Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya

Pernikahan Kilat dengan Dosen Kaya Raya

last updateLast Updated : 2025-06-29
By:  KatiramOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
39Chapters
247views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Alya, mahasiswi ekonomi semester akhir yang hidup pas-pasan dan memiliki ibu yang sakit parah, terdesak oleh keadaan. Saat hidupnya semakin terpuruk, datang tawaran tak terduga dari Arsen, dosen muda yang kaya raya namun dingin bak es kutub. Namun tiba-tiba Arsen menawarkan pernikahan kontrak selama setahun dengan imbalan uang dan jaminan pengobatan ibunya. Alya terjebak antara logika dan rasa, antara kebutuhan dan harga diri. Mampukah cinta tumbuh di balik pernikahan yang semula hanya kesepakatan?

View More

Chapter 1

BAB 1

BAB 1: Musim Gugur dan Musibah Tak Berujung

Suara alarm dari ponsel tua yang retak layarnya meraung pelan. Alya membuka mata dengan berat, tubuhnya terasa pegal karena semalam ia tertidur di lantai, beralaskan karpet tipis dan selimut usang. Ia menatap langit-langit kosan yang sudah penuh bercak hitam, lalu menghela napas panjang. Satu lagi hari yang harus dijalani. Satu lagi kenyataan yang tak berubah.

Ia melirik ibunya yang terbaring di ranjang kecil di sudut ruangan. Perempuan paruh baya itu tertidur dengan napas tersengal, tubuhnya kurus dan pucat. Sejak penyakit lambungnya kambuh beberapa bulan lalu, ibunya tidak bisa lagi membantu banyak hal. Alya tahu, ibunya menahan sakit, berusaha tersenyum tiap hari hanya demi dirinya.

Alya bangkit perlahan, menarik sweater lusuhnya dan berjalan ke dapur yang hanya terdiri dari kompor portable dan galon air. Ia menjerang air untuk membuat teh celup. Itu saja yang bisa ia sajikan pagi ini.

“Kamu nggak kuliah, Ly?” tanya sang ibu dengan suara serak, membuka matanya perlahan.

“Nanti, Bu. Aku ada kelas jam sembilan,” jawab Alya sambil menyuguhkan teh. “Ibu minum ini dulu, ya.”

Ibunya mengangguk pelan. Alya duduk sebentar di sisi tempat tidur, menggenggam tangan ibunya yang dingin.

“Bu, aku udah lulus mata kuliah proposal. Tinggal skripsi aja.”

Wajah ibunya yang letih itu berpendar sedikit. “Alhamdulillah. Ibu bangga banget sama kamu.”

Alya tersenyum getir. Ia tahu, perjuangannya belum selesai. Meskipun beasiswa menutupi biaya kuliah, kebutuhan hidup sehari-hari tetap menjadi beban yang besar. Ia bekerja paruh waktu sebagai penjaga toko buku dari sore sampai malam, sementara siangnya dipenuhi kelas dan kegiatan akademik.

Pukul delapan, Alya berangkat kuliah dengan sepeda tua warisan almarhum ayahnya. Angin pagi menusuk kulitnya yang hanya tertutup sweater tipis. Setiba di kampus, ia langsung menuju Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Sebuah pengumuman besar terpampang di mading: Selamat datang kepada dosen baru, Bapak Arsen Mahendra, SE, M.M.

Bisik-bisik terdengar dari para mahasiswa yang membaca pengumuman itu. “Katanya beliau itu alumni luar negeri, pernah jadi direktur muda perusahaan multinasional,” ucap salah satu mahasiswi.

“Iya, dan dia masih muda banget. Tapi katanya galak dan dingin kayak es batu.”

Alya tak terlalu menggubris. Ia lebih fokus memikirkan presentasi yang harus ia sampaikan hari ini. Namun, saat memasuki ruang kuliah, suasana tiba-tiba senyap. Seorang pria berdiri di depan kelas, mengenakan kemeja putih yang rapi dan celana bahan gelap. Posturnya tinggi, wajahnya tegas dan nyaris tanpa ekspresi. Sorot matanya tajam seperti pisau yang diasah sempurna.

“Selamat pagi,” ucap pria itu. Suaranya berat dan tenang. “Saya Arsen Mahendra, dosen pengganti untuk mata kuliah Manajemen Strategik. Mari kita mulai kelas hari ini.”

Tak ada basa-basi, tak ada senyum. Ia langsung membuka materi di layar dan mulai menjelaskan. Gaya mengajarnya cepat, padat, dan penuh tekanan. Ia kerap melemparkan pertanyaan mendadak ke mahasiswa secara acak. Beberapa mahasiswa gugup dan salah menjawab, dan Arsen hanya menatap mereka tanpa emosi, lalu lanjut berbicara seolah tak terjadi apa-apa.

Saat giliran Alya mendapat pertanyaan, ia sempat terdiam sejenak. Jantungnya berdebar.

“Sebutkan tiga elemen utama dalam analisis SWOT dan berikan contohnya secara aplikatif,” tanya Arsen.

Alya menarik napas. “Strength, Weakness, Opportunity, Threat. Misalnya, sebuah startup teknologi yang punya keunggulan pada tim IT yang solid adalah strength. Weakness-nya bisa jadi keterbatasan modal. Opportunity-nya adalah meningkatnya tren digitalisasi, dan threat-nya adalah kompetitor besar yang sudah punya pasar.”

