***
"Ke Jepang? Ayah serius?" tanya Gadis menatap tak percaya."Ayah serius. Kalau kamu mau, nanti Ayah cari informasi universitas di sana buat kamu," jawab Hadi."Ibu setuju kalau Gadis kuliah di Jepang? Bukannya Ibu dan ayah selalu menolak rencana Gadis kalau mau sekolah di luar," ujar Gadis memastikan."Ibu dan ayah hanya khawatir sama kamu. Apalagi di negara orang, takut ada orang yang berniat jahat sama kamu. Tapi, akhirnya kami sadar kalau menahan mimpimu saja sama membunuhmu pelan-pelan, mematikan doamu. Jadi, sekarang kalau kamu mau kuliah di mana tak masalah, asal kamu bisa menjaga diri dan menjunjung kehormatanmu."Gadis langsung tersenyum sumringah. "Sebenarnya Gadis sudah setahun lalu mengajukan beasiswa ke beberapa universitas di luar negeri. Kemarin baru saja ada email dari salah satu universitas dan Gadis mendapatkan beasiswa penuh di sana.""Benar kah? Di universitas mana?" tanya Hadi begitu antusias."Alhamdulillah, Gadis diterima di University of Tokyo. Di sana ada program bahasa Inggris, jadi tidak perlu belajar bahasa Jepang terlalu mendalam," jawab Gadis."Kamu dapat beasiswa dan lulus di sana?" tanya Hadi, menatap Gadis tak percaya.Gadis menganggguk. "Iya, Gadis diterima di sana. Ayah enggak percaya?"Hadi menitikkan air matanya. "Ayah percaya dan bangga denganmu, Nak. Kamu anak yang pintar, jelas Ayah bangga sekali. University of Tokyo adalah universitas yang memiliki seleksi tersulit di Jepang. Alhamdulillah, kamu lolos.""Gadis pun enggak menyangka sama sekali bisa lulus dan diterima di sana. Cita-cita Gadis memang ingin kuliah di sana, university of Tokyo adalah pilihan yang tepat untuk mempelajari teknik lebih dalam," tutur Gadis. "Ayah... Ibu, maafkan Gadis ya karena Gadis tidak meminta izin dan doa restu kalian untuk ikut tes di sana.""Sudah jangan minta maaf atau memikirkan hal yang lain. Sekarang fokus saja sama persiapanmu ke Jepang. Kapan berangkat ke Jepang?""Masuk kuliahnya bertepatan dengan mau mulainya puasa ramadhan. Tapi, Gadis mau datang lebih awal ke Jepang. Mau membiasakan diri hidup di sana dan juga mau belajar bahasa Jepang di sana. Apa Ayah dan Ibu mengizinkan?" tanya Gadis."Apapun yang kamu mau lakukan, lakukanlah! Kami hanya bisa mendoakanmu," jawab Hadi."Mas Elang gimana? Izinin Gadis ke sana?" tanya Gadis melirik kakaknya."Tentu saja. Kalau hal itu membuat kamu bahagia, Mas pasti memberi restu," jawab Elang.***"Kamu beneran mau ke Jepang?" tanya Eva terkejut mendengar kabar baik yang disampaikan Gadis."Iya, akhirnya mimpiku dari dulu kuliah di sana bakal terwujud. Aku tak menyangka kalau ayah, ibu dan mas Elang memberi izin, bahkan ayah menawarkan mencari universitas di Jepang untuk melanjutkan kuliahku lagi," jawab Gadis."Alhamdulillah, akhirnya kamu bisa mewujudkan mimpimu dari zaman masih putih–biru dulu. Aku ikut senang mendengarnya," ucap Eva terharu."Rancangan mimpiku memang enggak Allah luluskan sih. Dulu kan aku bermimpi ingin kuliah dan menetap di Jepang, di kota Tokyo bersama Devano. Bahkan, aku sudah mencari lowongan kerja di sana untuk kami berdua. Aku sudah mencari apartemen untuk disewa dan nanti akan kami tempati. Tapi, ternyata... rancangan