“Kamu akan menikah.” Hening. Dunia Rhea berhenti berputar. Ia merupakan tipe mahasiswa yang lurus-lurus aja. Tugasnya hanya pergi ke kampus, belajar di perpustakaan, mengerjakan tugas dan ujian, kemudian pulang dengan tenang dan di rumah lanjut belajar lagi, makan lalu tidur. Kehidupan Rhea berputar seperti itu setiap harinya. Namun, sosok Michael terlalu terlihat bahkan oleh seonggok manusia sekaku papan seperti Rhea ini. Michael Gunawan? Dosen fashion yang terkenal karena gaya pakaiannya yang unik? Dosen yang sering jadi bahan gosip karena penampilannya yang terlalu cantik untuk seorang pria? Dosen yang—konon katanya—lebih suka laki-laki dari pada perempuan?! Michael menggoda Rhea dengan sikap santainya, mengatakan, “Jadi, kita bakal menikah? Kayaknya aku lebih cantik dari kamu, deh.” Rhea, gadis yang hidupnya monoton harus menikah dengan lelaki flamboyan, metrosexual memiliki rumor yang sudah tersebar ke seluruh universitas. Akankah kehidupan pernikahan Rhea berjalan lancar atau selesai seperti kontrak yang mereka tanda tangani. Have a Nice day, semoga kalian menikmati bacaan ringan yang aku suguhkan.
Lihat lebih banyakHidup Rhea sejauh ini selalu terencana. Bangun pagi, kuliah, belajar, dan menghindari drama kehidupan yang menurutnya hanya buang-buang waktu. Ia bukan tipe yang suka basa-basi, apalagi buang waktu untuk urusan cinta.
Tapi rencana itu berubah total saat neneknya mengumumkan sesuatu yang bikin kepalanya nyut-nyutan.
“Kamu akan menikah.”
Hening.
Rhea yang tadinya sibuk mengunyah pisang goreng nyaris tersedak. “Hah?”
“Kamu sudah dewasa, Nak. Kakekmu sebelum meninggal sudah merancang ini sejak lama dengan temannya.”
Rhea terdiam, otaknya berusaha memproses informasi ini. “Jangan bilang temannya itu juga sudah punya cucu… dan aku dijodohkan dengannya?”
Neneknya tersenyum, seakan kabar ini bukan sesuatu yang gila. “Tepat sekali.”
Rhea menatap wanita tua itu seakan-akan beliau baru saja bilang kalau bulan itu terbuat dari keju. Ia juga yakin sudah rajin membersihkan telinganya. Namun perkataan neneknya sungguh di luar akal manusia di jaman modern ini.
“Dan dia… siapa?” tanyanya dengan nada waspada.
“Kamu pasti mengenalnya. Michael Gunawan, kalau tidak salah dia dosen fashion di kampusmu.”
Dunia Rhea berhenti berputar. Ia merupakan tipe mahasiswa yang lurus-lurus aja. Tugasnya hanya pergi ke kampus, belajar di perpustakaan, mengerjakan tugas dan ujian, kemudian pulang dengan tenang dan di rumah lanjut belajar lagi, makan lalu tidur. Kehidupan Rhea berputar seperti itu setiap harinya. Namun, sosok Michael terlalu terlihat bahkan oleh seonggok manusia sekaku papan seperti Rhea ini.
Michael Gunawan?
Dosen fashion yang terkenal karena gaya pakaiannya yang unik? Dosen yang sering jadi bahan gosip karena penampilannya yang terlalu cantik untuk seorang pria?
Dosen yang—konon katanya—lebih suka laki-laki dari pada perempuan?!
Tentu saja Rhea tidak mengungkapkan rumor ini ke neneknya. Bisa pingsan nanti, malah repot.
“Nenek yakin cucunya Michael Gunawan? Nggak ada lagi? Dia kan sudah tua nek, apalagi dosen di kampusku.” tanya Rhea memastikan siapa tahu neneknya salah mengingat orang.
“Nenek yakin dia orangnya,” kata nenek dengan mantap.
Rhea hampir pingsan dibuatnya. “Nek, nenek nggak lagi demam kan? Atau sekarang aku lagi mimpi?” Rhea menepuk-nepuk pipinya dengan sedikit keras hingga pipinya terasa nyut-nyutan.
“Sudah sadar sekarang?” kata neneknya dengan santai seolah obrolan ini seputar mau di masakin apa malam ini.
Rhea masih bengong, kemudian menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tahun berapa ini Ya Tuhan. Aku bahkan belum lulus sudah harus menikah.”
“Pihak keluarga Gunawan tidak keberatan jika sesudah menikah kamu mau bekerja. Lagipula, kuliah kan tidak seperti sekolah biasa. Mahasiswa dan mahasiswi yang sudah menikah bebas melanjutkan kuliahnya hingga selesai.” Nenek Rhea masih berbicara dengan santai sambil meminum tehnya.
Rhea diam saja mendengar perkataan neneknya. Memang benar jika mahasiswa dan mahasiswi yang mau menikah diperbolehkan oleh pihak kampus beda dengan jaman sekolah SD, SMP, maupun SMA yang tidak diperbolehkan menikah sebelum lulus.
“Coba kamu temui dulu si Michael. Jika ia menolak untuk di jodohkan, kita bisa membatalkannya.” Nenek Rhea berusaha menenangkan dengan mengusap-usap punggung tangan cucunya.
“Kenapa keputusan penolakan ada di tangan Michael? Apa pendapatku tidak penting?” Kata Rhea dengan menahan gejolak emosi yang memenuhi seluruh hatinya.
“Kita tidak bisa berbuat apa-apa, Rhea. Dulu mendiang kakekmu sering di bantu oleh keluarga Gunawan. Jadi, kita hanya menjalankan amanat. Lagi pula nenek sudah semakin tua. Nenek takut sewaktu-waktu meninggalkanmu sendirian tanpa penjaga,” kata nenek Rhea sambil menunduk. “Tapi, jika kau menikah nenek jadi semakin tenang menjalani masa tua nenek.”
Rhea memandang neneknya dengan getir. “Nenek masih sangat muda dan cantik. Nenek masih bisa touring keliling Indonesia.”
Nenek Rhea semasa muda memang memiliki hobi touring dengan kakek dan komunitasnya. Jika saja kakeknya masih hidup mungkin hobi mereka akan tetap berjalan hingga saat ini.
“Banyak yang masih muda dan cantik namun di panggil duluan oleh Tuhan, Rhea.” Kata Nenek sambil mengelus pipi cucunya.
“Baiklah, aku akan menemuinya. Semoga ia setuju untuk membatalkan perjodohan Siti Nurbaya ini.” Kata Rhea dengan wajah yang cemberut.
Rhea kemudian ijin pulang ke apartemennya. Semenjak kuliah, Rhea memang menyewa apartemen di dekat kampusnya untuk menghemat ongkos. Sementara neneknya ditemani seorang pembantu. Nenek Rhea masih bugar, namun pembantu juga sebagai teman ngobrol neneknya agar tidak bosan sendirian di rumah ketika Rhea kuliah.
Rhea menyesap es kopi di hadapannya, mencoba mencerna kenyataan yang baru saja menampar hidupnya begitu saja. Di depannya, Michael tetap tenang, nyaris terlalu santai untuk seseorang yang baru saja setuju menikah dengan seseorang yang bahkan bukan pacarnya.
Michael menggoda Rhea dengan sikap santainya, mengatakan, “Jadi, kita bakal menikah? Kayaknya aku lebih cantik dari kamu, deh.”
“Hmm… Pak?” kata Rhea bingung harus bagaimana ia memanggilnya.
“Miki,” kata Michael yang duduk sambil tersenyum di depannya.
Posisi duduk Rhea sangat bertolak belakang dengan Michael. Rhea duduk dengan rikuh, ia menggunakan kemeja biru polos, celana kain hitam, rambut di ikat biasa dan tidak lupa kacamata. Bahkan ia hanya menggunakan bedak tabur biasa dan lip balm. Sebaliknya, Michael datang dengan menggunakan baju yang amat stylish. Blazer pink, kaos dan celana putih, sepatu kets, rambut panjang sepunggung yang dibiarkan tidak terikat, kalung silver yang menjuntai panjang dan terakhir anting kecil di telinga kirinya. Sungguh mencolok.
"Ah iya, Miki. Saya perlu tahu satu hal," kata Rhea, meletakkan gelasnya. Walau mereka akan menikah, namun kenyataan Michael yang seorang dosen di kampusnya tidak bisa di hapuskan. Maka dari itu, Rhea masih sadar diri dan menggunakan Bahasa formal.
Michael mengangkat alis. "Apa itu?"
"Anda benar-benar tidak keberatan dengan pernikahan ini?"
Michael mengangkat bahu. "Kenapa aku harus keberatan?"
Rhea mendesah. "Mungkin karena saya orang asing? Atau karena ini pernikahan yang diatur keluarga kita?"
Michael tersenyum tipis, ekspresinya sulit ditebak. "Aku sudah terbiasa dengan ekspektasi keluarga. Lagipula, kau bukan orang asing bagiku."
Rhea menyipitkan mata. "Apa maksud anda?"
Michael meletakkan cangkirnya, menatapnya dengan tatapan yang entah kenapa terasa familier. "Keluarga kita kenal jadi secara nggak langsung kita bukan orang asing banget."
Rhea mengerutkan kening. "Anda serius?"
Michael mengangguk, tapi tidak berkata lebih jauh. Rhea tidak yakin apakah pria itu sedang bermain misterius atau benar-benar tidak ingin membahasnya lebih lanjut.
"Baiklah, kalau begitu," kata Rhea akhirnya. "Kapan kita akan memberi tahu keluarga?"
Michael tersenyum miring. "Kau ingin segera mengumumkannya?"
"Semakin cepat, semakin baik."
"Baiklah," katanya santai. "Mungkin kita bisa mengaturnya dalam beberapa hari ke depan."
Rhea mengangguk. "Kalau begitu, mari kita buat kontraknya."
Michael tertawa pelan, nadanya penuh hiburan. "Kau benar-benar serius dengan kontrak ini?"
"Tentu saja. Kita juga harus merahasiakan pernikahan waktu di kampus."
Michael menatapnya lama, lalu tersenyum. "Baiklah. Aku akan mengikuti aturanmu... untuk sekarang."
Rhea tidak menyukai cara pria itu mengatakannya. Ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuatnya merasa seolah-olah ia baru saja membuat kesepakatan dengan iblis dalam balutan kemeja desainer.
"Rhea, kau gila!"
Rhea menahan telinga dari suara nyaring sahabatnya, Kyle, yang hampir membuatnya tuli. Kyle sering sekali main ke apartemen Rhea. Bahkan kadang numpang makan. Padahal di apatemennya sendiri banyak bahan makanan kiriman dari orang tuanya. Alhasil bahan-bahan itu di alihkan ke apartemen Rhea dari pada mubazir.
"Kenapa kau harus setuju dengan pernikahan ini?" lanjut Kyle, matanya melebar seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Karena kalau aku menolak, aku harus berhadapan dengan nenekku," jawab Rhea santai sambil memainkan ujung pensilnya.
Kyle menggeleng cepat. "Demi Tuhan, Rhea! Kau tahu rumor tentang Dosen Michael, kan?”
Rhea mengangkat bahu. "Itu hanya rumor, Kyle"
"Tapi—"
"Dan lagi," potong Rhea, "pernikahan ini hanya di atas kertas. Tidak ada yang berubah dalam hidupku."
Kyle menatapnya lama, lalu menghela napas panjang. "Kasihan sekali Rhea ku. Baiklah, aku menyerah. Tapi kalau dia melakukan sesuatu yang aneh, aku akan datang untuk menyelamatkanmu."
Rhea tersenyum tipis. "Terima kasih, pahlawan superku."
Kyle hanya mendengus, tapi ia tetap terlihat cemas.
Rhea duduk di meja makan, menatap wajah neneknya yang berseri-seri. Michael duduk di sebelahnya, tetap tenang seperti biasa.
"Jadi, kalian benar-benar setuju menikah?" tanya nenek Rhea dengan mata berbinar.
"Ya, Nek," kata Rhea, mencoba terdengar antusias.
Michael tersenyum lembut. "Kami sudah mendiskusikannya dan merasa ini adalah keputusan yang tepat."
Nenek Rhea menepuk tangannya dengan bahagia. "Oh, kakekmu pasti sangat senang di surga!"
Rhea tersenyum kecil, tapi dalam hatinya ia merasa sedikit bersalah karena menjalani pernikahan ini dengan cara yang begitu dingin dan terencana.
"Kalau begitu," kata neneknya, "kita akan segera mengatur pernikahannya!"
Rhea nyaris tersedak. "Apa?"
Michael juga terlihat sedikit terkejut. "Kami pikir kami akan punya waktu untuk mempersiapkannya."
"Tidak perlu lama-lama," kata neneknya bersemangat. "Kalian sudah sepakat, bukan? Tidak ada alasan untuk menunda!"
Rhea menatap Michael, berharap pria itu akan mengatakan sesuatu untuk menunda ini. Tapi Michael malah tersenyum.
"Baiklah, kami akan mengikuti keputusan keluarga," katanya.
Rhea ingin memukulnya saat itu juga.
Gaun putih membalut tubuh Rhea, dan dia masih tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.
"Kau terlihat seperti pengantin sungguhan," kata Kyle, yang berdiri di sebelahnya.
"Itu karena aku memang pengantin," balas Rhea datar.
Kyle menghela napas. "Aku masih tidak percaya kau benar-benar akan menikah dengan pria itu."
Rhea mendesah. "Aku juga."
Tapi tidak ada jalan keluar sekarang.
Ia melangkah menuju altar, di mana Michael berdiri dengan setelan hitam yang membuatnya terlihat lebih seperti model di majalah fashion daripada seorang pengantin pria.
Ketika matanya bertemu dengan mata Michael, pria itu tersenyum. Senyum yang tidak seharusnya membuat jantungnya berdebar.
Saat janji pernikahan diucapkan dan cincin melingkar di jarinya, Rhea menyadari satu hal.
Tidak peduli seberapa keras ia mencoba menjaga pernikahan ini tetap sebatas kontrak...
Michael tidak akan membiarkannya begitu saja.
Acara pernikahan hanya di hadiri oleh keluarga dan teman terdekat. Karena Rhea tidak memiliki teman lain, hanya Kyle yang diundang. Lagi pula ia tidak ingin membuat keributan dengan pernikahan yang nggak masuk akal ini.
Bagaimana tidak, ia menikah dengan dosen jurusan lain di kampusnya. Apalagi dosen yang kesehariannya terlihat sangat nyentrik tersebut.
Dalam kamar hotel malam setelah acara pernikahan. Rhea menyiapkan dua buah kontrak yang tadi di bawakan oleh Kyle secara diam-diam.
Michael baru selesai mandi dan sedang mengeringkan rambut panjangnya. Penampakan seorang lelaki tampan dengan menggunakan bathrobe sungguh menggoda namu tidak bagi Rhea. Ia memandang Michael dengan tatapan datar tanpa emosi.
Rhea sudah mandi duluan dan sekarang menggunakan kaos oversize dan celana panjang. Penampilan menawan dan menggoda dari seorang pengantin wanita tidak tercermin sama sekali dari kamar tersebut.
