Melihat rumahnya yang begitu dekat, Giselle tetap tidak berani masuk ke dalam. Kebenciannya terhadap Rosalina semakin dalam. Memikirkan bahwa orang tua mereka telah mengalihkan semua aset mereka atas nama adik laki-lakinya. Adiknya masih bersekolah, sementara bisnis keluarga diserahkan kepada Rosalina untuk dikelola. Giselle bahkan mulai menyalahkan orang tuanya sendiri. "Suatu hari nanti, aku akan buat kalian semua berlutut di depanku dan menjilat sepatuku!" Giselle mengutuk dengan kejam, tetapi pada akhirnya, dia tetap tidak berani mendekati rumahnya. Perempuan itu memutar mobilnya dan meninggalkan vila keluarga Siahaan.Dia lalu pergi ke toko bunga Spring Blossom, tetapi Rosalina juga tidak ada di sana. Saat bertanya kepada dua pegawai toko, mereka menolak untuk menjawabnya. Giselle sangat ingin menghancurkan toko bunga itu, tetapi dia tidak berani. Karena jika dia bertindak gegabah, dia pasti akan rugi sendiri. Rosalina tidak akan menunjukkan belas kasihan padanya. "Kalau dia
Warna wajah Giselle langsung berubah drastis. Di dalam hatinya, dia sudah memaki Rosalina jutaan kali. Hal yang paling dia benci adalah Rosalina memelihara hewan untuk mengejarnya. "Kalian membuka gerbang hari ini, apakah ada tamu penting yang datang?" tanya Giselle. Satpam itu menjawab dengan suara serius, "Bu Giselle, silakan pergi!" Dia tidak menjawab pertanyaan Giselle. Dari sana, Giselle bisa menebak bahwa pasti ada tamu penting. Jika tidak, gerbang vila tidak akan dibiarkan terbuka begitu saja. Dia melongok ke dalam, tetapi tidak melihat wajah asing. Karena desakan satpam, Giselle pun dengan kesal mengendarai mobilnya pergi. Dia tidak berani membuat keributan seperti sebelumnya. Jika keluarga Adhitama sedang menjamu tamu dan dia membuat onar di gerbang Vila Permai, hal itu akan mempermalukan keluarga Adhitama, dan Stefan bisa dengan mudah melenyapkannya. Bagi keluarga Adhitama, membunuhnya tidak lebih sulit daripada membunuh seekor semut. Saat pertama kali menjadi simpanan
Seraya tersenyum, Lota berkata, “Aku tahu kamu iri sama Rosalina dan Olivia. Harus kuakui mereka memang lebih pintar dari kamu. Mereka lebih punya value dibanding kamu.” “....” Ya, mereka memang lebih pintar, lebih memiliki beragam kemampuan, dan lebih layak untuk diharga daripada Giselle. Kalau memang Lota bisa mencari mereka, untuk apa dia harus menjadikan Giselle sebagai simpanannya? Giselle sendiri bahkan masih tidak sudi dijadikan istri simpanan Lota. Masa depan Giselle yang cerah dirampas oleh Lota, tetapi Lota masih dengan teganya menuduh Giselle tidak berguna. Alih-alih menyalahkan Giselle, bukankah lebih baik dia menyalahkan Rosalina saja?! Dasar buta! Giselle sangat menyesal mengapa tidak dari dulu saja dia buat habisi nyawa Rosalina. “Kalau nggak bisa masuk, cepat pergi. Kamu dari tadi sudah dilihat sama banyak orang,” ujar Lota dan langsung menutup teleponnya. Setelah perbincangan di telepon berakhir, Giselle memaki-maki Lota guna melampiaskan kekesalannya. Lagi pula d
"Kalau Giselle memang memakai topeng kulit manusia, berarti dia ada seseorang yang sangat kuat di belakangnya?" Nana mengambil sepiring camilan kecil dan bertanya, "Kalian mau makan? Aku rasa camilan ini enak sekali, aku suka." Olivia tersenyum dan berkata, "Kalau suka, makanlah yang banyak. Tapi sebentar lagi kita akan makan siang, jangan makan terlalu banyak camilan, nanti amu nggak bisa makan nasi." Setelah bertemu dengan Yanti bersama dengan bibinya, Olivia segera kembali ke Vila Permai. "Oh ya, Waktu aku dan kakak iparku keluar dari kafe, kami bertemu dengan Lisa. Nggak lama setelah kami kembali ke vila, Giselle tiba-tiba muncul. Kebetulan sekali, bukan?" Amelia menimpali, "Kenapa rasanya seperti Lisa sengaja menunggumu dan muncul untuk bertemu secara kebetulan? Seperti dia memang menargetkanmu?" Olivia bertukar pandang dengan yang lainnya, lalu berkata, "Mungkinkah ini semua diatur oleh bibi buyut kita dari belakang?" Amelia langsung membantah, "Kalau dia ada kemampuan sep
