เข้าสู่ระบบDafa, 30 tahun, pengemudi ojek online yang berjuang keras mencari nafkah untuk keluarganya. Suatu hari, dia bertemu dengan seorang wanita cantik yang misterius di jalan. Tanpa Dafa sadari, wanita itu mulai menjeratnya dalam masalah yang rumit, mengancam kehidupan dan keluarganya. Apakah Dafa bisa keluar dari situasi ini tanpa kehilangan apa-apa? Atau akankah dia terjebak dalam perangkap yang dibuat oleh wanita misterius itu?
ดูเพิ่มเติม“Sayang aku berangkat kerja dulu ya doain aku semoga hari ini banyak pelanggan.”
ucap Dafa dengan penampilan yang sudah rapih ia memakan jaket dengan logo bundar berwarna biru itu dipadukan dengan celana levi’s hitamnya dan sepatu kets putih, walaupun hanya memakai pakaian sederhana namun tidak mengurangi ketampanan Dafa. Dafa memakai masker sebelum berangkat mencari pelanggan ojek online, ia menunjukkan bahwa dia peduli dengan kesehatannya dan juga mematuhi protokol kesehatan di tengah pandemi. Dengan masker yang terpasang rapat di wajahnya, Dafa bersiap untuk menghadapi hari yang sibuk sebagai ojek online, siap untuk mengantar penumpang dengan aman dan nyaman. Dia berdoa terlebih dahulu sebelum memeriksa handphone-nya untuk melihat permintaan penumpang dan bersiap untuk menerima pesanan. Dafa Bramantyo seorang pria tampan yang sudah memiliki istri tetapi belum dikaruniai seorang anak usianya saat ini sudah menginjak 30 tahun ia memilih pekerjaan sebagai tukang ojek online ia sudah menjalani pekerjaan ini selama kurang lebih 2 tahun karena sebelumnya ia pernah bekerja menjadi sekertaris perusahaan. Namun karena saat itu dia di fitnah oleh rekan kerjanya sehingga berujung dipecat dari perusahaan setelah itu namanya di blacklist disemua perusahaan dan saat ini ia kesulitan dalam mencari pekerjaan di berbagai perusahaan. Dan akhirnya Dafa memilih pekerjaan sebagai ojek online walaupun penghasilannya tak sebesar sebagai sekertaris tapi ia mensyukuri semua nikmat tuhan yang diberikan kepadanya dan keluarga kecilnya. Dafa hanya bisa menghela nafas pelan melihat istrinya yang selalu bersikap acuh padanya, istrinya selama ini malu karena pekerjaan Dafa hanyalah pengemudi ojek online yang tidak seberapa penghasilannya sedangkan kebutuhan dan gengsi istrinya Dafa belum bisa menuruti semua keinginannya itu bahkan tempat tinggal pun mereka masih menyewa rumah dengan ukuran yang kecil. “Sayang?” Dafa menghampiri istrinya yang masih duduk menonton Tv dan menyentuh tangan istrinya. “Kamu enggak mau salim dulu sebelum mas berangkat hmm?” Ucap Dafa memandangi istrinya yang masih asyik dengan acara tvnya. “Udahlah mas berangkat tinggal berangkat ribet banget sih,” ucap Kayla tanpa memandang suaminya. Dafa tersenyum kecut melihat sikap Kayla istrinya yang semakin hari semakin acuh padanya, pernikahannya selama 5 tahun itu hanya manis diawal karena saat Dafa sudah kesulitan dalam mencari uang istrinya langsung merubah sikapnya. “Yasudah aku sudah masak makanan kesukaan kamu, jangan lupa sarapan aku berangkat dulu ya sayang,” Dafa mencium pipi istrinya dan langsung menstarter motornya dan pergi mencari nafkah. Wanita 28 tahun itu hanya melengos tidak perduli dengan Dafa yang sudah memberikan perhatian lebih kepadanya. Saat ini jam menunjukkan pukul 7 pagi, jalanan Jakarta sudah dipenuhi dengan kemacetan yang parah. Asap polusi dari kendaraan bermotor mengepul ke udara, menciptakan kabut tebal yang membahayakan kualitas udara. Pengemudi dan pejalan kaki harus bersabar menghadapi kemacetan ini, sementara polusi udara menjadi ancaman bagi kesehatan mereka. Di tengah hiruk pikuk kota, Dafa, seorang pengemudi ojek online, terjebak dalam kemacetan ini, berharap agar jalanan segera lancar sehingga dia bisa mengantar penumpangnya tepat waktu. “Aduhh macet banget ya bang?” Ucap penumpang perempuan itu ia melihat jam dipergelangan tangannya waktunya sudah sangat mendesak memasuki jam kantor. “Iya mbak, macet banget kayaknya ada razia juga nih,” Ucap Dafa. “Aduhh razianya enggak tepat waktu banget sih.” Setelah hampir setengah jam menghadapi macet akhirnya Dafa bisa mengantarkan penumpang perempuan itu. “20.000 ya bang?” Penumpang perempuan itu mengeluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya pada Dafa. “Iya mb, terima kasih.” Dafa menerimanya setelah penumpang itu pergi ia menghela nafas pelan ternyata penumpang itu bekerja di perusahaan yang dulu tempatnya bekerja sebagai sekertaris. Perusahaan besar dibidang tekhnologi Dafa sangat mencintai pekerjaan itu namun sayang nasib tak sesuai keinginannya. “Sudahlah lupakan mendingan aku cari pelanggan lain.” Dafa menjalankan motornya kembali sembari menikmati hiruk pikuk ibukota yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-harinya. Dafa teringat istrinya dirumah ia memegang telepon genggam itu dan mendial nomor istrinya. “Sayang Kay kamu udah sarapan?” “Sudah mas.” “Yasudah kalau begitu istirahat ya jangan capek-capek nanti mas pulang bawain makanan kesukaan kamu oke.” “Hmm.” Belum selesai berbicara Kayla sudah mematikan teleponnya, Dafa sudah cukup terbiasa dengan sikap dingin istrinya itu.