Share

05. Dendam Masa Lalu

Di sisi lain ada seseorang yang selalu memperhatikan dan mengabari setiap kejadian di sekeliling rumahnya Tuan Bima.

Orang itu akan tertawa lepas saat mendengar kalau  Kayra menjadi objek kemarahannya, Dia ingin wanita itu merasakan apa yang dia rasakan sampai saat ini seperti ibunya dulu sewaktu seumuran Kayra.

Sudah mendarah daging hasrat ingin membalas dendam yang tak berujung. Hanya karena kesalah pahaman mereka para orang tua menciptakan masalah dalam keluarganya sehingga menjadi luka yang membekas sampai mereka dewasa.

Luka yang ditorehkan masih teringat jelas sehingga dia pun  tak segan-segan membuat lawannya tak berkutik sama sekali.

Terkenal dengan disiplin dan  tegas kini dia datang untuk menuntut balas dendam.

Namanya Malik Ibrahim Husaini seorang  pengusaha  muda yang merintis usahanya di bidang properti dari nol.

Sepak terjang dalam menitik karier sangatlah sulit. Banyak rintangan yang selalu dia hadapi tetapi jiwanya terus berontak agar bisa mencapai tujuannya.

Di usianya yang baru sepuluh tahun sudah ditinggal pergi oleh sang ayah tercinta akibat serangan jantung.

Bahkan  kenangan manis dari sang ayah tidak bisa dia lupakan sampai  suatu ketika dia mendengar kau kematiannya ayahnya karena mendengar kalau ibunya masih berhubungan gelap dengan mantan pacarnya.

Masih teringat siapa nama yang sudah membuat keluarganya  menjadi  berantakan. Dia pun ingin menjadi sukses agar bisa bersaing di kalangan bisnis  sekalipun.

Berkat kepintarannya, Malik bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya sampai  akhir.

Hari-harinya diawali dengan bahagia, walau dia tahu ibunya mengalami depresi akut.

Hari ini dia mencari target anaknya untuk dijadikan permainan kehidupan.

“Bagaimana rasanya Kayra, kamu telah dikecewakan beberapa kali oleh cinta!”

“Begitu juga dengan ibuku yang tidak bisa berbuat apa-apa, tidak ada yang menyayanginya!”

“Mereka mencampakkannya  seperti sampah, tidak ada yang menolongnya!” rutuknya dalam hati.

“Sekarang kamu akan merasakan bagaimana sakit diperlakukan seperti itu, bahkan sampai kamu mati pun tidak ada laki-lakinya yang  denganmu!” teriaknya dalam hati dan tersenyum menyeringai.

“Ini semua karena salah ayahmu yang membuat ayahku meninggal. Aku tidak bisa merasakan kasih sayangnya lagi!”

“Sedangkan ibuku menjadi janda muda tetapi tidak ada yang menghormatinya, dia dibuang oleh keluarganya sendiri!”

“Ibu menjadi depresi, sehingga tak ada jalan lagi selain berkali-kali mencoba bunuh diri!” rutuknya dalam hati.

“Permisi Pak, dokter Ridwan ingin berbicara dengan Bapak sebentar, Bapak sudah di tunggu di ruangannya!”

“Baik Sus, terima kasih!” jawabnya pelan.

Pria itu melewati lorong , bangunan serba putih menariknya ke alam suatu  ruangan.

Pria itu mengetuk pintunya dan dokter pun menyuruhnya masuk dengan ramah.

“Silakan masuk, Pak Malik!”

“Terima kasih, Dok!”

“Maaf, Dok bagaimana  dengan keadaan Ibu saya, apakah ada kemajuan sampai saat ini?” tanya Malik penuh harap.

“Begini Pak Malik, penyakit yang di derita Ibu Anda sebenarnya adalah penyakit yang bisa di sembuhkan!”

“Beliau hanya perlu teman bicara, teman mengobrol, sering-seringlah  kalian berbicara dari hati ke hati itu akan membuat Ibu, Bapak merasa  tenang, damai!”

“Ibu Anda sudah banyak mengalami penderitaan, jadi jika ada yang merawatnya dengan baik dan telaten lama-lama ibu akan baik-baik saja.

“Sebenarnya ada seorang wanita yang sering berkunjung ke sini, tetapi saya belum mengetahuinya siapa!”

“Dia selalu datang dan menjenguk Ibu Anda, dia sangat peduli, tetapi akhir-akhir ini dia belum datang kemari lagi, mungkin karena itu lah Ibu Anda menjadi murung kembali!” jelasnya kepada Malik.

“Kami akan mencari tahu siapa wanita itu dan akan segera mengabari Bapak secepatnya! ”ucap Dokter Ridwan menegaskan.

“Baik, terima kasih Dok, atas bantuannya!”

“Sama-sama Pak Malik!”

“Kalau begitu saya permisi dulu, nanti kalau ada kabar selanjutnya tolong segera hubungi saya!”

“Saya izin menengok sebentar Ibu dulu!”

“Oh ya tentu silakan!”

***

Malik pun pergi menemui ibunya yang sedang duduk di taman ditemani oleh seorang suster jaga.

Malik menghampirinya dan mencium tangan ibu nya dengan takzim.

Assalamualaikum, Bu!” sapa Malik tersenyum bahagia.

“Bagaimana keadaan Ibu sekarang?” lanjutnya lagi.

“Hari ini Malik senang deh Bu, tadi kata dokter Ibu sudah mengalami kemajuan, mungkin sebentar lagi kita akan pulang.

“Wa’alaikumsaalm, Lik!

Alhamdulillah kalau seperti itu!”

“Malik, apakah kamu bahagia?”

“Apakah kamu tidak malu mempunyai Ibu seperti ini ?”

“Apa kata teman-teman sekolahmu, saat tahu Ibunya Malik berada di rumah sakit jiwa?”

“Apakah kamu tetap menyayangi Ibu, Nak?”

“Pertanyaan apa ini, Bu?”

“Yang jelas Malik sayang sama Ibu, tidak pernah Malik menganggap Ibu sebagai beban hidup Malik!” jawab Malik penuh keyakinan.

“Malik, Ibu tahu kamu ingin membalaskan dendam kepada orang yang telah menyakiti kita, tetapi apa yang kamu dapat dari balas dendammu itu?” tanya Bu Lastri sembari menatap lekat wajah anaknya itu.

“Bu, Malik belum bisa melupakan nama itu, Malik ingin dia juga menderita sama seperti kita!”

“Tidak ada yang mengasihani kita, tidak ada yang mau memberikan kita tempat tinggal dan makanan, semua membenci kita!”

“Malik ingin orang-orang yang telah menghina kita, mencaci maki kita bahkan yang melempar kita ke jalanan, mereka semua akan menerima balasannya!”

“Malik belum puas sebelum mereka merasakan apa yang Malik rasakan!” lanjutnya lagi.

“Apakah dengan begitu kamu akan merasa puas?”

“Kamu berarti sama saja dengan mereka, lebih memedulikan balas dendam daripada kebahagiaan!” celetuk Bu Lastri.

“Apa maksud Ibu?”

“Ibu sebenarnya ingin kamu menikah, diumurmu  ini sudah banyak yang menikah, apakah kamu tidak kepikiran untuk membina sebuah rumah tangga?” tanya Bu Lastri.

“Malik belum ada yang cocok, lagian Malik masih ingin bekerja, Bu! ”sanggahnya dengan sopan.

“Lik, kalau kamu belum pacar, biar  nanti Ibu kenalkan dengan teman Ibu. Dia sangat cantik dan berwawasan luas.

“Bahkan dia bisa memasak makanan kesukaan Ibu, dia sangat pandai sekali mengambil hati ibu!”

“Dia gadis yang baik, tetapi dia juga pernah dirawat di sini juga ,tetapi Dokter sudah menyatakannya sembuh setahun yang lalu, makanya dia tidak lagi menjenguk Ibu lagi, entah sudah seminggu ini belum ada kabarnya!” jelas Bu Lastri sedih.

“Mungkin dia ada kerjaan lain, Bu!”

“Oh ya, Bu, Malik nggak bisa lama-lama di sini soalnya ada temu janji sama orang, nanti malam Malik ke sini lagi, Ibu nggak apa-apa kan Malik tinggal sebentar?” tanyanya sembari memperhatikan ponselnya.

“Tunggu sebentar lagi, siapa tahu gadis itu akan datang dan kalian bisa berkenalan dengannya!” jawab Bu Lastri sembari melirik ke sana kemari.

“Maaf Bu, nggak bisa waktunya sudah mendesak, nanti saja Ibu kenalannya, ya!

Assalamualaikum!”

Wa’alaikumsaalm!”

“Duh, Malik padahal Ibu mau kenal in kamu, Nak, dengan gadis yang sudah menolong Ibu, apakah dia kan datang nggak ya?”

“Sudah lama dia tidak datang kemari, apakah dia sudah lupa denganku?” tanyanya dalam hati.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Yah elah ternyata si kayra cewek yg dia benci
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status