Arsen mengangguk pelan. “Good. Lanjut.”

Meski hanya satu kata, bagi Alya itu seperti validasi langka. Setelah kelas usai, para mahasiswa langsung keluar sambil mengeluh.

“Serem banget sih dosen baru itu.”

“Kayak robot. Nggak senyum sama sekali!”

Alya tak banyak komentar. Ia menutup buku catatannya dan berdiri, lalu tak sengaja bertatapan mata dengan Arsen yang sedang merapikan dokumennya. Mata pria itu seolah membekukan ruang, dan Alya cepat-cepat memalingkan wajah. Ada sesuatu yang aneh pada dirinya seperti tekanan udara berubah ketika ia berada di dekat pria itu.

Beberapa hari berikutnya, Alya menjalani rutinitasnya seperti biasa. Pagi kuliah, siang ke perpustakaan, sore bekerja. Di toko buku tempatnya bekerja, pelanggan datang dan pergi tanpa wajah yang dikenali, sampai suatu hari, seseorang masuk dan membuat semua staf terdiam.

Arsen.

Dengan kemeja hitam dan ekspresi tak berubah, ia melangkah pelan menyusuri rak-rak buku. Alya yang sedang menyusun buku di sudut ruangan langsung menunduk. Namun, takdir tampaknya sedang iseng.

“Maaf, bagian buku manajemen bisnis di sebelah mana?” tanya suara itu.

Alya mendongak perlahan. “Di rak C, Pak. Sisi kanan.”

Arsen mengangguk. “Terima kasih.”

Tak ada yang istimewa dari percakapan itu, kecuali kenyataan bahwa Arsen datang ke toko tempatnya bekerja. Alya hanya bisa berdoa agar dosennya itu tidak terlalu memperhatikan wajahnya. Namun keesokan harinya, saat di kelas, Arsen menyebut nama Alya lebih sering dari biasanya.

“Alya, menurut kamu strategi itu cocok diterapkan di pasar yang bagaimana?”

“Alya, bagaimana pandanganmu tentang adaptasi bisnis dalam era disrupsi?”

Alya tak punya pilihan selain menjawab sebaik mungkin. Ia merasa sedang diuji. Atau mungkin... dia sedang diperhatikan?

Sementara itu, keadaan ibunya semakin memburuk. Alya berkali-kali harus pulang cepat dari toko karena ibunya mengalami mual hebat atau pingsan sebentar. Ia membawa ibunya ke puskesmas dengan dana yang pas-pasan. Dokter menyarankan perawatan lebih lanjut di rumah sakit, namun Alya hanya bisa mengangguk tanpa janji.

“Uangnya dari mana?” bisik hatinya. Ia tidak punya asuransi. Tidak punya tabungan. Tidak punya siapapun.

Hingga suatu malam, saat ia baru selesai bekerja dan berjalan pulang, hujan turun deras. Di tengah perjalanan, ban sepeda bocor. Alya menyeret sepedanya melewati jalan setapak gelap. Lututnya sakit, pakaiannya basah kuyup.

Lalu, sebuah mobil hitam berhenti tak jauh darinya. Jendela kaca turun perlahan, memperlihatkan wajah yang tak asing.

“Naiklah,” ucap Arsen.

Alya menatap pria itu dengan terkejut. “Pak? Anda…kenapa ada di sini?”

“Aku sering lewat jalan ini. Ini bukan tempat aman untuk jalan kaki malam-malam, apalagi hujan begini.”

Alya ragu. Tapi tubuhnya sudah menggigil dan ia terlalu lelah untuk berdebat. Ia menaikkan sepedanya ke bagasi mobil, lalu duduk di kursi penumpang.

Sepanjang perjalanan, tak ada yang banyak bicara. Arsen hanya sesekali melirik ke arahnya.

“Kamu kelihatan sangat kelelahan,” katanya akhirnya.

Alya menunduk. “Saya... hanya sedikit sibuk, Pak.”

“Lebih dari sedikit, sepertinya.”

Mobil berhenti di depan kosan. Alya menunduk sopan. “Terima kasih, Pak Arsen.”

Namun sebelum ia keluar, pria itu berbicara lagi.

“Kalau kamu butuh bantuan, jangan ragu bicara. Saya bukan hanya dosen.”

Alya menoleh. “Maksud Bapak?”

Arsen hanya menatapnya, lalu menjawab pelan. “Aku tahu kamu berjuang keras. Kadang, orang butuh peluang kedua untuk hidup lebih baik.”

Ucapan itu menggantung di udara, seperti teka-teki yang belum bisa Alya pahami.

Malam itu, ia sulit tidur. Bukan karena tubuhnya sakit. Tapi karena kata-kata Arsen terus terngiang.

Ia tak tahu apa maksud dari semua ini. Tapi satu hal pasti, hidupnya yang biasa-biasa saja, kini mulai terguncang perlahan.

Dan Arsen, dosen dingin tak tersentuh itu, tampaknya menyimpan sesuatu yang tak bisa ditebak.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Merisa storia
Ceritanya bagus, semangat Thor ;) ditunggu updetan nya
2025-06-11 07:11:47
0
39 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status