***
Aku ingin bertemu denganmu di cafe milik Intan. Aku tunggu besok jam 11 siang, jangan ngajak siapapun. Aku hanya ingin bicara berdua dengan kamu.Pesan yang Gadis baca adalah pesan pertama yang dikirim oleh Devano. Ia menatap ragu apa yang ia baca ratusan kali itu, pesan yang ia baca dari semalam. Apa benar Devano ingin bertemu dengannya? Apa Devano ingin menjelaskan semuanya? Apa lelaki itu mau meluruskan semua masalah yang mereka hadapi? Apa benar kalau Dhea saat ini mengandung buah cinta dari suaminya?Gadis menghela napas pendek, ia lantas mematut diri di depan cermin, ia poles bibirnya dengan lipstik warna merah dan ia pulas wajahnya dengan bedak. Hari ini ia harus tampil cantik di depan suaminya itu, ia ingin Devano menyesal karena tanpa sebab telah menalaknya.Gadis melihat Devano duduk di pojok cafe milik Intan. Intan adalah teman akrab dari Devano sejak dulu, mereka memang sudah saling mengenal sejak kecil.Gadis duduk dan Devano menatapnya dengan datar."Apa kamu sudah menandatangani berkas perceraian kita?" tanya Devano tanpa perasaan.Gadis tercengang, ia baru datang dan duduk. Lelaki itu mengatakannya tanpa basa-basi. "Kenapa kamu tidak sabaran? Kalian takut enggak bisa menikah karena perut perempuan gatal itu membesar, kan? Kamu takut kalau anak itu disebut anak haram?" sindirnya, menatap tajam Devano.Devano terkejut, ia tak tahu kenapa Gadis bisa tahu rahasianya. "Kamu tahu dari dulu kalau Dhea hamil? Jadi, kamu sengaja mengulur perceraian kita untuk mempermalukan Dhea? Kamu itu benar-benar enggak punya hati!"Gadis tertawa. "Aku tak punya hati? Kalau aku yang dikhianati dan kalian sakiti tak punya hati. Lantas kamu dan Dhea disebut apa? Iblis berwajah manusia, kah?""Aku bertemu denganmu hanya ingin meluruskan agar kita cepat bercerai! Jangan banyak drama yang kamu mainkan. Drama yang kamu buat kemarin di mal itu sukses membuatku malu dan kamu tahu saat ini Dhea hanya bisa menangis dan dia tak berani ke luar rumah karena ulah kamu!""Bukan ulahku! Kamu itu bodoh ya! Sanksi sosial belum cukup pantas untuk kalian dapatkan! Kamu dan dia itu sampah! Kalian menodai ikrar suci pernikahan. Kamu kenapa melakukan ini semua padaku? Kalau kamu memang tidak mau menikah denganku, harusnya dari awal kamu membatalkan pernikahan kita! Kamu malah tega memberiku label janda!" teriak Gadis."Aku hanya kasihan denganmu dan keluargamu karena berharap aku menjadi bagian dari keluargamu. Aku baru sadar setelah menikah bahwa kita ternyata tidak cocok bersama. Kamu lebih mementingkan study-mu dan sibuk mengejar S2-mu. Aku hanya ingin seorang istri yang mempunyai waktu banyak hanya untukku saja! Dan kamu harus tahu, aku tersiksa berpacaran denganmu, setahun terakhir ini kamu membuat aku kehilangan jati diriku sendiri! Kamu disentuh denganku pun tak mau, kenapa? Apa kamu mau jadi sok alim!"Gadis tercengang mendengar penuturan dari Devano, beberapa detik kemudian ia tertawa. "Bukankah dari awal kita sudah berkomitmen kalau kamu mengizinkan aku untuk melanjutkan magister? Bahkan kamu sangat mendukungku! Kamu tersiksa berpacaran denganku? Apa aku itu seorang monster yang suka minum darah manusia?" Gadis meghela napas pendek. "Masalah aku tak mau disentuh denganmu karena kita belum sah jadi suami istri. Bukan aku yang sok alim, tapi aku ingat pesan ayahku! Jadilah wanita kuat, berprinsip dan menjunjung kehormatannya. Aku hanya ingin menyerahkan segala yang kupunya, yang berharga hanya untuk suami. Kamu selingkuh hanya karena alasan bodoh itu?""Kamu selalu tak pernah mau mengalah kalau kita berbeda pendapat! Beruntung, aku dan kamu tak hidup lama dalam bahtera rumah tangga," ujar Devano. "Aku hanya ingin kita cepat bercerai secara hukum dan jangan ganggu hidupku dan Dhea lagi. Aku harap kita bahagia dengan jalannya masing-masing."Gadis tersenyum, ia beranjak dari kursinya dan detik itu pula ia menyiram kepala Devano dengan segelas air putih yang ada di atas meja. "Selamat berbahagia di atas luka seseorang, semoga bahagiamu saat ini tak menuai duka yang panjang."***Setelah beberapa hari kemarin terakhir bertemu dengan Devano. Hari ini ia resmi bercerai dengan lelaki itu. Seperti yang ia duga, lelaki itu tak datang menghadiri sidang perceraian mereka di pengadilan. Gadis hanya tersenyum saat orang-orang menatap iba padanya. Menatap dirinya yang hanya merasakan manis pernikahan dalam hitungan hari. Mereka menatap iba padanya karena ditalak tiga dan diselingkuhi.Gadis masuk ke kamarnya, ia merebahkan diri di atas kasur dan air matanya yang ia tahan dari sidang dimulai akhirnya pecah juga."Kamu jahat, Devano! Bukankah kita berjanji akan pergi ke Jepang bersama. Bukankah mimpi kita dari dulu untuk pergi ke sana berdua?" lirihnya terluka.Gadis kembali mengingat kenangan manis saat bersama Devano, dua hari sebelum lelaki itu memintanya menjadi istri."Kita sudah pacaran lama ya, Dev. Padahal teman-teman kita sudah beberapa kali ganti pasangan. Kita awet sekali," ucap Gadis."Iya. Mereka iri karena kita setia satu sama lainnya," jawab Devano."Kamu bosan enggak denganku?" tanya Gadis."Memikirkan namamu saja aku enggak bosan. Menatapmu itu membuatku candu," balas Devano.Gadis tertawa bahagia. "Kamu dari dulu kenapa sih pintar banget ngegombalnya.""Hanya ke kamu saja kok. Kamu yang pantas mendapatkan ucapan manis dariku," balas Devano terkekeh."Masa? Masa enggak ada gadis lain yang bisa buat kamu tertarik. Banyak lho gadis yang cantik di kampus kita."Devano tertawa. "Yang cantik memang banyak, tapi yang pintar dan menyenangkan hanya kamu saja."Gadis tersipu malu dibuatnya, Devano memang paling pintar membuat wajahnya bersemu merah."Kalian! Bisa enggak jangan sok romantis gitu! Bikin iri yang lihat saja!" timpal Dhea menghampiri keduanya yang sedang saling menatap."Iri saja, kamu kaum jomlo!" balas Gadis."Iyalah iri! Kalian itu bucin banget dan terkenal sebagai pasangan teromantis di kampus," ucap Dhea. "Awas lho, nanti pacarmu itu bisa direbut sama perempuan lain.""Enggak! Devano mana mau sama perempuan lain," timpal Gadis. "Iya, kan, Dev?" tanyanya minta persetujuan dari lelaki itu."Iya, Sayang. Hatiku sudah dikunci sama kamu. Kalau kamu takut kalau hubungan kita ada yang ganggu, gimana kalau habis wisuda, kita nikah?""Apa??" Pekik Gadis dan Dhea berbarengan.Devano tersenyum, ia langsung menggenggam tangan Gadis. "Dhea, kamu jadi saksinya ya! Kalau aku hanya ingin menikah dengan Gadis!" pintanya pada Dhea."Apaan sih kamu," ucap Gadis malu-malu. Wajahnya pun berubah memerah."Jangan malu, Sayang. Kan aku memang niat mau menikah denganmu," tukas Devano.Dhea tersenyum, senyum yang akhirnya membuat hubungan anak manusia harus berakhir.******"Di mana ya ijazah dan dokumen penting lainnya!" gerutu Gadis pada diri sendiri."Cari apa?" tanya Putri."Ijazah S1-ku, Bu. Gadis mau lanjutin magister. Dokumen penting lainnya juga kenapa enggak ada ya. Ibu simpan enggak?""Lho, bukannya waktu kamu nikah semuanya di bawa ya? Belum kamu ambil?"Gadis langsung menepuk jidatnya. "Astaghfirullah... Iya, Bu. Ada di sana. Harus Gadis ambil sekarang, takutnya mereka buang sembarangan.""Mau Ibu atau Mas-mu antar?" tawar Putri.Gadis menggelengkan kepalanya. "Enggak usah, Bu. Gadis kan sudah dewasa, bisa ambil sendirian ke sana.""Tapi Dhea katanya sudah tinggal di sana. Tadi Ibu lihat status whataspp-nya. Kamu beneran enggak mau Ibu temani. Takutnya Dhea macam-macam sama kamu.""Bu mana bisa si gatal itu bikin perhitungan dengan Gadis. Yang ada Gadis yang sudah bikin dia kayak krupuk! Dia enggak berani, dia itu pencuri. Maling suami orang, maling kebahagiaan orang dan juga maling dosa orang," celetuk Gadis."Maling dosa orang? Maksudmu
***Setelah pulang dari rumah mantan suaminya, Gadis mengurung diri di kamar. Sulit baginya untuk berpura-pura kuat, tetap saja hatinya rapuh. Memang benar, ia bisa menipu banyak orang dengan senyumannya. Tapi Gadis tak bisa menipu dirinya sendiri. Tetap saja hatinya masih belum menerima kecewa itu datang, tetap saja ia patah hati. Pernikahan impiannya harus hancur seketika hanya karena perempuan lain, perempuan yang selama ini sengaja berpura-pura baik dan peduli padanya agar bisa merebut segala miliknya.Gadis melangkahkan kaki dengan berat, ia membawa kotak besar dan berjalan menuju pekarangan belakang rumahnya. Gadis membuka satu per satu kenangan manis yang pernah ia rasakan saat bersama Devano. Mulai dari surat cinta pertama kali yang diberikan lelaki itu, bahkan tiket bioskop pun ia simpan dengan rapi.Gadis membakar semuanya, tak tersisa. Baginya lebih baik menghilangkan kenangan yang menyakitkan itu tanpa jejak, jika ia hanya menyimpannya. Kelak Gadis takut lemah dan tanpa sa
***"Ke Jepang? Ayah serius?" tanya Gadis menatap tak percaya."Ayah serius. Kalau kamu mau, nanti Ayah cari informasi universitas di sana buat kamu," jawab Hadi."Ibu setuju kalau Gadis kuliah di Jepang? Bukannya Ibu dan ayah selalu menolak rencana Gadis kalau mau sekolah di luar," ujar Gadis memastikan."Ibu dan ayah hanya khawatir sama kamu. Apalagi di negara orang, takut ada orang yang berniat jahat sama kamu. Tapi, akhirnya kami sadar kalau menahan mimpimu saja sama membunuhmu pelan-pelan, mematikan doamu. Jadi, sekarang kalau kamu mau kuliah di mana tak masalah, asal kamu bisa menjaga diri dan menjunjung kehormatanmu."Gadis langsung tersenyum sumringah. "Sebenarnya Gadis sudah setahun lalu mengajukan beasiswa ke beberapa universitas di luar negeri. Kemarin baru saja ada email dari salah satu universitas dan Gadis mendapatkan beasiswa penuh di sana.""Benar kah? Di universitas mana?" tanya Hadi begitu antusias."Alhamdulillah, Gadis diterima di University of Tokyo. Di sana ada p
***"Bu, tadi Gadis enggak sengaja ketemu sama mama Desi saat lagi makan dengan Eva," ucap Gadis."Pasti Dhea ikut ya?"Gadis menganggguk. "Devano juga ikut, Bu. Tadi mama Desi nyapa dan katanya nenek pingin ketemu, tadinya mau ajak Gadis ke Bandung, tapi Gadis enggak balas pesannya. Malah bilang kalau nenek mau ke Jakarta dan suruh Gadis main ke rumah mama Desi, ya Gadis tolak lah karena bertepatan dengan kepergian Gadis ke Jepang," tuturnya. "Dan Ibu tahu enggak gimana reaksi si Dhea?" tanyanya dan Putri menggelengkan kepalanya. "Wajahnya kayak kepiting rebus, merah merona bukan karena cantik ya! Tapi, karena dia panas. Iri karena mama Desi masih perhatian sama mantan menantunya ini." Gadis terkekeh."Memang mamanya Devano sering chat Ibu, dia menyesal dan terus minta maaf dengan kelakuan Devano pada kita, terlebih dengan kamu. Desi memang perempuan yang baik," tukas Putri."Memang harus Gadis akui, kalau selama mengenal mama Desi, dia memang mertua yang baik dan enggak banyak nuntu
***Gadis melangkahkan kakinya di bandara internasional Soekarno-Hatta, hari ini dimulainya lembaran baru dan juga sosok Gadis yang baru. Tidak ada lagi sosok Gadis yang mudah dibohongi dan mudah dimanfaatkan. Hari ini ia terlahir menjadi Gadis yang tidak akan jadi perempuan naif lagi dan tentunya ia mungkin tak lagi percaya dengan namanya apa itu cinta.Putri terus saja menangis, ia tak pernah melepas anak perempuan satu-satunya untuk pergi jauh darinya, apalagi pergi ke negara orang."Sudah, Bu. Jangan nangis terus! Kan Gadis juga nanti sering video call Ibu. Nanti Gadis pasti sering curhat sama Ibu."Putri menganggguk. "Ibu hanya belum terbiasa melepaskan anak manja seperti kamu. Kalau mau makan kadang kamu minta disuapin, apalagi kalau Mas-mu pulang, kamu minta dikelonin terus sama dia. Ibu hanya khawatir, di sana kamu apa-apa serba sendiri."Gadis terkekeh, memang benar ia adalah tipe anak yang sangat manja. Mungkin sifat manjanya yang terlalu over itulah membuat Devano lari ke p
***Pagi ini di Tokyo, Gadis bangun dengan suasana yang berbeda. List hari ini, ia akan pergi ke kampusnya untuk bertemu dengan calon dosen pembimbingnya dan melihat bagaimana kampus yang kelak akan ia isi dengan cerita baru di lembar kehidupannya.Ditemani Mesya yang sudah siap menemaninya untuk sekedar jadi tour guide baginya yang memang tidak bisa berbahasa Jepang sama sekali. Konon katanya orang-orang Jepang lebih mencintai bahasa mereka sendiri dan adapun yang bisa berbahasa Inggris hanya orang-orang tertentu dan Bahasa Jepang punya pelafalan khas, yang aspek bunyinya memang agak jauh dari pelafalan bahasa Inggris. Jadi, sangat sulit bagi orang Jepang untuk mengubah pelafalan."Kamu jangan jauh-jauh dariku!" pinta Gadis pada Mesya."Kamu saat ini sulit ya jauh dariku? Sudah bergantung banyak padaku. Baik-baik ya sama aku, jangan buat kesel lagi, kalau kamu buat kesel nanti aku tinggalkan kamu!" seloroh Mesya."Sial kamu! Kamu mau jadi si demit Devano, Ha! Cukup dia dan si gatal s
***Gadis membuka laptopnya dan ia membaca profil calon profesor pembimbingnya itu. Namanya Kento Yamazaki berumur tiga puluh tahun satu tahun, lulusan dari MIT yang menyabet gelar S2 dan S3 dengan nilai sempurna. MIT adalah institut teknik terbaik di dunia. Kento Yamazaki telah menerbitkan lebih dari tiga puluh publikasi ilmiah sampai saat ini. menjadi reviewer di jurnal-jurnal berkualitas di bidang teknik sipil. Dan di dalam profil yang dibacanya, lelaki itu adalah anak kedua dari dua bersaudara dan ibunya perpaduan Jepang-Rusia. Gadis baru paham, kenapa wajah Yamazaki itu sangat menawan dan di matanya tak membosankan, sebab lelaki itu terlahir dari perpaduan yang sempurna! Kento Yamazaki memang sempurna, dari fisik dan juga otak! Gadis merasa ia harus dibimbing oleh profesor muda itu terlepas bagi dirinya, lelaki itu menyebalkan.Ada email masuk dan ia terkejut saat membaca isi email-nya. Gadis keterima menjadi mahasiswa yang riset master-nya dibimbing oleh Prof. Yamazaki.Harus se
***"Nanti Yamazaki-san mampir deh ke Indonesia. Di sana kalau berbuka puasa pasti banyak banget takjil yang menggugah selera. Pastinya kalau sore suka jadi macet," ucap Mesya."Ya. Saya pernah juga mendengar di sana itu ada istilah ngabuburit. Teman saya juga mengatakan bahwa di Indonesia itu kalau buka puasa do sana sangat menyenangkan," balas Yamazaki."Ke sana saja, Yamazaki-san. Siapa tahu jodohnya dari sana," celetuk Mesya.Yamazaki tersenyum dan membuat Gadis tertegun. Bagaimana bisa si dingin itu begitu ramah dan hangat pada Mesya, sedangkan dengan dirinya lelaki itu sangat dingin. Bahkan untuk sekedar senyum saja, Yamazaki tak pernah menunjukan padanya.Gadis tak habis pikir kenapa dirinya korban dari wajah dingin itu. Apa memang sebenarnya lelaki itu tak menyukainya dari awal?Yamazaki akhirnya pamit dari hadapan Mesya dan Gadis untuk menyapa teman-teman lainnya dan setelah lelaki itu pergi, Mesya menatap Gadis yang dari tadi hanya diam saja."Kamu kenapa sih berubah jadi pa