Olivia menyipitkan mata dan tersenyum sambil berkata, "Kalau begitu baguslah. Karena kamu merasa kita seperti teman lama sejak pertama bertemu, kalau seorang teman lama meminta bantuan, kamu nggak akan menolak, 'kan?" "Aku, aku akan bicara dengan kakak seniorku dan yang lainnya, biar mereka membantumu menyelidikinya," jawab Nana dengan pasrah. Siapa suruh dia terlalu banyak bicara dan mengatakannya begitu saja. Olivia sama sekali tidak merasa sungkan. Dia mengambil kembali piring kecil berisi kue yang tadi diletakkan, lalu menyerahkannya kepada Nana sambil tersenyum, "Kamu bisa makan satu lagi. Makan sedikit nggak akan memengaruhi makan siangmu."Nana mengambil sepotong kecil kue dan memakannya sambil berkata, "Kue Kak Olivia terlalu mahal. Aku hampir nggak sanggup membelinya." "Nggak mahal, makan saja, ini gratis," Olivia tertawa. "Beri tahu kakak seniormu, berapa pun biayanya, aku akan menanggung semuanya. Aku nggak akan membiarkan kakak seniormu bekerja tanpa bayaran."Nana buru
"Saya nggak punya nafsu makan, nggak mau makan. Kalian nggak perlu mengurus saya. Saya nggak memanggil kalian, jadi jangan masuk! Saya sedang sangat kesal." Patricia berbicara dengan suara dingin, berjalan mondar-mandir di ruang tamu sambil terus merokok. Kepala pelayan dengan suara pelan mencoba membujuk, "Dari Ibu kembali, Ibu belum makan sama sekali. Kalau terus seperti ini dan nggak makan siang, bagaimana bisa?" "Saya bilang saya nggak lapar! Kalau saya mau makan, saya sendiri yang akan makan, tidak perlu kalian paksa. Pergilah! Jangan menunggu di sini!" Kepala Pelayan yang tidak berdaya hanya bisa berbalik dan pergi. Dia tidak tahu masalah apa yang sedang dihadapi Patricia, hingga suasana hatinya begitu buruk. Dulu, Patricia juga pernah mengalami masa-masa muram, tetapi saat itu selalu ada Cakra yang menemaninya, menghiburnya. Patricia bisa melampiaskan amarahnya kepada suaminya, dan setelah itu suasana hatinya pun membaik. Sekarang, tidak ada lagi Cakra yang menjadi tempatn
"Kalau dia nggak memanggilku pulang, aku juga nggak berani kembali. Kalau aku pulang, itu hanya akan membuatnya makin marah. Telepon saja Felicia, suruh dia pulang dan melihat keadaan." Kepala Pelayan hanya menjawab dengan tidak berdaya, "Baiklah, saya akan menelepon Bu Patricia sekarang dan memintanya pulang." Setelah menutup telepon, Cakra mulai berpikir dalam-dalam. Kenapa Patricia begitu gelisah dan marah? Masalah apa yang bahkan Dikta pun tidak bisa selesaikan? Jangan-jangan... lelaki yang sebenarnya dicintai perempuan itu sudah ditemukan? Dan yang menemukannya bukan Patricia sendiri, melainkan seseorang dari Mambera?Kedua keponakan Patricia ada di Mambera. Keponakan yang lebih muda memang sudah meninggal lebih dari sepuluh tahun yang lalu, tetapi dia meninggalkan dua anak. Salah satunya adalah Odelina, yang kini berada di Cianter. Keponakan yang lebih tua adalah istri seorang pebisnis di Mambera. Sebagai istri pebisnis besar, dia juga seorang legenda di dunia bisnis Mambera.
