“Setiap hari ketemu pun, mamaku pasti bakal tetap sayang sama Russel. Di keluarga ini nggak ada lagi anak yang sekecil Russel. Russel juga lucu dan manis mulutnya, makanya banyak yang suka.” Daniel meminta pelayan rumah untuk mengangkut barang bawaan Odelina masuk ke dalam rumah. Dia tidak membutuhkan kursi roda. Cukup meminta pengawalnya membantu dia menaiki anak tangga dan sisanya biar Odelina yang menuntunnya berjalan pelan-pelan ke dalam. “Waktu pertama kali lihat Russel, aku juga langsung suka sama dia. Dulu aku nggak begitu suka sama anak kecil karena mereka berisik. Waktu keponakanku masih kecil, aku kesal setiap kali lihat mereka nangis nggak berhenti. Tapi sejak ketemu Russel, aku jadi suka anak kecil. Setiap kali dengar Russel panggil aku dengan nadanya yang manja itu, hatiku langsung meleleh.” Daniel hanya mengutarakan isi hatinya apa adanya. Dia sangat menyukai russel. “Waktu aku cerai sama Roni, Russel masih belum terlalu pintar ngomong. Aku juga nggak menyangka ternya
Senyum lebar menghiasi wajah Yanti. “Halo, Tante,” sapa Odelina. “Odelina, akhirnya kamu pulang juga,” balas Yanti. Kedua tangannya sudah membentang bersiap menggendong Russel turun dari mobil. Setelah itu dia menggendong Russel masuk ke dalam rumah seraya bertanya, “Russel, senang nggak pergi jalan-jalan sama Tante Olivia?” “Senang banget. Nenek, sudah kangen sama aku, ya?” “Iya. Nenek kangen banget sama kamu, Russel. Begitu tahu kamu sudah pulang, Nenek langsung telepon Om Daniel untuk bawa kamu ke sini. Nenek sudah siapin banyak makanan dan minuman enak. Kamu pasti suka, deh. Nenek juga sudah bilang ke kakak-kakak kamu untuk datang kalau sempat. Sebentar lagi pasti ramai banyak yang mau main sama kamu. Kamu nggak bakal merasa kesepian. Kakak kamu yang paling kecil juga senang banget pas tahu kamu mau datang.” Kakak paling kecil yang dimaksud Yanti adalah cucunya yang paling muda, anak bungsu dari kakak ketiganya Daniel. Di tahun depan dia baru akan menginjak usia sebelas tahun,
“Mama, Mama.” Russel memanggil dari lantai atas. Sontak Odelina dan Daniel pun menoleh ke atas. “Kenapa?” tanya Odelina dengan penuh perhatian.” “Aku nggak bisa bawa semua mainannya. Mama bisa naik bantu aku sebentar, nggak?” “Oke. Kamu pilih saja dulu mana yang mau kamu bawa.” “Sudah aku pilih.” “Kamu bantu aku rapikan barang untuk papa mama kamu. Aku mau bantu Russel dulu,” ujar Odelina kepada Daniel. “Oke.” Odelina memiliki beberapa orang asisten rumah tangga yang bantu menjaga dan membersihkan rumah selama dia pergi. Sebelum pulang, para asisten rumah tangga itu datang membersihkan rumah secara bergantian. Namun karena sekarang sudah mau tahun baru, hanya ada sepasang suami istri asisten rumah tangga saja yang bersiaga, sementara yang lain sudah pulang ke kampung halaman mereka masing-masing. Odelina tidak memberi tahu sepasang suami istri itu kalau dia akan pulang hari ini. Dia baru mengabari mereka setelah tiba di rumah. Saat ini sepasang suami istri itu sedang membeli ke
“Atau coba ajak Liam datang main ke Mambera saja,” usul Daniel setelah mepertimbangkan pertemuan Russel dengan Liam berikutnya. “Kalau ajak dia main ke sini, takutnya kita yang nggak bisa melindungi dia. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita yang harus tanggung jawab. Aku rasa lebih baik kita yang antar Russel ke Aldimo saja. Guru-gurunya Liam sudah membangun jaringan perlindungan yang bagus di sana. Liam jauh lebih aman di sana. Orang yang mau membunuh Liam nggak akan dapat kesempatan.” Odelina mengaku dia tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menjamin keselamatan Liam. di antara seluruh keluarga Liam, hanya Liam satu-satunya yang selamat. Liam bisa bertahan hidup karena pengasuhnya yang mengorbankan nyawa. Kini Liam menjalani kehidupan yang bahagia. Meski harus menjalani studi yang keras, semua orang berusaha sebaik mungkin untuk memberikan Liam masa kecil yang bahagia. Walau begitu, mereka semua tetap diam-diam melindungi Liam dari bayang-bayang. Jika Liam keluar sebentar saja d
“Tapi masalahnya kita kan baru pulang, belum siapin hadiah atau apa. Kalau datang cuma dengan tangan kosong, aku jadi nggak enak hati,” ujar Odelina, dia tidak ingin datang menemui calon mertua dengan tangan kosong. “Coba aku lihat-lihat dulu di rumah ada barang apa yang bisa aku kasih sebagai hadiah …. Oh, kayaknya di rumah masih banyak makanan suplemen kesehatan. Bawa itu saja untuk kasih ke papa mama kamu. Nanti kita pergi lagi beli hadiah untuk keponakan kamu. Aku nggak tahu kasih apa untuk kakak-kakak kamu, tapi untuk istri mereka, aku bisa kasih perhiasan atau produk skin care.” Odelina memiliki banyak perhiasan dan barang-barang kecantikan yang baru dia beli dan belum sempat dia gunakan. Barang-barang itu bisa dia berikan kepada mereka karena waktunya sudah mepet. Kalau harus pergi beli lagi, Odelina tidak akan punya waktu yang cukup. Untunglah biasanya Olivia suka memberikan perhiasan dan produk kecantikan. Yuna dan Amelia juga sering mengirimkan barang-barang itu kepada Odeli
Yuna dan yang lain sudah pulang ke Mambera lebih awal dari Odelina. Deddy bersinggah di kediaman keluarga Sanjaya. ODelina juga sekalian ingin mengunjunginya. “Oh, itu harus. Soal pernikahan kamu sama Odelina gimana?” Daniel menoleh ke arah Odelina dan menjawab, “Seharusnya bisa cari waktu untuk urus ke kantor catatan sipil. Odelina belum bilang apa-apa, tapi seharusnya besok sempat.” “Sebisa mungkin besok beres semua urusannya. Kantor catatan sipil tahun baru juga libur. Kalau sudah di rumah nanti, coba lihat maharnya. Kalau nggak ada masalah, langsung dikirim ke keluarganya Odelina. Soal tanggal untuk pestanya Mama sudah minta orang pintar untuk pilih tanggal yang bagus. Mau pakai tanggal yang mana nanti kamu bahas saja sama Yuna dan Olivia. Kalian juga coba lihat tanggal mana yang nyaman, kapan Odelina ada waktu.” Yanti tahu saat ini Odelina sangat sibuk, beban yang harus Odelina pikul sekarang sangat berat. Sebagai anak pertama, sudah pasti Odelina akan memiliki tanggung jawab