Share

BAB 16

Penulis: Katiram
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 21:14:03

Suara notifikasi dari WhatsApp informasi kampus berbunyi nyaring di layar ponsel Alya. Ia tengah duduk di atas kasur di kamar tamu Arsen yang cukup luas tersebut, ia kini mengenakan hoodie dan celana training.

Sinar matahari yang masuk dari jendela menyinari wajahnya yang terlihat lelah, tapi tetap cantik dalam kesederhanaannya.

"Pengumuman: Program Magang Mahasiswa Telah Dibuka untuk Semester Ini. Wajib Mengikuti Sesuai Jurusan Masing-Masing."

Alya mengusap wajahnya pelan. "Ya ampun, magang..." gumamnya lirih.

Ingatannya melayang ke semester lalu. Saat teman-teman seangkatannya mulai sibuk mencari tempat magang, ia justru menghabiskan waktunya bekerja sebagai kasir di minimarket dan menjadi penjaga toko fotokopi atau pekerjaan lainnya demi menutup biaya kuliah dan kebutuhan sehari-hari.

Ia memang belum sempat mengambil program magang, dan sekarang kampus mewajibkannya untuk segera menyelesaikan itu.

"Tapi... harus magang di perusahaan yang sesuai jurusan. Jurusan manajemen ekono
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya   BAB 18

    Pagi kedua magangnya, Alya bangun lebih pagi dari biasanya. Kantung matanya masih membentuk bayangan samar di bawah mata, namun ia berusaha menutupinya dengan sedikit bedak. Setelah mencicipi dua suap nasi dan meneguk air putih, Alya berangkat lebih awal dari jam masuk kantor. Ia tahu, hari ini Reline akan meminta laporan awal analisisnya.Setibanya di gedung Mahendra Corp, security menyapanya dengan ramah, dan lift lantai 19 terasa lebih dingin dari biasanya. Detik-detik menuju meja kerjanya, Alya terus-menerus mengulang isi laporannya dalam kepala. Ia sudah menuliskan rangkuman dari setiap minggu pengeluaran dan menyusun catatan kecil untuk menjelaskan asumsi-asumsinya."Pagi, Alya," suara lembut menyapanya saat ia baru saja duduk.Alya menoleh, agak kaget. Bukan Reline. Seorang lelaki muda dengan kemeja biru muda dan senyum ramah berdiri di dekat mejanya. Namanya Johan, staf senior di divisi yang sama."Pagi, Kak Johan.""Panggil Johan aja, nggak usah pakai Kak," jawabnya sambil te

  • Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya   BAB 17

    Alya menatap lurus ke arah meja kerjanya yang rapi dan nyaman. Meja kayu dengan permukaan mengilap itu diletakkan di dekat jendela besar yang menghadap langsung ke jalan protokol kota. Sebuah komputer layar lebar sudah menyala dengan username-nya yang baru saja dibuat oleh tim IT. Di sisi kanan meja, terdapat tumpukan dokumen dengan map berwarna biru dan merah, disusun rapi seperti menunggu untuk segera ditangani. Nama "Alya R." tertulis jelas di papan nama kecil berwarna perak di tepi meja."Ini... terlalu bagus untuk seorang anak magang," gumamnya pelan, nyaris tidak percaya.Baru beberapa menit lalu ia diperkenalkan oleh HRD ke lantai 19, dan langsung disambut oleh suasana kantor yang sibuk namun modern. Ia sempat mengira akan ditempatkan di ruang terbuka bersama para staf junior lainnya, namun justru diberikan meja di ruangan semi-tertutup dengan fasilitas yang nyaris setara dengan karyawan tetap. Semuanya terasa berjalan terlalu lancar."Alya Ramadhani, ya?" Sebuah suara peremp

  • Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya   BAB 16

    Suara notifikasi dari WhatsApp informasi kampus berbunyi nyaring di layar ponsel Alya. Ia tengah duduk di atas kasur di kamar tamu Arsen yang cukup luas tersebut, ia kini mengenakan hoodie dan celana training. Sinar matahari yang masuk dari jendela menyinari wajahnya yang terlihat lelah, tapi tetap cantik dalam kesederhanaannya."Pengumuman: Program Magang Mahasiswa Telah Dibuka untuk Semester Ini. Wajib Mengikuti Sesuai Jurusan Masing-Masing."Alya mengusap wajahnya pelan. "Ya ampun, magang..." gumamnya lirih.Ingatannya melayang ke semester lalu. Saat teman-teman seangkatannya mulai sibuk mencari tempat magang, ia justru menghabiskan waktunya bekerja sebagai kasir di minimarket dan menjadi penjaga toko fotokopi atau pekerjaan lainnya demi menutup biaya kuliah dan kebutuhan sehari-hari. Ia memang belum sempat mengambil program magang, dan sekarang kampus mewajibkannya untuk segera menyelesaikan itu."Tapi... harus magang di perusahaan yang sesuai jurusan. Jurusan manajemen ekono

  • Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya   BAB 15

    Matahari belum terlalu tinggi saat aroma sarapan menguar dari dapur rumah mewah tempat tinggal Arsen. Di meja makan yang tertata rapi, mereka duduk berhadapan, menyantap omelet dan roti panggang dengan suasana pagi yang terasa damai. Arsen, seperti biasa, tampil rapi dan elegan dengan kemeja lengan panjang yang digulung sampai siku. Sementara Alya, mengenakan kaus longgar dan celana katun, masih sedikit mengantuk.Arsen menatap Alya yang sedang memotong omeletnya dengan tenang. Lalu, tanpa peringatan, ia bertanya, "Alya, kamu nggak kangen Ibu kamu?"Alya menghentikan gerakannya. Garpu di tangannya menggantung di udara. Matanya menatap Arsen dengan sedikit terkejut sebelum kembali menunduk."Rindu, tentu saja," jawabnya pelan. "Tapi... aku juga nggak bisa menjenguk. Jadi, ya, aku pikir nggak apa-apa juga. Ibu sudah dirawat intensif dan dijaga dengan baik. Aku percaya itu.” ucap Alya dengan pelan.Arsen mengerutkan kening. "Kalau sekadar menjenguk, nggak apa-apa, kan? Apa salahnya?"A

  • Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya   BAB 14

    Udara malam mulai menyusup masuk dari celah jendela ketika Alya dengan cepat membuka pintu kamarnya dan menarik tangan Bu Yuni. Perempuan paruh baya itu sempat terkejut, namun mengikuti langkah Alya tanpa banyak bertanya. "Bu, ikut aku sebentar," kata Alya, nada suaranya terdengar lebih serius dari biasanya. Sesampainya di kamar, Alya menutup pintu rapat dan mempersilakan Bu Yuni duduk di kursi dekat meja belajar. Alya sendiri duduk di pinggir tempat tidur, tangan bertumpu di pangkuan. "Aku mau tanya sesuatu, dan aku harap Ibu bisa jujur. Tentang... Arsen. Tentang keluarganya." Bu Yuni menatap Alya dengan ragu. Matanya mengabur sejenak seakan mencoba membaca maksud dari pertanyaan itu. "Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan itu, Nak?" "Aku hanya... ingin tahu. Ibu pasti sudah lama mengenal Arsen, 'kan? Selama ini aku cuma melihat dia sebagai dosen yang dingin, susah ditebak, dan terlalu misterius. Tapi makin lama, aku sadar ada hal besar yang dia sembunyikan. Ada luka yang dia kub

  • Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya   BAB 13

    Malam menjelang saat mobil hitam mengilap yang ditumpangi Alya dan Arsen perlahan memasuki kawasan mansion milik keluarga besar Arsen. Bagi Alya, ini seperti memasuki dunia lain. Pintu gerbang besi yang menjulang tinggi terbuka otomatis, memperlihatkan taman luas yang terbentang bak padang hijau yang tertata sempurna. Pepohonan di sisi jalan masuk dihiasi lampu-lampu kecil berwarna hangat, dan air mancur megah menyambut mereka di bundaran depan mansion yang ukurannya bisa menampung satu lapangan basket.Alya menelan ludah. "Ini rumah... atau kastil kerajaan?" gumam Alya seraya menatap kagum sekeliling mansion tersebut."Bisakaplah biasa saja Alya, kita bukan memasuki kawasan wisata hiburan yang patut kamu kagumi sampai segitunya" peringat Arsen dengan pelan namun menggunakan nada yang menusuk dan pandangannya tetap lurus ke depan. Tapi tangan kirinya mengepal, menunjukkan kalau tempat ini tidak membuatnya senyaman yang terlihat.Alya mengerti, ia hanya diam sembari mengalihkan panda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status