“Aku gak bisa terus kayak gini aku harus temuin Dafa,” Evelyn bersiap-siap hendak pergi menemui Dafa. Sejak tadi pagi, ia sudah berusaha menghubungi Dafa, namun tidak ada jawaban, bahkan nomor ponsel pria itu justru tidak aktif. Dengan langkah hati-hati, Evelyn menuruni lift. Ia bergegas keluar dari mansion secara diam-diam, memastikan tidak ada satu pun pelayan yang menyadari kepergiannya. Evelyn segera memasuki garasi. Ia menekan remote untuk membuka kunci mobil Porsche yang dipilihnya pagi itu, lalu bergegas masuk dan melesat pergi. “Akhirnya…” Saat ia tiba di persimpangan jalan Evelyn menghela napas lega, merasa telah berhasil meloloskan diri. Evelyn menyalakan musik di mobil Porsche-nya. Ia mulai bersenandung ria mengikuti irama lagu, tanpa peduli bahwa nadanya terdengar cempreng. “Wahh udah lama banget aku gak bawa mobil sendiri kayak gini, kemana-mana pasti sama duo cecunguk itu,” Meski
Dafa teringat pada lingkaran pertemanan yang ramai saat ia masih berkecukupan. Ironi itu mencekiknya ia tidak tahu di mana mereka semua kini, dan keraguan muncul, 'Apakah mereka masih pantas disebut sahabat setelah dirinya jatuh miskin?.“Hufftt…” lagi dan lagi helaan nafas keluar dari bibir Dafa. Suhu malam yang cukup dingin membuat tubuh Dafa menggigil, belum lagi perih lukanya dan ngilu di lengannya yang seakan bersatu padu menyiksanya dalam kesendirian di luar rumah."Apa aku ke rumah Cecep saja, ya?" Dafa bergumam. "Ah, tidak. Dia pasti banyak tanya. Yang ada malah tambah pusing."“Mas koran mas,” Seorang pria muda mendekat ke arah Dafa, lalu menjulurkan tangannya seraya menawarkan koran.Dafa menoleh, kehadiran pria muda itu seketika membuyarkan lamunannya. “Berapa?” Tanyanya.“Terserah deh mas berapa aja koran saya baru laku sedikit hari ini,” ucap penjual koran itu.Dafa merasa iba melihat semangat pria penjual koran itu.
Dada Dafa terasa sesak setiap kata yang mendesak keluar dari lubuk hatinya seolah tertahan oleh beban tak terlihat di tenggorokannya.“Mas aku… aku cuma temenan sama dia gak lebih,” ucap Kayla sesenggukan, suaranya tercekat di antara isakan. Bahkan di hadapan fakta yang sangat akurat, Kayla tetap membentengi diri dengan dusta, seolah kebohongan itu adalah satu-satunya perisai yang ia miliki.“Aku tahu Kay aku miskin, aku gak bisa kasih apapun yang kamu mau tapi apa dengan ini cara kamu melampiaskan kekesalan kamu selama nikah dengan aku? Dafa sudah tidak memperdulikan ucapan kebohongan Kayla karena semua yang terucap dari mulut wanita itu adalah ‘dusta’.“Mas please aku kayak gini karena cuma untuk seneng-seneng aja gak lebih,” Kayla mengambil satu langkah untuk berusaha mendekat, namun Dafa dengan refleks cepat langsung memundurkan tubuhnya.“Seneng-seneng? Kamu gampang banget ngomong kayak gitu Kayla, sedangkan aku?! Lihat aku!” S
Entah mengapa, benak Evelyn tak henti-hentinya dihantui oleh Dafa firasat buruk menyelimuti perasaannya terhadap pria itu. Sudah sejak tadi Evelyn berusaha memejamkan mata, namun bayangan Dafa terus mengusik dan menghalangi tidurnya. Evelyn terbangun, lalu menggeser tubuhnya untuk bersandar pada kepala ranjang. “Hufft… kenapa aku harus segila ini mikirin suami orang.” Evelyn mendongak, melihat jam dinding yang menunjukkan pukul satu dini hari, lalu mengembuskan napas panjang. “Besok ada briefing jam 7 pagi kalau aku gak cepet-cepet tidur pasti tanduk daddy langsun naik.” Tangan Evelyn meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dengan jari-jari lentiknya, ia membuka sebuah aplikasi, lalu mengetik nama Dafa di kolom pencarian. “Aku hubungi aja deh dari pada penasaran,” gumamnya. Setelah profil Dafa terbuka, jari Evelyn yang lentik terdiam sejenak di atas kolom chat sebelum ia akhirnya mulai mengetikkan kata-kata. [“Dafa, apa kamu baik-baik aja?”] Pesan yang baru dikiri






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น