Kakak semuanya, dukung kisah ArAy dengan terus memberi komentar di tiap babnya, ya. Yang mau kasih gems, juga boleh, kasih ulasan dan bintang lima juga aku makin berterima kasih. Pokoknya jangan lupa komentar kalian, ya. :)
Arlo menatap Bams yang melirik Aksa, dia semakin yakin jika ada sesuatu yang terjadi, yang membuat pria itu mendendam pada mereka.Menyadari putranya mencurigai sesuatu, Aksa menarik napas panjang lalu mengembuskan perlahan. “Mungkin ini kesalahanku, tapi ini takkan aku lakukan jika dia tidak melukaimu.”Mendengar apa yang Aksa katakan, Arlo menegakkan badan. Dengan tatapan penuh rasa penasaran, Arlo bertanya, “Jadi, apa yang sudah Papa lakukan padanya?”Aksa lagi-lagi membuang napas kasar, dia diam sesaat lalu kembali menceritakan apa yang terjadi sembilan belas tahun lalu.“Saat itu ….”Di rumah sakit.Alina menangis menjadi-jadi saat melihat Arlo sudah berwajah sangat pucat, apalagi Arlo kehilangan banyak darah yang membuatnya sampai tak sadarkan diri.“Katakan padaku, dia akan baik-baik saja, ‘kan? Putraku akan baik-baik saja.” Alina meraung pilu melihat putranya sedang mendapat pertolongan dari dokter begitu tiba di UGD rumah sakit.Aksa memeluk erat tubuh Alina, matanya memerah,
Di mobil yang membawa Dito.Dito menoleh pada wanita yang duduk di sampingnya. Dia memperhatikan penampilan wanita yang tak lain Fiona, kening Dito berkerut dalam, kenapa wanita ini mau membantunya kabur.Duduk dengan tenang di samping Dito, Fiona menoleh pria tua itu dengan senyum tipis di wajahnya sebelum berkata, “Untung saja aku datang tepat waktu, kamu hampir saja tertangkap jika aku tidak berhenti.”Dengan kening berkerut semakin dalam, Dito menatap aneh pada Fiona lalu bertanya, “Siapa kamu?”Fiona tersenyum angkuh saat dia kembali menoleh pada Dito. “Aku adalah seseorang yang bisa membantumu.”Kedua alis Dito berkerut sampai bertautan, dengan tatapan bingung dia bertanya, “Apa maksudmu? Dan apa alasanmu mau menolongku tadi?”“Aku hanya mau membantumu, tentu saja untuk sama-sama menguntungkan. Aku tahu, apa yang kamu mau,” ucap Fiona dengan nada suara yang begitu meyakinkan.Mendengar apa yang dikatakan Fiona, Dito malah tersenyum mencibir. “Memangnya kamu tahu apa tentangku? J
Dito mematung dengan tatapan bingung, sampai dia kembali menoleh ke para pria yang mengejarnya, membuatnya panik dan dia kembali mendengar suara.“Cepat masuk!”Tanpa pikir panjang, Dito segera masuk ke dalam mobil mewah itu. Begitu pintu tertutup, mobil itu melaju dengan sangat cepat.Anak buah Theo dan anak buah Bams terlambat mengejarnya. Mereka kurang cepat dan hanya bisa melihat mobil yang membawa Dito melesat di jalanan raya sampai menghilang dari pandangan.“Siapa kalian, apa maksud kalian mengejarnya?” tanya anak buah Bams tak terima buruan mereka lepas.Memicingkan mata, anak buah Theo yang berkemeja hitam, lantas berkacak pinggang, sambil mengangkat dagu berkata, “Kalian sendiri? Kami tahu kalian sejak tadi mengawasinya, atau jangan-jangan kalian bodyguardnya? Kalau benar, kalian dalam masalah.”Anak buah Bams tertawa, lalu berkata, “Kalian yang menghalangi tugas kami.”Kalimat itu disalahartikan oleh anak buah Theo, geram karena sasaran mereka kabur, anak buah Theo bersiap
Di sebuah rumah kecil.Dito duduk di meja kecil dengan ponsel di tangannya. Satu sudut bibirnya tertarik ke atas, seringainya begitu menakutkan dengan tatapan begitu gelap.Dia baru saja menonaktifkan ponselnya setelah membalas pesan Ayudhia. Dia lalu meletakkan ponsel ke dalam saku mantel, lalu meneguk air di gelas sebelum berdiri dari duduknya.“Sayang sekali, gadis baik itu harus kujadikan tumbal karena bertahan di Radjasa, yang terpenting aku sudah memperingatkannya. Jika mau menyalahkan, salahkan keluarga Radjasa yang sudah membuatku menjadi seperti ini.”Setelah mengatakan itu, seringai jahat terbit di wajahnya.Dito melangkah dengan kaki pincangnya menuju pintu rumah. Mengawasi sekitar dan merasa kalau aman, dia keluar dari rumah, lalu segera mengunci kembali rumah yang hanya dia singgahi saat malam hari, lalu dia tinggalkan dari pagi hingga petang.Dito melangkah pelan menuju jalan raya yang tak jauh dari rumah tempatnya tinggal. Dia harus mulai menjalankan rencananya untuk ba
Di rumah Aksa.Aksa sedang duduk bersantai di samping rumah sambil menikmati teh bersama Alina.Saat mereka masih menikmati camilan buatan Alina, ponsel Aksa yang ada di atas meja berdering. Alina melihat nama Bams terpampang di layar, sehingga Alina segera mengambil ponsel itu dan memberikan pada Aksa.“Bams,” katanya sambil mengulurkan ponsel pada Aksa.Meletakkan cangkir yang ada di tangannya ke meja, Aksa lantas mengambil ponselnya dari tangan Alina.Aksa segera menjawab panggilan itu, begitu ponsel menyentuh telinganya, Aksa langsung mendengar Bams bicara.“Aku sudah mendapatkan informasi tentang pengemis itu.”Mendengar perkataan Bams, Aksa menoleh sekilas pada Alina, lalu membalas, “Jadi, bagaimana?”“Ternyata benar, pengemis yang beberapa kali terlihat di depan butik Alina, memang penculik Arlo.”“Aku juga sudah mendapatkan lokasi keberadaannya pagi ini.”Bola mata Aksa membulat lebar mendengar informasi yang Bams berikan. Rahangnya mengeras, lalu Aksa bicara. “Pantau pria itu
Keesokan harinya.Saat mata Ayudhia mulai terbuka perlahan, ditatapnya jendela kamarnya dengan sinar matahari yang mulai menelusup masuk melalui celah jendela.Ayudhia membalikkan tubuhnya ke arah Arlo. Dia menatap suaminya yang baru saja membuka mata.Melihat wajah lesu suaminya, Ayudhia bertanya, “Bagaimana perasaanmu pagi ini? Apa sudah sedikit membaik?” Memulas senyum di wajah kuyunya, Arlo mengangguk pelan. “Sudah lebih baik,” katanya, “terima kasih karena semalam sudah menjagaku.”Senyum penuh kelegaan terpampang di wajah Ayudhia, setelahnya dia membalas dengan nada candaan. “Itu tugasku sebagai istri, memastikan suamiku baik-baik saja.”Arlo menyentuhkan kening mereka, memejamkan mata sejenak dengan senyum merekah di bibirnya.“Ini sudah siang, sekarang bangun dan mandi, aku akan menyiapkan kebutuhanmu dulu.”Setelah mengatakan itu, Ayudhia memundurkan kepala untuk segera bangun, Arlo menahan tangannya yang membuatnya berhenti bergerak dan menatap bingung pada Arlo.Menatap wa