mimpiku salah satunya Allah hapus. Allah ganti dengan lebih indah dan menurut versi-Nya. Yaitu izin keluargaku. Kamu tahu sendiri kalau mereka menentang untuk aku kuliah di Jepang.""Iya, Gadis. Mungkin ini salah satu kado yang Allah persiapkan untukmu. Devano bukan mimpi indah, dia mimpi burukmu. Untuk itu Allah hapuskan dia dari daftar mimpimu. Aku bersyukur karena akhirnya kamu bisa ke sana, ya meski sendirian enggak apa-apa lah. Siapa tahu nanti pulang-pulang dapat bule Jepang," tukas Eva terkekeh."Hush! Kamu jangan ngawur! Di sana aku mau fokus dengan study-ku. Lagian mana mau bule Jepang sama janda sepertiku, apalagi aku ditalak tiga dan usia pernikahannya hanya dalam hitungan hari. Pasti semua memikirkanku dengan stigma negatif," ujar Gadis."Lho memangnya kenapa dengan label janda? Kamu itu korban dari orang-orang munafik seperti mereka. Kamu itu punya daya tarik luar biasa. Cantik, pintar, baik, ramah dan juga humoris. Siapa sih lelaki yang enggak akan terpesona denganmu.""Tapi kok bisa ya aku diselingkuhi? Berarti aku enggak seperti yang kamu katakan. Buktinya dengan mudah Devano berpaling dengan perempuan lain," ucap Gadis."Lakinya saja yang enggak bersyukur dan juga si Dhea yang kegatelan. Mereka itu cocok! Sama-sama saling melengkapi keburukannya masing-masing. Kamu harusnya bersyukur karena Allah memperlihatkan keburukan mereka lebih awal. Kalau nanti kamu punya anak dari Devano, kamu akan semakin terluka."Gadis menghela napasnya dalam-dalam. "Memang mungkin semuanya harus terjadi lebih cepat, biar aku tidak terlalu terluka lebih dalam. Allah punya rencana yang indah untukku. Meski sebenarnya aku masih terluka, aku masih belum bisa menerima perceraian ini. Kenapa mereka tega menghancurkan kebahagiaanku, kenapa mereka begitu mudahnya melukai hati seseorang yang sedang berbahagia.""Aku tahu memang enggak mudah untuk bisa cepat bangkit dari sakit yang mereka torehkan untukmu. Butuh waktu memang untuk menyembuhkan, luka itu ada masa tenggangnya, kamu harus percaya dengan waktu yang kelak akan menyembuhkan lukamu. Kamu saat ini hanya perlu berusaha mengobatinya, jangan terpuruk dan mendiamkan luka itu," ujar Eva."Aku memang enggak mau melihat mereka bahagia di atas penderitaanku. Aku pergi ke Jepang untuk mengobati lukaku dan kuharap di Tokyo, lukaku kembali pulih. Aku bisa menatap masa depan, tanpa melihat luka di masa lalu. Aku akan mematikan ingatan luka itu. Aku akan menghidupkan bahagia dengan caraku.""Aku dukung kamu, Gadis. Aku yakin kamu bisa mematahkan luka yang Devano dan Dhea berikan untukmu," ucap Eva yakin."Harus! Aku ingin mereka terluka karena kesuksesanku," balas Gadis tersenyum."Gadis!"Gadis dan Dhea yang sedang asyik mengobrol langsung melihat ke arah sumber suara."Mama.." balas Gadis menyapa mantan mama mertuanya. Ia melihat ada Dhea dan Devano yang menatapnya tak suka."Kebetulan kita bertemu di sini. Kamu belum balas pesan Mama ya?""Ponselku ketinggalan di rumah, Ma. Tadi buru-buru ketemu mau ketemu sama Eva.""Padahal tadinya Mama ingin ajak kamu ke rumah nenek. Nenek lagi sakit, dia nanyain kamu.""Nenek sakit apa?" tanya Gadis khawatir."Biasa kalau sudah berumur ya