Kebetulan, di saat itu datang seorang pelanggan yang ingin membeli seikat bunga. Rosalina mengambilkan foto sampel barang agar pelanggan bisa memilih. “Nggak perlu, langsung saja pilihkan bunga mawar. Aku mau nembak seseorang,” kata pelanggan pria muda itu dengan nada sedikit malu-malu. “Baik. tunggu sebentar, ya. Biar aku pilihkan yang bagus,” sahut Rosalina tersenyum. Calvin juga mempersilakan pemuda itu untuk duduk dan menawarkan segelas air hangat untuknya. Pemuda tersebut menatap sekilas Rosalina dan Calvin, lalu diam-diam dia bertanya kepada Calvin, “Kamu sama pemilik toko bunga ini suami istri atau pacaran?” “Kami suami istri. Yang punya toko bunga ini istriku,” jawab Calvin. “Aku lihat kalian berdua bahagia banget, ya, kelihatannya.” “Iya. aku sayang banget sama istriku. Dia juga sayang banget sama aku.” Membayangkan sosok wajah perempuan yang menjadi dambaan hatinya, raut wajah pemuda itu tampak bersinar dengan penuh harapan. Dia berkata, “Aku juga tertarik sama satu ce
“Dia belum bayar, jangan kasih dia pergi!” Rosalina tidak akan membiarkan Giselle berbuat sesuka hatinya. Dengan satu seruan darinya, kedua pengawalnya dengan sigap menghadang jalan Giselle. “Rosalina, aku cuma ambil beberapa tangkai saja. Kamu kan masih punya banyak, apa salahnya aku ambil sedikit saja? Masih minta bayar pula. Aku ini adikmu, adik kandungmu!” “Justru karena kamu adikku, seharusnya kamu bayar, jangan bikin aku rugi. Nggak peduli siapa pun yang datang, yang mau beli bunga ya harus bayar, termasuk amu. Lagi pula dari dulu kamu nggak pernah menganggap aku sebagai kakak. Giliran perlu sesuatu, baru bawa-bawa hubungan kakak adik. Maaf, nggak bisa. Bunga mawarku ini masih segar dikirim langsung dari supplier. Karena kamu adikku, aku kasih harga 40 ribu untuk satu tangkai. Karena kamu ambil lima tangkai, bayar aku 200 ribu. Aku nggak nipu, memang harganya segitu.” “Rosalina, kamu kenapa nggak merampok bank saja sekalian? Masa satu tangkai harganya sampai 40 ribu? Nih, aku
“Kamu benar-benar percaya kalau Mama mau jodohin kamu sama Calvin? Itu cuma ngomong doang. Buktinya, nggak pernah terwujud, ‘kan?” ujar Jordan sambil menunjuk-nunjuk kepala Giselle dengan jarinya. “Kak Giselle, tolonglah normal sedikit, ya? Dengan kondisi kamu yang begini sekarang, jangankan sama cowok yang sempurna kayak Kak Calvin. Bahkan sama cowok biasa yang nggak sebaik Kak Calvin saja belum tentu ada yang mau.” Seraya menepis jari Jordan yang menohok kepalanya, Giselle membalas dengan nada marah, “Memang aku seburuk itu? Aku masih muda, cantik, badanku juga bagus, dan punya aura yang elegan. Kalau di zaman ini masih ada kaisar, aku lebih dari layak untuk jadi permaisurinya.” “Kak Giselle, hati-hati kalau ngomong. Belum tentu nyawamu sanggup mendukung ambisi kamu yang terlalu tinggi.” Seketika Jordan selesai berbicara, dia langsung disambut oleh pukulan dari kakak keduanya.” “Apa maksudmu? Kamu menyumpahi aku cepat mati? Siapa bilang nyawaku pendek? Aku ini punya hidup panjang
Tepat seperti apa kata Rosalina, Jordan memiliki perasaan yang lebih lembut dibanding kakaknya. Andaikan Jordan sama kerasnya seperti Rosalina, pasti dari dulu Giselle sudah mencari pekerjaan karena sudah tidak diberi uang lagi. Agar Giselle bisa hidup mandiri. Jordan bertekad untuk tidak lagi membantu kakaknya setelah tahun berganti. Dia akan pergi mengunjungi orang tuanya di bandara dan bilang, bahwa Giselle benar-benar tidak bisa terus dimanjakan. “Jordan, terus saja kamu memihak ke Rosalina. Suatu hari nanti kamu pasti bakal menyesal. Dia itu cuma berpura-pura kelihatan lemah di depan orang lain, padahal aslinya dia itu beringas. Kamu nggak tahu sudah berapa banyak orang yang tertipu sama dia? Kamu pikir dia benar-benar baik ke kamu? Dia cuma membujuk kamu supaya kamu percaya sama dia. Habis itu dia bakal ambil semua milik kamu dan mengusir kita. Dia lagi membalas dendam ke kita, khususnya kamu. Dia sekarang sengaja bersikap baik ke kamu untuk merusak hubungan kita.” “Kak Giselle
“Iya, iya. Kalian dua lawan satu, aku nggak mungkin menang,” kata Giselle melampiaskan emosinya. “Kasih aku berapa puluh juta untuk aku pakai. Aku sudah nggak punya uang lagi.” Giselle mengulurkan tangannya di hadapan Rosalina dan meminta pemberian darinya. Rosalina bukannya memberi, justru malah menampar tangan Giselle dan menghardik, “Jordan saja bisa pakai waktunya di libur musim dingin untuk cari kerja, kamu bukannya cari kerjaan malah minta-minta. Asal kamu mau kerja jadi tukang sapu jalanan pun, kamu tetap punya penghasilan. Aku punya uang, tapi aku nggak mau kasih kamu. Jangankan dengan hubungan kita yang sekarang. Kalaupun kita dekat, aku sebagai kakak nggak punya kewajiban untuk menghidupi kamu. Aku dari dulu selalu bilang. Kalau mau foya-foya, cari uang sendiri.” Seraya berbicara, Rosalina berjalan menjauhi Giselle dan sibuk mengurus bunga-bunganya. Sebentar lagi sudah mau tahun baru, pembeli bunga akan sangat banyak. Setiap hari pasti ada saja yang datang untuk membeli bun
Jordan sangat bersyukur Rosalina memperlakukan Doni dengan sangat baik, makanya Doni jadi sangat setia kepada Siahaan Group. Andaikan nasib Siahaan Group tidak jatuh ke tangan Rosalina, Doni juga tidak akan mau bekerja demi perusahaan, dan mungkin Siahaan Group sudah mati. Ketika orang tua mereka dipenjara, Jordan baru berusia 18 tahun, dan Giselle hanya bisa menghabiskan uang saja, belum lagi anggota keluarga lain yang mengincar bagian dari harta keluarga. Hanya dengan Jordan dan Giselle saja, mereka tidak mungkin bisa mempertahankan aset keluarga mereka. Setelah penglihatan Rosalina pulih, dia masih belum bisa terlalu lama menggunakan matanya, jadi urusan operasional perusahaan tetap dia serahkan kepada Doni. Untungnya, sekarang Jordan sudah memiliki kakak ipar. Andaikan ada sesuatu, Calvin pasti akan siap membantu, karena sebagian besar dari Siahaan Group adalah milik Rosalina juga. Calvin tidak akan membiarkan Rosalina kehilangan miliknya. “Baru kerja sebentar saja otakmu sudah