MasukPonsel Lea terus berdering. Akan tetapi, tak ada satupun dari anggota keluarga Hartanuwiguna yang menyadarinya. Benda itu terus bergetar di laci nakas. Juna yang baru saja keluar dari kamar mandi dan duduk di antara hospital bed tempat Melati dan Keysa tertidur pulas, akhirnya menyadari getaran itu.
“Nomor asing. Apa ini orang yang menculik Lea?” batin Juna saat melihat sudah ada tiga panggilan tidak terjawab dari nomor itu.
Juna sengaja menekan tombol merah. Seperti yang diharapkannya, tak lama kemudian sebuah pesan masuk dari si penelpon tadi. Juna yang tidak tahu sandi ponsel Lea, hanya bisa membaca pesan itu di layar notifikasi kemudian memotret dengan ponselnya.
+628884545xxxx:
Saya Heru. Saya tdk sengaja lihat Tante Sonia ingin mengubur Lea di halaman blkg rmh org tua Lea. Tolong cepat kemari!
+628884545xxxx:
Location
![]()
Ponsel Lea terus berdering. Akan tetapi, tak ada satupun dari anggota keluarga Hartanuwiguna yang menyadarinya. Benda itu terus bergetar di laci nakas. Juna yang baru saja keluar dari kamar mandi dan duduk di antara hospital bed tempat Melati dan Keysa tertidur pulas, akhirnya menyadari getaran itu.“Nomor asing. Apa ini orang yang menculik Lea?” batin Juna saat melihat sudah ada tiga panggilan tidak terjawab dari nomor itu.Juna sengaja menekan tombol merah. Seperti yang diharapkannya, tak lama kemudian sebuah pesan masuk dari si penelpon tadi. Juna yang tidak tahu sandi ponsel Lea, hanya bisa membaca pesan itu di layar notifikasi kemudian memotret dengan ponselnya.+628884545xxxx:Saya Heru. Saya tdk sengaja lihat Tante Sonia ingin mengubur Lea di halaman blkg rmh org tua Lea. Tolong cepat kemari! +628884545xxxx:Location
Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah ungkapan yang tepat untuk Heru saat ini. Setelah dipecat dari Perusahaan Adecoagro, Heru kerja serabutan.Hampir setiap hari Heru melakukan kerja part time. Semalam, semua yang dibanggakannya seakan runtuh dan hancur berkeping-keping. Heru diusir oleh keluarganya tanpa diberi uang sepeser pun.Ayah, ibu dan kakeknya murka. Heru bukan hanya menghamburkan harta, tapi juga mencoreng nama baik keluarga. Sang cucu kesayangan telah menghamili kekasihnya dan menolak untuk bertanggung jawab. Dulu keluarga mereka amat dihormati, kini hanya jadi bahan rumpi warga.Uang yang digunakan Heru dengan berdalih menjadikan semua itu modal bisnis, kini menguap entah ke mana. Bisnis yang dulu selalu ia banggakan, hingga saat ini belum juga terwujud bentuknya, apalagi terlihat keuntungannya.Justru, pada penagih utang datang pada keluarganya. Pinjaman Heru sudah jatuh tempo dan bunganya setengah dan total pinjaman itu. Ibunya
Seorang perawat masuk dan membuat Melati tersadar dari tidur panjangnya. Perawat yang dikenalinya itu tersenyum lega. Tanpa mengatakan apapun, perawat itu meraih botol air mineral di dalam laci nakas.“Bagaimana perasaan Dokter sekarang? Apa sudah mendingan?” bisik perawat itu.Melati mengangguk pelan dan hendak menerima botol minuman itu. Akan tetapi, ia baru sadar tangan kanannya digenggam seseorang. Sementara tangan kirinya kaku karena terpasang jarum infus.Perawat itu meletakkan telunjuk di bibirnya agar Melati tidak berisik. “Dokter Juna baru tertidur sekitar sejam lalu,” bisiknya.“Kenapa dia ada di sini?” balas Melati ikut berbisik.Perlahan ia sadar jika saat ini, dirinya yang terbaring di kamar rawat inap Lea. Barang-barang keluarga Hartanuwiguna masih ada di atas meja dan juga sofa. Termasuk mainan Keysa di hospital bed sebelah dan tas Bi Tami di bawahnya.“Keysa?!” tanya Me
