Maaf sekali, hubungan suami istri mereka belum sampai pada tahap itu. Yang penting mereka hanya teman hidup saja. Meski lelaki itu marah, dia tidak akan mengusir Oliva.Setelah Olivia selesai mencuci piring, dia membersihkan seluruh dapur dan mengepel seluruh bagian rumah. Hingga terakhir dia duduk di kursi ayunan yang baru saja dibeli olehnya. Pemandangan malam dengan angin sepoi-sepoi ditambah dengan ayunan dari kursi tersebut membuat Olivia merasa sangat nyaman.Taman balkonnya terlihat seperti sebuah taman mini yang penuh dengan tanaman-tanaman cantik. Olivia mendecak kagum pada kemampuan dirinya lagi. Terdengar suara langkah kaki yang melangkah ke arah Balkon.Sesaat kemudian sosok Stefan muncul di sana dan memandangi Olivia yang duduk di ayunan. Perempuan itu terlihat sangat nyaman sekali. Kerutan di wajah Stefan semakin mendalam. Dia mendekati Olivia dan menyerahkan dua lembar kertas.“Apa ini?” tanya Olivia penasaran.Stefan tidak berbicara dan dari sikapnya terlihat jelas untu
Olivia menerima pulpen tersebut dan bangkit berdiri untuk berjalan ke arah tiang balkon. Dia menggunakan tiang tersebut sebagai alas untuk menandatangani perjanjian tadi. Stefan mengambil bak tinta agar perempuan itu bisa meletakkan cap jarinya. Mereka masing-masing memegang satu rangkap dari surat perjanjian tersebut.Olivia melipat surat tersebut dengan sembarangan dan menyimpannya di saku. Melihat sikap santai Olivia membuat Stefan merasa sedikit kesal. Akan tetapi dia tidak tahu harus berkata apa karena perjanjian tersebut dibuat sendiri olehnya.Semua isi dalam surat tersebut rata-rata memojokkan Olivia karena terlihat menjaga diri dari perempuan itu. Olivia tidak menambahkan persyaratan apa pun dalam surat tersebut.“Hari ini kamu juga sudah lelah selama seharian, istirahatlah.”“Kamu juga.”“Aku duduk dulu di sini sebentar. Aku mau menikmati bunga-bunga ini. Selama ini aku selalu ada impian seperti ini dan memiliki sebuah balkon dengan taman bunga yang kecil. Karena sekarang sud
Mereka hanya suami istri sah secara nama saja. Meski lelaki itu mabuk, dia juga tidak ingin dijaga oleh Olivia. Siapa yang tahu kalau perempuan itu akan mengambil kesempatan dalam kesempitan ketika Stefan mabuk.Lelaki itu memang telah berusia 30 tahun, tetapi Stefan tidak pernah memberikan ciuman atau bahkan pelukan pada siapa pun. Selama ini tidak pernah sekalipun dirinya berharap pada kisah cinta.Nenek selalu memarahinya dan mengatakan dirinya sebagai orang yang tidak memiliki perasaan. Itu semua juga karena dia tidak pernah mengharapkan apa pun dari yang namanya cinta. Karena itu juga, agar sang nenek tidak berceloteh lagi, Stefan menikahi Olivia.Setelah dia meraba seluruh saku di tubuhnya, Stefan tetap tidak menemukan kuncinya. “Kamu panggilkan Olivia bangun saja.”Stefan lupa membawa kunci rumah saat pergi tadi. Dengan sigap anak buahnya langsung mengetuk pintu. Olivia memang telah tidur, tapi dia belum terlelap sepenuhnya. Mendengar suara ketukan pintu membuatnya langsung ters
Akhir pekan keadaan toko memang lebih sepi dan tidak banyak kerjaan. Hampir seharian penuh mereka tidak ada kerjaan sama sekali. Sesungguhnya tidak masalah kalau tidak membuka toko.Olivia pergi ke toko karena lebih tenang. Dia bisa menyelesaikan bisnis internet dia. Junia juga datang ke toko hari ini. Melihat Olivia ada di sana membuat perempuan itu terkejut dan bertanya, “Olivia, kenapa kamu datang juga hari libur? Biasanya kamu bawa keponakan kamu main di taman."“Toko internetku sudah saatnya unggah barang baru.”Olivia menyulam sambil menatap temannya itu dan bertanya, “Kamu?”“Nggak perlu dibahas, aku diomelin mamaku dan nggak tahan, makanya aku kabur ke toko.”“Kenapa tante ngomelin kamu lagi?”“Karena dia menyalahkan kita malam itu nggak mendapatkan pasangan kaya raya di pesta. Lagian memangnya dia nggak sadar anaknya seperti apa?! Dia pikir putrinya ini perempuan paling cantik di dunia?!”Olivia menyemburkan tawanya saat mendengar Junia mendumel. Semua orang tua di dunia pasti
Sarah menerima banyak barang kerajinan tangan yang terbuat dari kawat tembaga buatan Olivia. Semua barang itu terlihat seperti asli. Sarah sengaja menaruh barang-barang itu di tempat yang paling mencolok di rumah. Sekalipun barang-barang itu tidak berharga, semua itu pemberian cucu menantunya.Saat ada tamu datang ke rumah dan melihat barang kerajinan tangan itu, mereka juga akan memuji keterampilan Olivia. Sarah akan mengambil kesempatan untuk mempromosikan barang-barang Olivia. Orang-orang itu akan membeli barang kerajinan tangan di toko Olivia, sehingga secara tidak terlihat Sarah telah membantu meningkatkan penjualan toko online Olivia.“Nenek, silakan diminum airnya.”Junia menuangkan segelas air untuk Sarah.“Terima kasih. Junia, kamu di toko juga hari ini.”“Gara-gra mamaku selalu desak aku untuk menikah. Jadi aku sembunyi di toko untuk menenangkan diri. Mamaku selalu atur kencan buta untukku, sampai aku merasa seperti barang yang nggak laku saja. Nih, malam ini aku disuruh ke k
Sarah tersenyum dan berkata, “Kenapa nggak berani? Kalian sudah jadi suami istri yang sah secara hukum. Kalau Stefan nggak mengambil inisiatif, kamu yang mulai saja. Nenek ingin cepat punya cicit.”Olivia menjawab dengan wajah tersipu, “Nenek, aku nggak takut Nenek marah. Sejujurnya, dengan wajah cucu Nenek yang tegas begitu, aku benar-benar nggak bisa melakukannya.”Sarah, “....”Stefan mirip dengan kakeknya, orang yang tegas dan dingin. Sarah jatuh cinta pada suaminya ketika masih muda. Dia juga mengejar sang suami selama bertahun-tahun. Setelah berbagai upaya, dia baru berhasil mendapatkan hati suaminya itu.“Stefan ibarat tulang. Kalau aku gigit dia, aku seperti gigit tulang yang sudah dibekukan di freezer selama setahun. Sudah dingin, keras lagi. Semua gigiku bakal copot.”Sarah, “....”“Nenek nggak usah khawatirkan masalah aku dan Stefan. Biarkan saja, jangan dipaksakan.”Lagi pula, Olivia menikah dengan Stefan tanpa ada perasaan cinta. Sementara itu, Sarah mengomel dalam hati.
Junia semakin tertawa, dia sangat menyukai Sarah yang humoris. Dia belum pernah bertemu langsung dengan Stefan. Namun, dia tahu dari Olivia kalau pria itu orang yang tegas dan dingin. Entah bagaimana Sarah bisa punya cucu seperti itu, sama sekali tidak mirip dengan Sarah.Sesaat kemudian, Calvin datang. Dia datang menjemput neneknya yang sedang menyamar. Sang nenek tidak lupa mengingatkannya untuk membawa mobil yang lebih murah.Mobil termurah di garasi rumah mereka adalah BMW yang biasa dipakai ART untuk pergi beli sayur. Namun, harganya juga lebih dari satu miliar. Kalau beli sekarang sudah tidak sempat lagi. Oleh karena itu, Calvin hanya bisa pinjam mobil pickup dari tukang kebun di rumah untuk jemput sang nenek.“Kak Olivia, aku datang jemput nenek pulang.” Calvin masuk ke toko dan menyapa Olivia.“Oke, hati-hati di jalan. Nenek, kalau sudah sampai rumah kasih kabar, ya.” Olivia berpesan pada keduanya. Dia juga memberikan dua barang kerajinan tangan yang dibuatnya hari ini kepada m
“Kamu tahu apa?” tukas Sarah.Sarah memiliki motif tersembunyi. Calvin langsung memahami maksud sang nenek. Dia pun tersenyum dan berkata, “Nenek kerjain Kak Stefan lagi?”Sarah memicingkan mata pada cucunya itu, “Kalau kamu tanya-tanya lagi, aku akan kerjain kamu.”Calvin langsung terdiam. Meskipun dia bersimpati pada Stefan, dia memilih untuk diam demi ketenangan hidupnya sendiri. Lebih baik Stefan yang dikerjai daripada dia yang dikerjai.Sang nenek adalah orang yang usil, sifat kekanak-kanakannya muncul kembali. Dia paling suka menggunakan cucu-cucunya untuk melatih kemampuannya.Di sisi lainnya, Olivia sudah tutup toko. Dia mengambil helm dari temannya dan memakainya. Kemudian, dia mengambil kunci motor dan berkata, “Aku yang pakai.”Junia duduk di belakang dengan tenang. Dia pun memeluk pinggang Olivia dengan santai sambil berkata, “Olivia, andaikan saja kamu seorang pria. Aku pasti akan nikah sama kamu, nggak harus didesak setiap hari sama mamaku.”“Jangan main-main. Nggak boleh