Namun, sepertinya tidak bisa lagi menghindar. "Ada apa?" tanya Felicia dengan nada dingin. Rika membawa secangkir kopi panas dan meletakkannya di hadapannya. Felicia mengangguk sebagai tanda terima kasih. Rika duduk di seberangnya, tetapi tidak memperhatikan isi teleponnya. Dia sibuk bekerja, fokus membaca dokumen-dokumen di tangannya. Tidak bisa dipungkiri, Rika memang sangat tenang dan berwibawa, benar-benar pantas menjadi CEO Aurora Group. "Bu, sebaiknya Anda segera pulang. Bu Patricia nggak mau makan sejak tadi malam hingga sekarang, dan suasana hatinya sangat buruk." Felicia terdiam sesaat sebelum berkata, "Kalau mamaku nggak mau makan, itu berarti dia belum merasa lapar. Jangan ganggu dia. Aku ada janji makan dengan klien. Kalau aku membatalkan, itu sama saja dengan memberikan klien itu ke Odelina." Felicia juga tidak berbohong. Setelah ini, dia memang akan makan bersama Rika, dan dia yang mentraktir. "Bukan karena nggak lapar, tapi karena suasana hatinya yang buruk, Bu. A
Asalkan Dikta membantu Felicia pulang ke keluarga Gatara dan memantapkan kedudukan dia sebagai penerus Patricia, Dikta bisa hidup dengan bebas tanpa harus terikat kepada siapa pun. Anggaplah ini sebagai akhir yang bahagia untuknya. “Cakra … kalau aku mati, dia juga harus ikut mati bersamaku, atau dia cuma akan menyalahgunakan kekuasaan yang dia punya. Mau gimanapun juga, Felicia tetap anaknya. Aku khawatir Cakra bakal menggunakan statusnya sebagai orang tua untuk menekan Felicia. Lalu soal tiga anak laki-lakiku … itu tergantung mereka sendiri.” Patricia memejamkan matanya. Dengan segala kuasa yang dia miliki saat ini, dia hanya bisa melindungi orang yang terpenting baginya. Cakra sudah berpesan kepada ketiga putranya yang tidak berguna itu untuk mengandalkan keberuntungan mereka sebaik mungkin. Jika mereka masih tidak mendengar nasihat ayah mereka, itu salah mereka sendiri. Cakra hanya peduli kepada ketiga putranya dan anak-anak dari mereka, karena mereka semua mewarisi marganya. Sed
“Bukannya Bu Patricia sendiri yang mengundang mereka?” Si pelayan rumah bertanya balik. Tanpa undangan langsung dari Patricia, para kru media ini untuk apa juga repot-repot datang ke kediaman keluarga Gatara? Toh tidak ada berita heboh juga yang perlu diliput. Seketika itu Patricia baru sadar siapa pelakunya. Dia tidak mengundang kru media, Felicia juga tidak mungkin karena saat itu dia sedang dibawa pergi meninggalkan Cianter. Suami dan ketiga anak lelakinya juga tidak mungkin punya nyali untuk melakukan itu. Satu-satunya orang yang bisa melakukan itu hanyalah Yuna, keponakannya sendiri. “Bilang ke kru media, malam ini aku nggak mengundang mereka, suruh mereka pergi dan jangan lupa kasih hadiah untuk mereka semua,” ujar Patricia. Pemberian hadiah itu tentu hanya pemanis agar para kru media ini tidak menciptakan rumor-rumor yang tidak benar. Kru media zaman sekarang mudah sekali membuat berita palsu atau informasi yang dilebih-lebihkan demi mengejar traffic pembaca. Reputasi keluar
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj