suatu kejadian yang sangat langka. Kemudian tiba-tiba saja dua menantu Patricia lainnya berseru dengan penuh antusias, “Ma, kami juga mau membantu Fani agar Fani tidak mengulangi kesalahannya lagi.”Fani menatap ketiga kakak iparnya dengan penuh kebencian. Apa mereka pikir, Patricia akan berpihak kepada mereka setelah kembali dari Mambera? Bagaimanapun juga, Patricia hanyalah ibu mertua mereka bertiga, sedangkan Fani adalah anak perempuannya. Biasanya, seorang ibu akan jauh lebih memihak kepada anak perempuannya daripada menantu perempuannya. Patricia menatap kedua menantunya lalu berkata, “Biar Dania saja yang melakukannya. Kalian perhatikan pelajaran ini baik-baik.”“Baik,” jawab kedua perempuan itu dengan penuh kekecewaan. Fani menatap Dania yang berjalan menghampirinya lalu berkata, “Kak, aku takut. Tolong, jangan pukul aku keras-keras.”“Seharusnya k
“Nantinya, kalian harus hidup mandiri di luar sana. Kalianlah yang memutuskan jalan hidup kalian masing-masing. Jangan kalian pikir, aku akan bersikap lembut kepada kalian karena kalian adalah anak-anakku. Siapa pun akan berakhir buruk jika berani mengkhianatiku tanpa peduli siapa orang itu,” ancam Patricia. “Ma, kami tahu kalau kami salah. Kami nggak akan memberikan uang kepada Papa lagi,” ujar Ivan mengakui kesalahannya lalu diikuti dengan adik-adiknya yang ikut mengatakan hal yang sama. Mereka juga sadar kalau semua yang mereka miliki saat ini adalah pemberian dari ibu mereka. Mereka pasti tidak akan ada artinya di luar sana kalau sampai mereka harus menanggalkan nama besar keluar Gatara dan keluar dari Gatara Group. Mereka juga akan tetap memilih uang dan kekuasaan dibanding selingkuhan mereka, sekalipun mereka sangat mencintai perempuan-perempuan itu. Semua ini terjadi karena ayah mereka. Padahal mereka memberikan uang itu sebagai wujud bakti mereka kepada Cakra, tapi Cakra jus
Felicia menyerahkan es batu yang ada di tangannya kepada ayahnya. Kemudian dia meminta ayahnya untuk kembali ke kamar dan mengompres wajah bengkak itu dengan es batu. Cakra pun mengambil es batu itu dan berjalan menuju lantai atas kembali ke dalam kamarnya. Sekarang, hanya tersisa Felicia dan ibunya di dalam ruangan. Suasana kembali terasa sunyi. Felicia duduk di samping Patricia lalu berusaha menghiburnya dengan berkata, “Ma, Papa tahu kok kalau dia salah. Aku yakin, dia pasti nggak akan berani mengulang kesalahannya lagi. Jadi, Mama nggak usah khawatir, ya.”Patricia menghela napasnya lalu berkata, “Papamu pasti kesal dengan Mama. Dia tunduk karena dia takut dengan apa yang bisa kulakukan nantinya untuk membuat dia menderita. Di mata orang-orang, mungkin kami berdua adalah pasangan yang serasi dan penuh kasih. Tapi, Mama jauh lebih mengetahui keadaan rumah tangga Mama daripada orang-orang itu.”“Lalu kenapa Mama masih saja mau terus bersama Papa kalau memang Mama sudah tahu Papa be
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu