***
"Di mana ya ijazah dan dokumen penting lainnya!" gerutu Gadis pada diri sendiri."Cari apa?" tanya Putri."Ijazah S1-ku, Bu. Gadis mau lanjutin magister. Dokumen penting lainnya juga kenapa enggak ada ya. Ibu simpan enggak?""Lho, bukannya waktu kamu nikah semuanya di bawa ya? Belum kamu ambil?"Gadis langsung menepuk jidatnya. "Astaghfirullah... Iya, Bu. Ada di sana. Harus Gadis ambil sekarang, takutnya mereka buang sembarangan.""Mau Ibu atau Mas-mu antar?" tawar Putri.Gadis menggelengkan kepalanya. "Enggak usah, Bu. Gadis kan sudah dewasa, bisa ambil sendirian ke sana.""Tapi Dhea katanya sudah tinggal di sana. Tadi Ibu lihat status whataspp-nya. Kamu beneran enggak mau Ibu temani. Takutnya Dhea macam-macam sama kamu.""Bu mana bisa si gatal itu bikin perhitungan dengan Gadis. Yang ada Gadis yang sudah bikin dia kayak krupuk! Dia enggak berani, dia itu pencuri. Maling suami orang, maling kebahagiaan orang dan juga maling dosa orang," celetuk Gadis."Maling dosa orang? Maksudmu apa, Nak?""Maling dosanya Gadis lah, Bu. Kan si gatal sama si siput Devano sudah nyakitin Gadis, mereka sudah mempermainankan pernikahan. Janji di hadapan Allah. Gadis itu tersakiti, biasanya doa orang yang teraniaya kan naik ke langit. Dosanya Gadis mereka curi, lumayankan ngurangin dosa Gadis," balas Gadis menerangkan.Putri menghela napas, ia tahu bahwa sebenarnya anak gadisnya itu terluka dalam. Gadis tak pernah sedikitpun memperlihatkan lukanya pada semua orang. Pernikahan yang hanya bertahan dalam hitungan hari pun pasti membuat jiwanya sedikit terguncang. Air mata menetes tanpa sadar di kedua pipi Putri."Bu, kenapa nangis?" tanya Gadis khawatir."Ibu tahu pasti saat ini duniamu sudah retak, mimpimu hancur dan harapanmu terhapus. Hatimu pasti sangat terluka karena pernikahanmu harus berakhir seperti ini. Maafkan kami ya, Nak. Gara-gara kami memaksa kalian cepat menikah, kamu yang pada akhirnya harus terluka," jawab Putri dengan lirih.Gadis tersenyum dan memeluk erat ibunya sejenak. "Bu, jangan menyesal dan menangis karena luka yang orang-orang goreskan pada hidup kita. Jika kita terus mengeluh sakit, mereka yang bahagia nantinya. Jangan biarkan mereka tertawa di atas luka kita. Gadis memang sangat terluka dan mengutuk hidup, kenapa jalan ini yang harus Gadis lalui, kenapa takdir menyedihkan ini yang harus Gadis terima. Semakin Gadis berpikir lebih dalam lagi, rasanya percuma juga kalau kita harus menyesal dan mengutuk takdir. Kita harus bahagia, jangan sampai mereka berhasil mengubah bahagia kita jadi kesedihan.""Kamu mau memaafkan kami karena dulu memaksa kalian segera menikah, kan?""Bu, kenapa Ibu dan ayah yang harus meminta maaf? Mereka harusnya yang meminta maaf karena memberi luka pada Gadis. Enggak ada salahnya orang tua meminta anaknya untuk menikah, zaman sekarang pacaran itu memang dalam tanda kutip kok. Gadis tahu kalau Ibu dan ayah hanya ingin Gadis selamat dan enggak kebobolan.""Bagaimana kamu menata hatimu, Nak? Apa yang bisa kami bantu untuk mengembalikan duniamu?" tanya Putri lirih."Satu hal yang harus Ibu dan ayah harus lakukan.""Apa itu?"Gadis tersenyum. "Jangan menangis untuk mereka! Jangan pernah setetes pun mengeluarkan air mata karena memikirkan duniaku saat ini. Dunia Gadis memang sudah mereka tenggelamkan, tapi kebahagiaan Gadis tak mampu mereka padamkan. Percaya dengan Gadis, Bu. Setelah dunia Gadis mereka hancurkan, mereka nanti akan menuai kehancuran untuk dunia yang mereka ciptakan dengan mengorbankan air mata banyak orang.""Iya, Gadis. Ibu tidak akan menangis lagi untuk luka yang mereka berikan padamu. Air mata ini hanya akan turun untuk melihat kebahagiaanmu," balas Putri berjanji.***Gadis menatap pintu rumah yang dulu adalah mimpi dan doanya yang panjang. Di rumah inilah ia sematkan segala doa dan mimpi. Di rumah yang baru ia tempati beberapa hari ini, ia berharap hidup rukun dengan suami dan anak-anaknya kelak. Gadis menghela napas dalam-dalam, ia memencet bel rumah. Tak butuh waktu lama, pintu terbuka dan mereka terkejut melihat kedatangan Gadis."Ga–Gadis!" Seru Desi terkejut."Assalamualaikum, Ma. Apa kabar?" tanya Gadis dengan sopan dan mencium tangan mantan mama mertuanya."Baik, Gadis. Gadis ada keperluan apa datang ke sini?" tanya Desi dengan mengulas senyum."Gadis mau bawa dokumen milik Gadis yang belum di ambil di rumah Gadis ini," jawab Gadis. "Eh, lupa... Ini kan bukan jadi rumah Gadis ya!" tambahnya dengan sengaja.Desi tersenyum tipis. "Masuk saja ya. Cari di mana dokumen milik kamu. Mama mau ke dapur dulu."Gadis tersenyum dan ia melangkahkan kakinya ke kamar yang dulu ia tempati bersama Devano dan membuka pintu kamarnya dan terkejut ternyata sudah ada nyonya baru yang menghuni sedang terlelap tidur.BRUG!Gadis sengaja menjatuhkan tumpukan buku milik Devano agar Dhea terbangun. Caranya sukses besar dan Dhea terkejut karena melihat Gadis ada di kamarnya."Kamu kenapa ada di kamarku?" tanya Dhea sinis."Kamarmu? Oh... Iya, ini kamar yang kamu curi ya!" sindir Gadis tertawa. Ia langsung membuka nakas dan merapikan dokumen miliknya yang masih utuh.Setelah merapikan dokumen dan berkas penting miliknya, ia melihat sekeliling kamarnya. Tidak ada perubahan, hanya salah satu penghuninya yang berubah. "Dhea, kamu sepertinya satu selera denganku ya dari kecil. Apapun pilihanku, pasti kamu juga suka. Termasuk mantan suamiku. Kamu sukses merebut bekasku dari dulu," ucapnya sambil tertawa mengejek."Kalau sudah selesai, lebih baik kamu cepat pergi dari sini!" usir Dhea.Gadis tertawa mendengar ucapan Dhea."Kamu kenapa datang ke rumahku lagi? Bukankah kita sudah sah bercerai secara agama dan hukum?" Devano tiba-tiba masuk ke kamar dan menatap curiga pada Gadis."Rumahmu? Rumah yang uangnya sebagian dariku? Kamu mau mengaku ini rumahmu?" sindir Gadis dan ia pun tertawa. "Kalau begitu, kembalikan uangku yang kamu gunakan untuk membeli rumahmu ini. Sekarang aku bukan pemiliknya, jadi aku meminta hakku! Kapan kamu mau mengembalikannya?"Devano termenung, ia tak berkutik memang sebagian uang untuk membeli rumah ini adalah uang yang Gadis berikan padanya.Melihat Devano yang tidak berkutik membuat Gadis tersenyum mengejek. "Oke, aku itu bukan monster, aku masih punya hati. Aku masih manusia dan masih punya rasa iba. Aku tahu kamu butuh banyak biaya untuk menggelar pesta pernikahan kalian dan menyambut jabang bayi yang saat ini ada dalam rahim si gatal itu," tunjuk Gadis pada Dhea dengan sengaja. "Aku mengizinkan kamu membayarnya dengan cara mencicilnya, kalau kamu tak mencicil hutangmu. Siap-siap ada surat cinta yang kukirim untukmu, mantan suami." Senyum Gadis terasa menyebalkan di mata keduanya.******Setelah pulang dari rumah mantan suaminya, Gadis mengurung diri di kamar. Sulit baginya untuk berpura-pura kuat, tetap saja hatinya rapuh. Memang benar, ia bisa menipu banyak orang dengan senyumannya. Tapi Gadis tak bisa menipu dirinya sendiri. Tetap saja hatinya masih belum menerima kecewa itu datang, tetap saja ia patah hati. Pernikahan impiannya harus hancur seketika hanya karena perempuan lain, perempuan yang selama ini sengaja berpura-pura baik dan peduli padanya agar bisa merebut segala miliknya.Gadis melangkahkan kaki dengan berat, ia membawa kotak besar dan berjalan menuju pekarangan belakang rumahnya. Gadis membuka satu per satu kenangan manis yang pernah ia rasakan saat bersama Devano. Mulai dari surat cinta pertama kali yang diberikan lelaki itu, bahkan tiket bioskop pun ia simpan dengan rapi.Gadis membakar semuanya, tak tersisa. Baginya lebih baik menghilangkan kenangan yang menyakitkan itu tanpa jejak, jika ia hanya menyimpannya. Kelak Gadis takut lemah dan tanpa sa
***"Ke Jepang? Ayah serius?" tanya Gadis menatap tak percaya."Ayah serius. Kalau kamu mau, nanti Ayah cari informasi universitas di sana buat kamu," jawab Hadi."Ibu setuju kalau Gadis kuliah di Jepang? Bukannya Ibu dan ayah selalu menolak rencana Gadis kalau mau sekolah di luar," ujar Gadis memastikan."Ibu dan ayah hanya khawatir sama kamu. Apalagi di negara orang, takut ada orang yang berniat jahat sama kamu. Tapi, akhirnya kami sadar kalau menahan mimpimu saja sama membunuhmu pelan-pelan, mematikan doamu. Jadi, sekarang kalau kamu mau kuliah di mana tak masalah, asal kamu bisa menjaga diri dan menjunjung kehormatanmu."Gadis langsung tersenyum sumringah. "Sebenarnya Gadis sudah setahun lalu mengajukan beasiswa ke beberapa universitas di luar negeri. Kemarin baru saja ada email dari salah satu universitas dan Gadis mendapatkan beasiswa penuh di sana.""Benar kah? Di universitas mana?" tanya Hadi begitu antusias."Alhamdulillah, Gadis diterima di University of Tokyo. Di sana ada p
***"Bu, tadi Gadis enggak sengaja ketemu sama mama Desi saat lagi makan dengan Eva," ucap Gadis."Pasti Dhea ikut ya?"Gadis menganggguk. "Devano juga ikut, Bu. Tadi mama Desi nyapa dan katanya nenek pingin ketemu, tadinya mau ajak Gadis ke Bandung, tapi Gadis enggak balas pesannya. Malah bilang kalau nenek mau ke Jakarta dan suruh Gadis main ke rumah mama Desi, ya Gadis tolak lah karena bertepatan dengan kepergian Gadis ke Jepang," tuturnya. "Dan Ibu tahu enggak gimana reaksi si Dhea?" tanyanya dan Putri menggelengkan kepalanya. "Wajahnya kayak kepiting rebus, merah merona bukan karena cantik ya! Tapi, karena dia panas. Iri karena mama Desi masih perhatian sama mantan menantunya ini." Gadis terkekeh."Memang mamanya Devano sering chat Ibu, dia menyesal dan terus minta maaf dengan kelakuan Devano pada kita, terlebih dengan kamu. Desi memang perempuan yang baik," tukas Putri."Memang harus Gadis akui, kalau selama mengenal mama Desi, dia memang mertua yang baik dan enggak banyak nuntu
***Gadis melangkahkan kakinya di bandara internasional Soekarno-Hatta, hari ini dimulainya lembaran baru dan juga sosok Gadis yang baru. Tidak ada lagi sosok Gadis yang mudah dibohongi dan mudah dimanfaatkan. Hari ini ia terlahir menjadi Gadis yang tidak akan jadi perempuan naif lagi dan tentunya ia mungkin tak lagi percaya dengan namanya apa itu cinta.Putri terus saja menangis, ia tak pernah melepas anak perempuan satu-satunya untuk pergi jauh darinya, apalagi pergi ke negara orang."Sudah, Bu. Jangan nangis terus! Kan Gadis juga nanti sering video call Ibu. Nanti Gadis pasti sering curhat sama Ibu."Putri menganggguk. "Ibu hanya belum terbiasa melepaskan anak manja seperti kamu. Kalau mau makan kadang kamu minta disuapin, apalagi kalau Mas-mu pulang, kamu minta dikelonin terus sama dia. Ibu hanya khawatir, di sana kamu apa-apa serba sendiri."Gadis terkekeh, memang benar ia adalah tipe anak yang sangat manja. Mungkin sifat manjanya yang terlalu over itulah membuat Devano lari ke p
***Pagi ini di Tokyo, Gadis bangun dengan suasana yang berbeda. List hari ini, ia akan pergi ke kampusnya untuk bertemu dengan calon dosen pembimbingnya dan melihat bagaimana kampus yang kelak akan ia isi dengan cerita baru di lembar kehidupannya.Ditemani Mesya yang sudah siap menemaninya untuk sekedar jadi tour guide baginya yang memang tidak bisa berbahasa Jepang sama sekali. Konon katanya orang-orang Jepang lebih mencintai bahasa mereka sendiri dan adapun yang bisa berbahasa Inggris hanya orang-orang tertentu dan Bahasa Jepang punya pelafalan khas, yang aspek bunyinya memang agak jauh dari pelafalan bahasa Inggris. Jadi, sangat sulit bagi orang Jepang untuk mengubah pelafalan."Kamu jangan jauh-jauh dariku!" pinta Gadis pada Mesya."Kamu saat ini sulit ya jauh dariku? Sudah bergantung banyak padaku. Baik-baik ya sama aku, jangan buat kesel lagi, kalau kamu buat kesel nanti aku tinggalkan kamu!" seloroh Mesya."Sial kamu! Kamu mau jadi si demit Devano, Ha! Cukup dia dan si gatal s
***Gadis membuka laptopnya dan ia membaca profil calon profesor pembimbingnya itu. Namanya Kento Yamazaki berumur tiga puluh tahun satu tahun, lulusan dari MIT yang menyabet gelar S2 dan S3 dengan nilai sempurna. MIT adalah institut teknik terbaik di dunia. Kento Yamazaki telah menerbitkan lebih dari tiga puluh publikasi ilmiah sampai saat ini. menjadi reviewer di jurnal-jurnal berkualitas di bidang teknik sipil. Dan di dalam profil yang dibacanya, lelaki itu adalah anak kedua dari dua bersaudara dan ibunya perpaduan Jepang-Rusia. Gadis baru paham, kenapa wajah Yamazaki itu sangat menawan dan di matanya tak membosankan, sebab lelaki itu terlahir dari perpaduan yang sempurna! Kento Yamazaki memang sempurna, dari fisik dan juga otak! Gadis merasa ia harus dibimbing oleh profesor muda itu terlepas bagi dirinya, lelaki itu menyebalkan.Ada email masuk dan ia terkejut saat membaca isi email-nya. Gadis keterima menjadi mahasiswa yang riset master-nya dibimbing oleh Prof. Yamazaki.Harus se
***"Nanti Yamazaki-san mampir deh ke Indonesia. Di sana kalau berbuka puasa pasti banyak banget takjil yang menggugah selera. Pastinya kalau sore suka jadi macet," ucap Mesya."Ya. Saya pernah juga mendengar di sana itu ada istilah ngabuburit. Teman saya juga mengatakan bahwa di Indonesia itu kalau buka puasa do sana sangat menyenangkan," balas Yamazaki."Ke sana saja, Yamazaki-san. Siapa tahu jodohnya dari sana," celetuk Mesya.Yamazaki tersenyum dan membuat Gadis tertegun. Bagaimana bisa si dingin itu begitu ramah dan hangat pada Mesya, sedangkan dengan dirinya lelaki itu sangat dingin. Bahkan untuk sekedar senyum saja, Yamazaki tak pernah menunjukan padanya.Gadis tak habis pikir kenapa dirinya korban dari wajah dingin itu. Apa memang sebenarnya lelaki itu tak menyukainya dari awal?Yamazaki akhirnya pamit dari hadapan Mesya dan Gadis untuk menyapa teman-teman lainnya dan setelah lelaki itu pergi, Mesya menatap Gadis yang dari tadi hanya diam saja."Kamu kenapa sih berubah jadi pa
***"Ibu..." Gadis menangis melihat Putri di layar gadget-nya."Assalamu'alaikum, Nak. Kenapa menangis?" tanya Putri, ia menahan tangisannya agar Gadis tidak semakin tambah menangis."Kangen sama Ibu," balas Gadis tersenyum. "Ibu apa kabar? Ayah di mana?" tanyanya."Alhamdulillah Ibu baik dan sehat. Ayahmu masih berbincang-bincang di masjid. Gimana puasa perdana kamu di Jepang? Di sana bukankah durasi puasanya lebih lama?""Iya, Bu. Terasa lemas dan masa harus sahur dimulai pukul 2.30 dini hari, apalagi puasa di sini bertepatan dengan musim panas. Kebayang iman kita di sini benar-benar diuji," jawab Gadis."Tapi kamu enggak bolong, kan?""Ya Allah, Ibu. Memangnya anakmu ini lemah dan manja! Alhamdulillah, puasa perdana Gadis lancar meski terasa lemas, namun ini jadi tantangan Gadis yang benar-benar harus menahan lapar dan dahaga. Sepertinya keislaman Gadis di sini lebih terasa. Oh, iya ini Gadis baru pulang dari acara buka puasa di masjid Camiii, Tokyo. Di sana banyak komunitas muslim