Seno mengusap kasar wajahnya. Setelah cukup tenang, ia berkata pada Keysa, “Keponakan om yang cantik bobo, ya? Keysa sama nenek sama kakek dulu. Mainnya sama Om Juna dulu. Om Seno sama papa mau tangkap ikan dulu yang banyak buat Keysa. Yang banyak.”Keysa mengangguk dan Angga menggendongnya. Sementara Seno beranjak ke sofa dan membahas sesuatu bersama Juna, Gani dan Ivanka. Tak butuh waktu lama, bayi cantik itu pulas dimomong oleh papanya.“Ga, kita ke Tulungagung sekarang!” putus Seno setelah meminta Gani menghubungi pilot helikopternya.Juna mengernyit heran. “Tulungagung?”“Kampung halaman Lea,” ucap Angga beranjak. “Opa yang dimaksud Sonia, mungkin adalah mendiang ayahnya Lea.”“Benar. Kalau Sonia mengatakan Lea bobo sama opa, itu mungkin hanya kalimat penenang agar Keysa tidak menangis saat ia membawanya. Sonia suka pamer, tapi dia juga tidak akan mengatakan pada kita di mana ke
“Kenapa kembali? Bukannya Bunda harusnya di samping Mas Arta sekarang?” tanya Angga setelah berkali-kali mendengar permintaan maaf Ivanka yang tidak menjaga cucunya dengan baik.“Bunda tidak jadi berangkat karena ada larangan penerbangan,” jawab Ivanka.Angga mengernyit lalu menoleh pada ayahnya. Merasa putranya butuh penjelasan, Gani pun berkata, “Romi menggunakan rekening bundamu untuk membayar Brian. Bunda dituding bekerja sama untuk mencelakai Lea. Untung saja Seno sudah memberikan bukti manipulasi itu. Sekarang, bundamu sudah bebas dari pencemaran nama baik.”“Asal Bunda tahu, aku curiga kalau Romi juga dalam di balik kecelakaan Mas Arta. Tapi buktiku belum cukup kuat,” ujar Angga tak peduli bundanya akan mengamuk karena menuduh keponakan kesayangannya.“Bunda sendiri yang akan menjatuhkannya ke titik terendah jika benar dia yang mencelakai Arta,” balas Ivanka.“Aya Atta,”
Para staf keamanan itu bergeming. Tanpa sadar, di bawah meja mereka meremas salah satu lutut mereka. Sementara yang masih berdiri, merasa pijakan kaki mereka mulai melemah. Padahal, bukan kaki mereka yang tengah diincar.Mereka tahu jika seorang Anggara Dean Hartanuwiguna tidak pernah main-main dengan ucapannya. Saat mendengar kabar kecelakaan kakak dan kakak iparnya, pria itu juga berjanji akan membuat pelakunya cacat disisa hidupnya.‘Cukup sisakan nyawa pelakunya. Aku tidak berniat mencuri pekerjaan malaikat pencabut nyawa.’Kalimat itu sudah menyebar di antara para staf rumah sakit. Bagaimana tidak, putra kedua Gani Hartanuwiguna itu nyaris mengobrak-abrik rumah sakit karena para dokter belum juga berhasil membuatnya kakaknya sadar.Pihak kepolisian belum berhasil menemukan titik terang pelaku dibalik rusaknya rem mobil yang dikemudikan Arta. Hari itu, penyidik yang datang pamit setelah berkonsultasi dengan dokter dan keluarga Hartanuwigun