semuanya mulai kerasa. Kebetulan dua minggu lagi setelah Dhea dan Devano menikah, nenek mau datang ke Jakarta. Kamu mau jenguk nenek di rumah?""Sepertinya enggak bisa, Ma.""Lho, kenapa?" tanya Desi agak kecewa."Kamu jangan mengecewakan mama dan nenek dong! Meski kamu dan Devano sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, jangan memutuskan tali silahturahmi. Katanya perempuan yang berasal dari didikan yang mengutamakan adab, nyatanya hanya koar-koar saja," sindir Dhea.Gadis tersenyum, sebenarnya ia ingin sekali menjambak rambut perempuan gatal itu sekarang. Tapi, ia tahan karena jika ia cari ribut, maka ia dan Dhea tak jauh berbeda. "Bukan karena mau memutuskan tali silahturahmi, tapi memang enggak bisa karena Minggu depan mau ke Jepang.""Kamu mau ke Jepang? Mau liburan?" tanya Desi penasaran.Gadis menggelengkan kepalanya. "Bisa sekalian juga, Ma. Gadis di sana mau lanjut study S2.""Kamu kuliah lagi di Jepang?" tanya Desi."Iya, Ma. Alhamdulillah...""Ya, enggak usah heran, Ma. Kan ayahnya Gadis itu rektor. Jadi, kalau mau lanjut kuliah lagi gampang. Banyak koneksi," timpal Dhea menyindir."Sembarangan kamu! Gadis itu tes setahun yang lalu dan dia dapat beasiswa full dari University of Tokyo, salah satu universitas bergengsi di Jepang," tukas Eva kesal. "Kalau iri jangan kelihatan bodohnya deh!"Gadis tersenyum mengejek, ia melihat Dhea dan Devano yang saat ini menatapnya tak percaya.'Ini baru awal hadiah kebahagiaanku untuk kalian sang pengkhianat,' ucap Gadis dalam hati.******"Bu, tadi Gadis enggak sengaja ketemu sama mama Desi saat lagi makan dengan Eva," ucap Gadis."Pasti Dhea ikut ya?"Gadis menganggguk. "Devano juga ikut, Bu. Tadi mama Desi nyapa dan katanya nenek pingin ketemu, tadinya mau ajak Gadis ke Bandung, tapi Gadis enggak balas pesannya. Malah bilang kalau nenek mau ke Jakarta dan suruh Gadis main ke rumah mama Desi, ya Gadis tolak lah karena bertepatan dengan kepergian Gadis ke Jepang," tuturnya. "Dan Ibu tahu enggak gimana reaksi si Dhea?" tanyanya dan Putri menggelengkan kepalanya. "Wajahnya kayak kepiting rebus, merah merona bukan karena cantik ya! Tapi, karena dia panas. Iri karena mama Desi masih perhatian sama mantan menantunya ini." Gadis terkekeh."Memang mamanya Devano sering chat Ibu, dia menyesal dan terus minta maaf dengan kelakuan Devano pada kita, terlebih dengan kamu. Desi memang perempuan yang baik," tukas Putri."Memang harus Gadis akui, kalau selama mengenal mama Desi, dia memang mertua yang baik dan enggak banyak nuntu
***Gadis melangkahkan kakinya di bandara internasional Soekarno-Hatta, hari ini dimulainya lembaran baru dan juga sosok Gadis yang baru. Tidak ada lagi sosok Gadis yang mudah dibohongi dan mudah dimanfaatkan. Hari ini ia terlahir menjadi Gadis yang tidak akan jadi perempuan naif lagi dan tentunya ia mungkin tak lagi percaya dengan namanya apa itu cinta.Putri terus saja menangis, ia tak pernah melepas anak perempuan satu-satunya untuk pergi jauh darinya, apalagi pergi ke negara orang."Sudah, Bu. Jangan nangis terus! Kan Gadis juga nanti sering video call Ibu. Nanti Gadis pasti sering curhat sama Ibu."Putri menganggguk. "Ibu hanya belum terbiasa melepaskan anak manja seperti kamu. Kalau mau makan kadang kamu minta disuapin, apalagi kalau Mas-mu pulang, kamu minta dikelonin terus sama dia. Ibu hanya khawatir, di sana kamu apa-apa serba sendiri."Gadis terkekeh, memang benar ia adalah tipe anak yang sangat manja. Mungkin sifat manjanya yang terlalu over itulah membuat Devano lari ke p
***Pagi ini di Tokyo, Gadis bangun dengan suasana yang berbeda. List hari ini, ia akan pergi ke kampusnya untuk bertemu dengan calon dosen pembimbingnya dan melihat bagaimana kampus yang kelak akan ia isi dengan cerita baru di lembar kehidupannya.Ditemani Mesya yang sudah siap menemaninya untuk sekedar jadi tour guide baginya yang memang tidak bisa berbahasa Jepang sama sekali. Konon katanya orang-orang Jepang lebih mencintai bahasa mereka sendiri dan adapun yang bisa berbahasa Inggris hanya orang-orang tertentu dan Bahasa Jepang punya pelafalan khas, yang aspek bunyinya memang agak jauh dari pelafalan bahasa Inggris. Jadi, sangat sulit bagi orang Jepang untuk mengubah pelafalan."Kamu jangan jauh-jauh dariku!" pinta Gadis pada Mesya."Kamu saat ini sulit ya jauh dariku? Sudah bergantung banyak padaku. Baik-baik ya sama aku, jangan buat kesel lagi, kalau kamu buat kesel nanti aku tinggalkan kamu!" seloroh Mesya."Sial kamu! Kamu mau jadi si demit Devano, Ha! Cukup dia dan si gatal s
***Gadis membuka laptopnya dan ia membaca profil calon profesor pembimbingnya itu. Namanya Kento Yamazaki berumur tiga puluh tahun satu tahun, lulusan dari MIT yang menyabet gelar S2 dan S3 dengan nilai sempurna. MIT adalah institut teknik terbaik di dunia. Kento Yamazaki telah menerbitkan lebih dari tiga puluh publikasi ilmiah sampai saat ini. menjadi reviewer di jurnal-jurnal berkualitas di bidang teknik sipil. Dan di dalam profil yang dibacanya, lelaki itu adalah anak kedua dari dua bersaudara dan ibunya perpaduan Jepang-Rusia. Gadis baru paham, kenapa wajah Yamazaki itu sangat menawan dan di matanya tak membosankan, sebab lelaki itu terlahir dari perpaduan yang sempurna! Kento Yamazaki memang sempurna, dari fisik dan juga otak! Gadis merasa ia harus dibimbing oleh profesor muda itu terlepas bagi dirinya, lelaki itu menyebalkan.Ada email masuk dan ia terkejut saat membaca isi email-nya. Gadis keterima menjadi mahasiswa yang riset master-nya dibimbing oleh Prof. Yamazaki.Harus se
***"Nanti Yamazaki-san mampir deh ke Indonesia. Di sana kalau berbuka puasa pasti banyak banget takjil yang menggugah selera. Pastinya kalau sore suka jadi macet," ucap Mesya."Ya. Saya pernah juga mendengar di sana itu ada istilah ngabuburit. Teman saya juga mengatakan bahwa di Indonesia itu kalau buka puasa do sana sangat menyenangkan," balas Yamazaki."Ke sana saja, Yamazaki-san. Siapa tahu jodohnya dari sana," celetuk Mesya.Yamazaki tersenyum dan membuat Gadis tertegun. Bagaimana bisa si dingin itu begitu ramah dan hangat pada Mesya, sedangkan dengan dirinya lelaki itu sangat dingin. Bahkan untuk sekedar senyum saja, Yamazaki tak pernah menunjukan padanya.Gadis tak habis pikir kenapa dirinya korban dari wajah dingin itu. Apa memang sebenarnya lelaki itu tak menyukainya dari awal?Yamazaki akhirnya pamit dari hadapan Mesya dan Gadis untuk menyapa teman-teman lainnya dan setelah lelaki itu pergi, Mesya menatap Gadis yang dari tadi hanya diam saja."Kamu kenapa sih berubah jadi pa
***"Ibu..." Gadis menangis melihat Putri di layar gadget-nya."Assalamu'alaikum, Nak. Kenapa menangis?" tanya Putri, ia menahan tangisannya agar Gadis tidak semakin tambah menangis."Kangen sama Ibu," balas Gadis tersenyum. "Ibu apa kabar? Ayah di mana?" tanyanya."Alhamdulillah Ibu baik dan sehat. Ayahmu masih berbincang-bincang di masjid. Gimana puasa perdana kamu di Jepang? Di sana bukankah durasi puasanya lebih lama?""Iya, Bu. Terasa lemas dan masa harus sahur dimulai pukul 2.30 dini hari, apalagi puasa di sini bertepatan dengan musim panas. Kebayang iman kita di sini benar-benar diuji," jawab Gadis."Tapi kamu enggak bolong, kan?""Ya Allah, Ibu. Memangnya anakmu ini lemah dan manja! Alhamdulillah, puasa perdana Gadis lancar meski terasa lemas, namun ini jadi tantangan Gadis yang benar-benar harus menahan lapar dan dahaga. Sepertinya keislaman Gadis di sini lebih terasa. Oh, iya ini Gadis baru pulang dari acara buka puasa di masjid Camiii, Tokyo. Di sana banyak komunitas muslim
***Sepulang dari kampus wajah Gadis ditekuk, ia masih sebal dengan omongan Yamazaki yang menurutnya itu keterlaluan. Mana mungkin ia suka jika digoda sembarangan sama lelaki yang baru dikenalnya, meski ia seorang janda tapi ia masih punya harga diri.Gadis memencet bell apartemen Mesya, ia ingin menumpahkan kekesalannya pada sahabatnya itu."Baru pulang?""Iya. Nanti buka puasa mau di mana?""Di sini saja ya! Aku masak, ya meski hanya telor dadar sama sambal, lumayan. Kamu mau?""Iya, aku mau. Kita enggak buka puasa bareng lagi, kan?""Hari ini enggak, kemungkinan besok Insya Allah.""Besok buka puasa bersama lagi?" tanya Gadis terkejut."Iya, kebetulan ada yang mau masuk Islam besok. Jadi nanti kita menyaksikannya di masjid Camii.""Dia pasti ada ya?""Dia siapa?""Yamazaki-Sensei.""Oh, Yamazaki- san. Dia pasti ada lah, justru yang mau masuk Islam itu adalah adiknya!" seru Mesya."Adik kandungnya?""Iyalah, masa adik ketemu gede," balas Mesya. "Kenapa kamu tanyain dia ada atau engga
***Setelah Yamazaki memberi ceramah di masjid Asasuka. Yamazaki berbicara dengan ramah pada semua jamaah dan pengurus masjid. Gadis pun ikut nimbrung karena salah satu imam masjid itu adalah orang Indonesia."Alhamdulillah, terima kasih karena Sensei mau datang dan berceramah di sini," ucap Fatih, imam masjid Asasuka."Saya selalu merindukan masjid ini dan juga saudara-saudara saya yang sudah lama kita tidak berjumpa. Jadi saya senang sekali saat Fatih-San meminta saya untuk memberikan ceramah, meski sebenarnya saya jauh dari kata layak," balas Yamazaki."Sensei sangat layak, Masya Allah. Saya sangat kagum dengan banyaknya ilmu yang Sensei kuasai. Sensei pun bisa dengan mudah hapal Al-Qur'an," puji Fatih dan ia melihat Gadis yang daritadi datang bersama Yamazaki. "Sensei, ini adalah calon istrimu?" tanyanya tersenyum."Bukan. Dia juga salah satu mahasiswi dari Indonesia dan baru datang ke Jepang," jawab Yamazaki.Fatih langsung antusias saat tahu kalau perempuan yang datang bersama Y