เข้าสู่ระบบBerlari terburu-buru meninggalkan dapur, sampai membuat para pelayan terkejut dengan tingkah Alina.Alina berlari mencari keberadaan suaminya yang ada di ruang keluarga sambil berteriak, “Sayang, El, lihat, lihat ini.”Mendengar suara teriakan Alina yang begitu lantang, Aksa dan Elvano sampai menoleh ke arah dapur.“Apa Mama baru saja menciptakan kue rasa baru, sampai berteriak-teriak begitu? Bukan gaya Mama sama sekali bertingkah barbar begitu,” gumam Elvano dengan tatapan heran.Sedangkan Aksa, dia langsung berdiri, teriakan tak biasa dari sang istri membuatnya menebak apa yang terjadi.Begitu Alina muncul di ruang keluarga, tatapannya langsung tertuju pada Aksa dengan senyum begitu lebar di wajahnya.“Mama kenapa teriak-teriak? Dapat resep baru yang rasanya luar biasa enak?” tanya Elvano sampai keheranan setelah melihat sang mama berlari-lari sambil memegang ponsel. Apalagi senyum mamanya kali ini begitu lebar, tidak tampak seperti wanita anggun sama sekali.“Lebih dari resep enak,
Arlo menceritakan soal kondisi Ayudhia pada Andreas, saat mertuanya itu datang lagi menemuinya dan Ayudhia.“Jika memang begitu, bukankah ada bagusnya juga? Kalian bisa tinggal lebih lama di sini, dan ….”Andreas menjeda ucapannya saat mengarahkan pandangan pada Ayudhia, lantas melanjutkan, “Kalian bisa sekalian liburan, istirahat sejenak di tengah kebun anggur.”Ayudhia menoleh sekilas ke Arlo sebelum kembali menatap ayahnya setelah mendengar apa yang dikatakan Andreas.“Kebun anggur?” tanyanya dengan tatapan penuh semangat.Andreas mengangguk pelan, lalu dia berkata, “Mansion milikku ada di tengah kebun anggur. Kalian bisa beristirahat di sana, dan biarkan aku memberi perhatian untuk kalian.”Arlo dan Ayudhia saling tatap. Melihat binar penuh semangat dari sorot mata Ayudhia, Arlo langsung bisa menebak apa yang Ayudhia inginkan.“Kami akan tinggal di sana jika Anda menginginkannya,” balas Arlo.Andreas begitu lega, akhirnya dia memiliki kesempatan memberikan perhatian yang tak perna
Andreas pergi ke kantor polisi setelah pengacaranya mengurus laporan penyerangan dan percobaan pembunuhan yang dilakukan Cassandra.Menunggu beberapa saat di ruang kunjungan, tatapan Andreas tertuju pada Cassandra yang baru saja dibawa masuk ke dalam sana.Rambut Cassandra acak-acakan, tatapannya dingin, dan kedua tangannya kini diborgol ke depan.Didudukkan di kursi yang berhadapan dengan Andreas, kini Cassandra menatap pada Andreas, sebelum dia menertawakan nasibnya.Andreas tetap berwajah dingin, dia diam melihat Cassandra tertawa.“Andai saja aku tahu wanita itu anakmu, sudah kuhabisi dia sejak sebelum menginjakkan kakinya di sini.”“Sebelum kamu menyentuh seujung helai rambutnya, aku yang akan membunuhmu lebih dahulu,” balas Andreas dengan nada tak kalah dingin.Cassandra tertawa semakin keras, entah apa yang sekarang sedang ditertawakannya. Nasibnya atau nasib putranya yang mati begitu saja.“Seharusnya kamu tetap di samping peti mati putramu, mengantarnya ke pemakaman terakhir,
Ketegangan di koridor rumah sakit akhirnya mereda, kedua anak buah Andreas sudah mendapatkan perawatan, sedangkan Ayudhia kembali ke kamarnya dan baru saja selesai diperiksa oleh dokter karena Ayudhia mengeluh perutnya kram.“Bagaimana, Dok?” tanya Arlo.Dokter menoleh pada Arlo, menatap kecemasan di wajah Arlo, dokter segera menjelaskan, “Tidak apa-apa, kemungkinan kramnya terjadi karena ketakutan yang baru saja dialami oleh Nona Ayudhia.”Arlo lega walau masih cemas.“Terima kasih, Dok,” balas Ayudhia.Saat dokter akan meninggalkan kamar, Andreas masuk dengan langkah tergesa-gesa karena panik setelah mendapat kabar soal kejadian di rumah sakit.“Ayudhia,” teriaknya memanggil panik.Ayudhia dan Arlo langsung menatap ke arah Andreas datang.Mata Andreas memerah, wajahnya sedikit pucat karena cemas, tetapi ada kelegaan di sorot matanya saat melihat Ayudhia tersenyum padanya.Dia pergi menemui pengacaranya untuk mengurus perceraiannya dengan Cassandra, tetapi siapa sangka dia malah menda
Arlo baru saja kembali dari konsultasi ke dokter soal Ayudhia apakah bisa naik pesawat atau tidak di kondisinya saat ini.Saat dia keluar dari lift untuk menuju kamar istrinya, Ayudhia terkejut melihat security yang sedang berkomunikasi dengan petugas hukum dari ponsel.“Ada apa ini?” tanya Arlo pada security yang baru saja mengakhiri panggilan.“Sebaiknya Anda menjauh dari sini, Tuan. Ada penyerangan di depan, dua orang terluka dan empat lainnya menjadi sandera. Termasuk tenaga medis, pihak polisi sedang menuju ke sini.”Bola mata Arlo membulat sempurna, ketika tatapannya tertuju ke depan, nama sang istri langsung terlintas di kepala.Tanpa menunggu waktu, Arlo mengayunkan langkah untuk mendekat, tetapi security langsung mencegahnya.“Ini sangat berbahaya!” cegah security.“Istri saya di sana, dia sedang hamil!” bentak Arlo penuh emosi.Mengambil paksa tongkat dari pinggang security, Arlo berlari cepat menuju kamar istrinya.Setibanya di koridor, Arlo melihat dua pengawal Andreas ter
William menatap penuh arti begitu mendengar ucapan Ayudhia. Kalimat Ayudhia memang aneh, bagaimana bisa wanita ini memiliki ide untuk menjadi cucunya?William tersenyum masamm, mungkin Ayudhia ingin hartanya sehingga minta diangkat menjadi cucu? Tetapi, mengingat kemarin yang Ayudhia mengira kalau dia kekurangan biaya, wanita ini pasti tidak tahu kalau William adalah orang terkaya di kota ini.Masih sambil menatap Ayudhia yang tersenyum dengan tatapan penuh harap, tiba-tiba William teringat sesuatu.Tatapan teduh Ayudhia, mirip tatapan mendiang istrinya.“Kamu ….” Saat akan baru saja bicara, William terkejut mendengar suara gaduh di luar kamar.Begitu juga dengan Ayudhia yang langsung menoleh ke arah pintu. Dari luar sana, terdengar suara teriakan dan bentakkan yang begitu lantang, setelah sebelumnya terdengar suara tembakan.Ayudhia sangat syok, dia menoleh pada William yang terkejut.“Tuan, bersembunyilah dulu. Biar saya lihat, ada apa di luar sana,” ucap Ayudhia. Wajahnya begitu pa







