Home / Romansa / Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim / Bab 41 – Libur yang Panjang

Share

Bab 41 – Libur yang Panjang

Author: Iris Nyx
last update Last Updated: 2025-04-19 02:00:12

Libur semester akhirnya tiba. Dua bulan penuh tanpa kelas, tanpa tugas, tanpa harus bertemu dengan para mahasiswa yang suka bergosip. Seharusnya ini waktu yang menyenangkan. Tapi bagi Rhea, liburan ini justru terasa... membosankan.

Sudah seminggu berlalu, dan dia tidak melakukan apa-apa selain berdiam diri di apartemen. Scroll media sosial, nonton film, tidur, dan mengulang siklus yang sama setiap hari.

"Bisa gila kalau terus-terusan kayak gini," gumam Rhea sambil melempar ponselnya ke sofa.

Michael tidak selalu ada. Kadang dia di apartemen, kadang pergi mengurus bisnis barunya di bidang fashion. Meski begitu, Rhea tidak ingin mengganggu. Dia paham betul Michael sedang sibuk membangun brand-nya. Tapi... tetap saja, sepi.

Baru saja dia hendak beranjak ke dapur, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Kyle muncul di layar.

 Kyle: Rheaaaa, lihat ini!

Sebuah foto menyusul — Kyle dan Denny berpose di pantai dengan latar belakang

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 42 – Malam Bertabur Bintang

    Malam itu, acara fashion internasional di Raja Ampat berlangsung dengan begitu meriah. Lampu-lampu berkilauan di tengah panggung yang megah, menyinari para model yang berlenggak-lenggok dengan busana rancangan desainer terkenal. Musik mengalun lembut, bercampur dengan tawa dan obrolan para tamu undangan dari berbagai negara. Rhea berdiri di salah satu sudut, mengenakan gaun hitam elegan yang dirias oleh tangan Michael sendiri. Wajahnya terlihat bersinar dengan sentuhan makeup lembut, membuat siapa pun yang lewat tak bisa menahan diri untuk menoleh.Namun, bukan perhatian orang lain yang menarik bagi Michael. Sejak awal, matanya hanya tertuju pada satu sosok — Rhea. Istrinya yang cantik, yang awalnya hanya menjadi bagian dari pernikahan kontrak, kini perlahan-lahan mengisi setiap sudut pikirannya.“Bersulang lagi?” Rhea tersenyum, mengangkat gelasnya yang sudah hampir kosong. Ini entah yang keberapa. Michael mengangkat alis.“Sudah cukup, Rh

    Last Updated : 2025-04-20
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 43 – Angin Laut yang Menenangkan

    Rhea duduk di tepi pantai dengan tenang, membiarkan pasir putih yang hangat menyentuh telapak kakinya. Angin laut bertiup lembut, membawa aroma asin yang menenangkan. Suara deburan ombak berirama seperti lagu pengantar tidur yang lembut.Di sampingnya, Michael tertidur pulas di atas tikar piknik dengan posisi terlentang. Topi jerami menutupi sebagian wajahnya, sementara tangan kanannya tergeletak santai di samping tubuh.Rhea menoleh dan tersenyum kecil. Michael benar-benar terlihat damai. Wajahnya yang biasanya tegas dan jenaka kini tampak begitu lembut, seperti seseorang tanpa beban.Rhea kembali memandang laut. Rasanya masih seperti mimpi. Hubungan mereka berubah begitu cepat dalam hitungan hari. Dari sebuah pernikahan kontrak yang dingin, menjadi sesuatu yang... hangat.Ponsel Rhea bergetar di sebelahnya, mengganggu lamunannya. Ia mengambilnya dan melihat nama Kyle muncul di layar.Kyle: “Hei, Nona Sibuk! Gimana liburanmu? Udah seminggu n

    Last Updated : 2025-04-21
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 44 – Sedikit Ketegangan

    Matahari pagi mulai menyingsing di ufuk timur, memancarkan cahaya oranye keemasan yang membias di atas laut Raja Ampat. Burung camar terbang rendah, menyisakan jejak bayangan di atas air yang tenang.Rhea menatap ke luar jendela penginapan dengan ekspresi kosong. Secangkir kopi yang mulai dingin masih tergenggam di tangannya. Hari ini adalah hari terakhir mereka di Raja Ampat. Entah kenapa, ada perasaan enggan di dadanya.“Rhea, kamu udah siap?”Suara Michael membuyarkan lamunannya.Rhea menoleh. Michael sudah berdiri di dekat koper dengan pakaian kasual — kemeja putih tipis dan celana linen krem yang membuatnya terlihat santai tapi tetap elegan.“Belum,” jawab Rhea malas.Michael mendekat, menatap wajah istrinya dengan alis terangkat. “Kamu kelihatan... sedih.”“Enggak,” Rhea menggeleng, lalu menyeruput kopi yang sudah dingin. “Cuma... sayang aja liburannya cepat banget.”

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 45 – Angin Perubahan

    Suara gemericik hujan yang membentur kaca jendela apartemen terasa menenangkan. Aroma kopi yang baru saja Michael seduh menguar lembut di udara. Beberapa hari setelah mereka kembali dari Raja Ampat, kehidupan mulai kembali ke ritme biasanya.Rhea sedang duduk di sofa ruang tamu dengan laptop di pangkuannya, mengetik dengan serius. Pembagian dosen pembimbing skripsi sudah di umumkan dan ia mempersiapkan judul dan data lain untuk di tunjukkan ke dosen pembimbing nantinya jika sudah memasuki masa kuliah. Kegiatan yang monoton membuatnya jarang beranjak dari tempat itu. Sementara itu, Michael duduk di meja dapur, membalas beberapa email yang masuk sejak pagi. Suasana hangat itu terasa damai.“Kamu nggak capek ngetik terus?” Michael menoleh dari kursinya, membawa dua cangkir kopi ke arah Rhea.Rhea menyandarkan tubuhnya, meraih cangkir yang disodorkan Michael. “Capek. Tapi aku ingin lekas selesai dan bisa menghabiskan sisa liburan semester dengan te

    Last Updated : 2025-04-23
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 46 – Keputusan yang Dinanti

    Pagi itu, Michael duduk di meja kerjanya dengan wajah serius. Laptop di depannya menyala, menampilkan panggilan video dengan latar kantor megah di Paris. Pihak perusahaan yang menawarkan posisi tersebut sedang menunggu jawabannya.Rhea berdiri di dapur, membuat secangkir kopi sambil sesekali mencuri pandang ke arah Michael. Perasaan cemas bercampur harap berkecamuk dalam dadanya. Ia tahu betapa pentingnya pekerjaan ini bagi Michael, tapi ia juga tidak bisa membohongi diri bahwa ia ingin suaminya tetap di sampingnya.Michael menarik napas panjang sebelum mulai bicara.“Bonjour, Monsieur Laurent,” sapanya dengan nada sopan.“Bonjour, Michael,” jawab pria berkemeja rapi di seberang layar. “Jadi, sudah ada keputusan?”Michael mengangguk pelan. “Sebelum saya menyampaikan jawaban, saya ingin bertanya satu hal.”Laurent menaikkan alis. “Tentu saja. Apa yang ingin Anda ketahui?&rd

    Last Updated : 2025-04-24
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 47 – Separuh Nyawa Kyle

    Langit Surabaya hari itu cerah, tapi tidak dengan wajah Kyle yang terlihat seperti habis begadang semalaman. Perpustakaan kampus yang biasanya hening dipenuhi desahan frustasi para pejuang skripsi. Di salah satu sudutnya, Rhea tengah duduk dengan serius menatap laptop. Jari-jarinya lincah mengetik, sesekali matanya bergerak ke arah tumpukan buku referensi di sampingnya.“Rhea,” suara Kyle berat, disusul dengan tubuhnya yang hampir ambruk di kursi seberang Rhea. “Kenapa skripsi itu terdengar seperti makhluk halus yang mau menghantuiku tiap malam, ya?”Rhea menahan tawa. Ia menutup laptopnya sebentar dan menatap sahabatnya itu. “Makhluk halus? Kamu tuh lebay, Kyle. Baru juga bab satu.”“Baru? BARU? Rhea, aku udah ngerjain revisi bab satu ini sampai lima versi, tahu nggak?” Kyle mengangkat satu bundel print out yang sudah penuh coretan merah dari dosennya. “Aku yakin dosen pembimbingku itu punya trauma pribadi s

    Last Updated : 2025-04-25
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 48 – Menunggu Sidang

    Hari-hari terasa melambat, namun waktu tetap saja berjalan tanpa ampun. Rasanya baru kemarin Rhea memulai skripsinya dengan gugup dan sejuta pertanyaan, dan sekarang—hampir setengah tahun telah berlalu, skripsinya sudah rampung, dan ia hanya tinggal menunggu hari sidangnya.Namun, justru masa tunggu inilah yang membuatnya lebih gelisah.Di apartemen yang sepi, hanya bunyi kipas angin dan detik jam dinding yang menemani pikirannya. Sesekali ia mengecek ponselnya, melihat foto Michael yang jadi wallpaper. Senyuman lembut itu… kini hanya bisa ia lihat dari layar.Michael memang selalu berusaha menghiburnya walau mereka terpisah jarak jauh. Sejak pindah ke Paris untuk proyek fashion-nya, komunikasi mereka bergantung pada waktu yang acap kali tak bersahabat. Saat Rhea terjaga, Michael tertidur. Saat Rhea bersiap tidur, Michael baru memulai harinya.Namun tak pernah sekalipun Michael lupa mengirim pesan, meski hanya satu kalimat, “Good luck h

    Last Updated : 2025-04-26
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 49 – Makan Malam di Rumah Papa Mama

    Sore itu, langit terlihat cerah seolah turut merayakan kebebasan hati Rhea. Ia duduk di dalam taksi yang melaju pelan menuju rumah mertuanya di daerah pinggiran kota. Di pangkuannya, sebuah kotak kecil berisi kue favorit Mama mertuanya—kue red velvet yang biasa mereka nikmati di akhir pekan saat Rhea mengunjungi rumah mertuanya tersebut.Hari itu Rhea mengenakan blouse putih sederhana dipadukan dengan rok lilit warna pastel. Rambutnya dikuncir setengah, memberikan kesan rapi namun tetap santai. Wajahnya masih bersinar bahagia, sisa-sisa senyuman sejak pengumuman kelulusannya dari sidang skripsi dua hari yang lalu belum sepenuhnya hilang.Michael, walaupun jauh di Paris, menjadi orang pertama yang tahu kabar kelulusannya. Ia menelepon Rhea malam itu juga, dan suara bangganya masih terngiang di telinga Rhea.Taksi berhenti di depan pagar besi rumah bergaya minimalis yang dikelilingi tanaman-tanaman hias kesayangan Mama mertuanya. Rhea turun, membayar taksi,

    Last Updated : 2025-04-27

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 59 – Cahaya di Balik Aurora

    Pagi itu, Rhea berdiri di depan cermin apartemennya sambil merapikan blazer berwarna nude yang membingkai kemeja putih gadingnya. Rambutnya ia ikat rapi ke belakang, makeup tipis menonjolkan pancaran mata penuh semangatnya. Hari ini adalah hari penting. Hari di mana ia akan mempresentasikan konsep branding untuk koleksi terbaru Bellezza, Aurora.“Aku bisa,” bisiknya pelan, lalu mengambil tas kerja dan bergegas menuju kantor.Setiba di Bellezza Fashion Group, suasana kantor sudah mulai ramai. Beberapa tim dari bagian desain dan marketing lalu-lalang dengan kertas moodboard dan laptop di tangan. Rhea menarik napas dalam-dalam sebelum masuk ke ruang rapat.Di dalam ruangan, beberapa kolega sudah duduk. Clara dari tim Digital Marketing, Reza dari Social Media, dan Olivia dari Tim Desain. Kepala Divisi Branding, Ibu Nindya, duduk di ujung meja dengan ekspresi tenang dan laptop terbuka.“Selamat pagi semuanya,” sapa Rhe

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 58 – Awal Baru

    Pagi itu, Rhea terbangun lebih awal dari biasanya. Sinar matahari pagi menyelinap melalui celah tirai kamarnya, menciptakan pola cahaya yang menari di dinding. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai Junior Brand Strategist di Bellezza Fashion Group.​Dia berdiri di depan lemari, menatap deretan pakaian yang tergantung rapi. Setelah beberapa menit mempertimbangkan, dia memilih blouse putih sederhana yang dipadukan dengan blazer biru dongker dan celana panjang hitam. Penampilannya mencerminkan profesionalisme namun tetap modis, sesuai dengan industri tempatnya akan bekerja.​Sebelum berangkat, Rhea menerima panggilan video dari Michael."Good morning, Mrs. Ataria," sapa Michael dengan senyum hangat dari layar ponselnya."Good morning, Mr. Gunawan," balas Rhea sambil tersenyum. "Hari pertamaku hari ini.""Aku tahu. Kamu akan luar biasa. Ingat, percaya diri dan jadilah dirimu sendiri.""Terima kasih,

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 57 – Dunia yang Baru

    Mentari baru saja merangkak naik di ufuk timur saat Rhea sudah berdiri di depan cermin.Hari ini adalah hari besar.Ia mengenakan blouse putih bersih dengan potongan sederhana namun elegan, dipadukan dengan celana panjang high-waist berwarna krem muda. Rambutnya dikuncir rapi, make-up natural menghiasi wajahnya, mempertegas kesan dewasa dan profesional."Hari ini aku siap," katanya, menguatkan diri di depan bayangannya.Ia mengambil tas kerja hitam kecil berisi dokumen lamaran, lalu melangkah keluar apartemen.Perjalanan menuju gedung perusahaan multinasional itu terasa begitu panjang, meski sebenarnya hanya butuh waktu tiga puluh menit dari apartemennya.Sepanjang jalan, jantung Rhea berdebar keras.Tangannya berkeringat dingin, meski AC mobil sudah cukup sejuk."Aku sudah latihan. Aku bisa," gumamnya berulang-ulang seperti mantra.Saat mobil yang ia tumpangi berhenti di depan gedung tinggi menjulang dengan kaca-kaca besar

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 56 – Pertemuan yang Tak Disangka

    Pagi itu, langit Surabaya cerah dengan sapuan awan tipis yang berarak malas.Rhea berdiri di depan cermin apartemen, memastikan gaun pastel sederhana yang dikenakannya tampak rapi. Ia mengambil undangan kecil berwarna krem yang telah dikirimkan beberapa hari lalu."30th Wedding Anniversary of Mr. & Mrs. Adrian Gunawan."Ia menarik napas panjang. Ini pertama kalinya ia menghadiri acara besar keluarga Michael sendirian.Mobil online yang ia tumpangi melaju mulus menuju kawasan elite Surabaya Barat.Sesampainya di gerbang rumah keluarga Gunawan, Rhea terpesona. Taman di depan rumah dipenuhi rangkaian bunga putih dan peach, membentuk lorong kecil menuju aula kaca di halaman belakang.Suara musik klasik mengalun pelan, tamu-tamu dengan busana formal bercengkerama sambil membawa gelas-gelas kristal berisi sparkling juice."Rhea!" seru suara hangat. Mama mertuanya—Emily Gunawan—berjalan cepat menghampirinya. Gaun biru navy

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 55 – Pertemuan yang Tak Disangka

    Langit Surabaya siang itu sedikit mendung, seolah ikut merasakan beratnya hati Rhea.Baru satu jam yang lalu, ia berdiri di balik dinding kaca besar bandara, melihat pesawat yang membawa Michael perlahan menghilang ke balik awan. Perpisahan yang walau sudah dipersiapkan dengan hati-hati, tetap saja menyesakkan dada.Dengan langkah ringan tapi hati berat, Rhea menyusuri jalanan kota, tidak ingin langsung pulang ke apartemen yang akan terasa terlalu kosong.Tanpa banyak berpikir, ia meminta sopir taksi online untuk mengarah ke sebuah kafe kecil di sudut kota—tempat yang dulu sering ia datangi bersama Kyle saat butuh tempat menenangkan pikiran.Kafe itu masih sama.Wangi kopi memenuhi udara, bercampur dengan suara gitar akustik yang samar.Rhea memilih duduk di pojok, dekat jendela. Ia memesan cappuccino hangat dan croissant cokelat. Ingin mengisi kekosongan itu dengan sesuatu yang sederhana.Sambil menunggu pesanannya datang, Rhea men

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 54 – Tawaran yang Menggoda

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap malu-malu melalui tirai apartemen. Rhea duduk di sofa, mengenakan sweater longgar dan celana pendek santai, sementara Michael sibuk di dapur menyiapkan sarapan sederhana—roti panggang dan telur dadar."Aromanya enak," puji Rhea sambil tersenyum lebar.Michael menoleh, mengedipkan mata genit. "Tentu. Chef suamimu ini sangat berbakat."Rhea terkikik. "Chef dadakan."Mereka sarapan dengan obrolan ringan. Namun suasana sedikit berbeda. Ada aroma kegelisahan samar di udara—karena hari itu, tersisa hanya dua hari sebelum Michael harus kembali ke Paris.Saat Rhea sedang menyeruput kopinya, Michael meletakkan garpu di piring dan menatapnya serius."Rhea," panggilnya lembut."Hmm?"Michael menghela napas kecil. "Aku udah pikirin ini beberapa hari... Aku pengen kamu ikut ke Paris. Untuk liburan, sekalian jalan-jalan sebelum kamu beneran masuk dunia kerja."Rhea terkejut, matanya memb

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 53 – Hari di Taman Hiburan

    Pagi itu, suasana apartemen dipenuhi aroma harum kopi dan roti panggang. Rhea mengenakan hoodie putih kebesaran milik Michael, sementara Michael sendiri sibuk merapikan rambutnya di depan kaca.“Hari ini cuacanya bagus banget, sayang,” kata Michael sambil mengintip ke luar jendela. “Gimana kalau kita pergi ke taman hiburan?”Rhea yang masih duduk bersila di sofa, mengunyah roti pelan, mengangkat alis. “Taman hiburan? Sekarang? Kita bukan remaja lagi, tahu.”Michael tertawa. “Justru itu. Sekarang kita bisa menikmati semuanya tanpa harus pura-pura sok dewasa.”Rhea menggeleng, tapi senyum tak bisa disembunyikan dari bibirnya. Ada sesuatu yang menghangat di hatinya—kebebasan, keceriaan, dan kehadiran Michael yang selama ini hanya bisa dirindukan lewat layar ponsel.“Oke,” katanya akhirnya. “Tapi aku nggak mau naik wahana yang bikin muntah.”“Deal,” sahut M

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 52 – Pagi yang Baru

    Sinar matahari menari lembut lewat celah gorden kamar, mengusik mata Rhea yang masih terasa berat. Ia membuka matanya perlahan, membiarkan cahaya pagi menyentuh wajahnya. Udara kamar masih terasa hangat, aroma maskulin yang khas Michael memenuhi udara, membuatnya menghembuskan napas pelan.Rhea menggeliat sedikit, lalu mengalihkan pandangan ke sisi tempat tidur.Di sana, Michael masih tertidur. Dada pria itu naik turun perlahan, wajahnya tampak lebih damai dari biasanya. Rambutnya yang kini sudah lebih pendek terlihat rapi, helai-helainya mengikuti bentuk kepalanya dengan teratur. Entah kenapa, potongan rambut baru itu membuat Michael terlihat... berbeda. Lebih dewasa. Lebih berwibawa.Namun tetap, itu adalah Michael-nya.Dengan hati-hati, Rhea mengulurkan tangan dan mengelus rambut Michael. Lembut, penuh sayang. Ia mengusapnya sekali, dua kali... dan akhirnya senyum terbit dari bibirnya."Kamu potong rambut diam-diam, ya...," bisiknya pelan.

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 51 – Waktu yang Terbatas

    Pagi itu Rhea membuka email dari kampus dengan jantung yang berdegup kencang. Setelah lama menanti, akhirnya jadwal wisuda telah diumumkan. Ia mengusap layar ponselnya, matanya menyusuri setiap kata hingga berhenti di baris yang membuatnya menahan napas:"Upacara Wisuda Sarjana – Sabtu, 25 Mei – Auditorium Utama"“Seminggu lagi…” gumam Rhea dengan suara pelan, hampir seperti bisikan kepada dirinya sendiri.Tangannya refleks meraih ponsel, membuka chat Michael yang terakhir. Ia mengetik:Rhea: Sayang, jadwal wisuda udah keluar. Sabtu depan. Aku deg-degan tapi seneng juga. Kamu jadi pulang, kan?Pesan itu terkirim, namun belum dibaca. Rhea menarik napas dalam, berusaha mengusir keraguan. Ia tahu Michael sibuk. Ia tahu Paris dan Jakarta punya selisih waktu. Tapi tetap saja, jantungnya terasa kosong menunggu balasan yang entah kapan datang.Hari bergulir lambat. Rhea menghabiskan siang itu dengan mempersia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status