“Tolong di baca kontraknya. Jika nanti ada yang kurang sesuai bisa saya ubah sesuai kesepakatan.” Kata Rhea sambil menyodorkan kontrak ke depan Michael yang duduk di sofa.
Pemandangan malam pertama pengantin tidak terlihat sama sekali. Malahan pemandangan yang terbentuk seperti mahasiswa yang sedang konsul proposal skripsi ke dosen pembimbingnya. Walau tentu saja nggak ada mahasiswa yang mengejar dosen pembimbingnya sampai kamar hotel seperti ini.
“Santai saja, Rhea. Kau bisa berbicara santai dan memanggilku Miki. Jika sedang berdua aku hanya suamimu. Bukan dosen. Jadi jangan terlalu kaku,” kata Michael sambil membaca kontrak di tangannya.
“Baik,” kata Rhea sambil menunduk khas gerak gerik mahasiswa di depan dosennya.
Isi kontrak itu berupa hal-hal yang umum seperti:
> Durasi Pernikahan
- Pernikahan ini bersifat kontrak dan berlangsung selama dua tahun sejak tanggal pernikahan resmi.
- Setelah dua tahun, masing-masing pihak berhak untuk mengakhiri pernikahan tanpa tuntutan hukum atau kewajiban tambahan.
> Status & Batasan Hubungan
- Pernikahan ini hanya di atas kertas, tanpa kewajiban hubungan fisik atau emosional.
- Keduanya tetap bebas menjalani kehidupan pribadi masing-masing, asalkan tidak menimbulkan skandal yang merugikan salah satu pihak.
- Tidak ada larangan bagi masing-masing pihak untuk memiliki hubungan di luar pernikahan, asalkan tidak terekspos ke publik.
> Kehidupan Bersama
- Rhea dan Michael wajib tinggal bersama dalam satu rumah agar pernikahan terlihat meyakinkan di mata keluarga dan publik.
- Kamar tidur dipisah, kecuali dalam kondisi tertentu yang mengharuskan mereka berpura-pura sebagai pasangan suami istri.
- Mereka harus hadir bersama dalam acara keluarga besar atau acara penting yang melibatkan publik, terutama terkait citra keluarga.
> Kewajiban Masing-Masing Pihak
+ Rhea:
- Harus berperan sebagai istri yang pantas di depan keluarga dan kolega Michael.
- Tidak boleh melakukan tindakan yang merusak reputasi keluarga Gunawan.
- Harus bersikap profesional dalam menjalankan peran sebagai istri di depan publik.
+ Michael:
- Menyediakan tempat tinggal yang layak untuk Rhea selama pernikahan berlangsung.
- Menanggung kebutuhan finansial dasar Rhea.
- Tidak boleh mempermalukan atau merugikan Rhea dalam bentuk apa pun.
> Perceraian & Pembatalan Kontrak
- Jika salah satu pihak ingin mengakhiri pernikahan sebelum dua tahun, maka:
- Jika Michael yang ingin mengakhiri, ia harus memberikan kompensasi finansial kepada Rhea.
- Jika Rhea yang ingin mengakhiri, ia harus memberikan alasan kuat yang dapat diterima oleh keluarga.
- Jika terjadi skandal besar yang merusak nama keluarga, kontrak dapat dibatalkan lebih awal sesuai kesepakatan bersama.
> Kerahasiaan Kontrak
- Kedua belah pihak tidak boleh mengungkapkan kepada siapa pun bahwa pernikahan ini adalah pernikahan kontrak.
- Jika ada pihak yang membocorkan isi kontrak, maka pihak tersebut harus menerima konsekuensi yang telah disepakati sebelumnya.
> Perpanjangan Kontrak
- Setelah dua tahun, pernikahan dapat diperpanjang jika kedua belah pihak setuju.
- Jika tidak ada kesepakatan untuk memperpanjang, pernikahan akan otomatis berakhir.
Michael tersenyum melihat tingkah laku Rhea. “Sebagian besar isi kontraknya aku setuju, namun hanya satu hal yang aku kurang setuju, Rhea sayang.”
Michael menunjukkan poin tentang tidur terpisah.
“Kenapa? Bukankah lebih nyaman jika kita tidur terpisah?” kata Rhea dengan datar.
“Pertama, apartemenku tidak banyak kamar. Satu kamar tidur utama dan satu ruang kerjaku. Jadi tidak ada kamar lain untukmu tidur terpisah.”
Masuk akal. Kebanyakan apartemen memang tidak memiliki banyak kamar. Biasanya maksimal dua kamar saja, bahkan yang tipe studio seperti miliknya tidak ada ruangan yang di sebut kamar karena kamar dan ruang tamu jadi satu. Kecuali mereka menyewa penthouse, tapi siapa yang mau menyewa sebuah penthouse mewah?
“Jangan khawatir, Rhea. Aku tidak akan menyentuhmu tanpa izin. Jadi kamu bisa tidur dengan nyenyak di sampingku.” Michael menjelaskan dengan mengangkat tangannya.
“Baiklah, Miki. Aku setuju. Kita hapus poin tentang tidur terpisah.”
Mereka akhirnya sepakat dan menandatangani kontrak tersebut. Rhea menyimpan dengan baik kontraknya dan milik Michael dalam map dan ia masukkan ke dalam tasnya.
Tengah malam, cahaya lampu dari luar kamar hotel sayup-sayup menembus tirai tipis jendela kamar mereka.
Rhea tidur dengan nyenyak mungkin kecapekan setelah melakukan rangkaian upacara pernikahan. Sedangkan di sampingnya, Michael menatap wajah Rhea dari samping. Ia masih belum bisa tidur malam itu. Ia berulang kali ingin menyentuh wajah Rhea namun ia urungkan takut Rhea terbangun. Kemudian kantuk mulai menyerang dan perlahan Michael menutup matanya.
Suasana kantor Bellezza semakin santai menjelang akhir bulan Desember. Dinding mulai dipenuhi dengan ornamen-ornamen berbau musim dingin dan nuansa tahun baru. Pohon Natal berdiri anggun di lobi utama, dihiasi lampu-lampu kecil yang berkedip lembut. Di ruang branding, semangat kerja masih ada, namun percakapan ringan dan tawa pelan mulai sering terdengar di sela-sela deadline yang sedikit longgar.“Fel, kamu mau ke mana pas libur tahun baru nanti?” tanya Laila sambil membuka kotak makan siangnya yang berisi pasta.Felicia menggigit sandwich-nya pelan lalu mengangkat bahu. “Hmm… kayaknya ke Bandung, deh. Sepupu aku ngajakin nginep di villa gitu. Tapi belum fix. Kak Laila sendiri?”“Pengen ke Jogja. Aku sama suami mau semacam honeymoon kecil-kecilan. Kebetulan dia baru dapat cuti.”Rhea yang duduk tidak jauh dari mereka spontan menoleh. “Eh? Memang kita libur ya, Kak?”Laila ter
Waktu seperti air, mengalir cepat tanpa bisa dicegah. Tiba-tiba saja, sudah hampir empat bulan sejak Rhea resmi bekerja di Bellezza Fashion Group. Kantor yang dulu terasa asing, kini mulai terasa seperti rumah kedua. Laptop di meja kerjanya sudah dipenuhi stiker kecil dan post-it warna-warni, hadiah iseng dari Kak Felicia dan Laila. Bahkan, Dimas yang dulu sempat canggung, kini bersikap profesional dan santai seperti seorang kakak senior yang suportif.Hari ini, matahari musim kemarau menyusup malu-malu dari balik tirai jendela kantor. Cahaya keemasan itu memantul lembut di layar laptop Rhea yang tengah menampilkan Insight hasil analisis kampanye Aurora.“Rhea, tolong bantu aku cek performa konten minggu ini, ya,” suara Kak Laila terdengar dari balik sekat meja.“Iya, Kak. Sudah aku rekap. Aku kirim via email sekarang.”“Cepet banget,” komentar Laila sembari melongok ke layar Rhea. “Anak muda ema
Langit pagi kota masih diselimuti kabut tipis saat Rhea tiba di kantor Bellezza. Embusan udara beraroma hujan semalam membuat suasana terasa segar. Di meja kerjanya yang tertata rapi, sebuah sticky note berwarna ungu muda tertempel di layar laptop.“Check email dari Bu Santi. Hari ini kita mulai survei online. Let’s go, strategist!” – Kak LailaRhea tersenyum kecil, meletakkan tasnya, dan langsung menyalakan laptop. Email dari Bu Santi, Head of Marketing, telah masuk pukul tujuh pagi tadi. Isinya: konfirmasi bahwa paket Aurora – Fall Collection telah resmi dikirim ke para konsumen yang melakukan pre-order tahap pertama.“Wah, berarti mulai hari ini, review-review pelanggan akan mulai muncul,” gumam Rhea.Tak lama, Felicia dan Laila masuk ke ruang tim branding sambil membawa dua cangkir kopi.“Kami bawa kopi penyemangat!” ujar Felicia ceria.Rhe
Langit pagi kota masih diselimuti kabut tipis saat Rhea tiba di kantor Bellezza. Embusan udara beraroma hujan semalam membuat suasana terasa segar. Di meja kerjanya yang tertata rapi, sebuah sticky note berwarna ungu muda tertempel di layar laptop.“Check email dari Bu Santi. Hari ini kita mulai survei online. Let’s go, strategist!” – Kak LailaRhea tersenyum kecil, meletakkan tasnya, dan langsung menyalakan laptop. Email dari Bu Santi, Head of Marketing, telah masuk pukul tujuh pagi tadi. Isinya: konfirmasi bahwa paket Aurora – Fall Collection telah resmi dikirim ke para konsumen yang melakukan pre-order tahap pertama.“Wah, berarti mulai hari ini, review-review pelanggan akan mulai muncul,” gumam Rhea.Tak lama, Felicia dan Laila masuk ke ruang tim branding sambil membawa dua cangkir kopi.“Kami bawa kopi penyemangat!” ujar Felicia ceria.Rhe
Kantor Bellezza Fashion Group dipenuhi nuansa hangat. Bukan hanya dari interior yang minimalis elegan dengan aksen kayu dan tanaman indoor, tapi juga dari semangat para pegawai yang masih terbawa euforia suksesnya peluncuran Aurora.Namun, seperti halnya daun gugur yang tak berhenti menari hanya karena satu hembus angin, pekerjaan tim branding juga tak mengenal jeda.“Semangat ya, tim. Kita masih harus bantu tim marketing untuk dorong campaign digital selama dua minggu ke depan,” ucap Kak Laila saat morning briefing di ruang rapat lantai dua.Kopi di tangan Mas Dimas tampak masih mengepul. Kak Felicia duduk dengan tablet di pangkuannya, mencatat poin-poin penting. Rhea duduk di sisi kanan Laila, membuka laptopnya sambil sesekali mencuri pandang ke presentasi yang ditampilkan di layar LCD.“Konten untuk IG dan TikTok brand udah dijadwalin semua, tapi yang organic dan UGC belum terlalu kuat. Kita butuh i
Senin pagi itu, ruang kerja tim branding Bellezza sudah seperti markas perang. Layar besar di ruangan utama menampilkan countdown peluncuran campaign Aurora secara live di situs resmi dan seluruh kanal media sosial. Wajah-wajah tegang memenuhi ruang, tapi ada juga sorot percaya diri yang tak bisa disembunyikan.Rhea duduk di sebelah Laila, jari-jarinya memainkan pulpen, napasnya dalam-dalam.“Deg-degan ya?” tanya Dimas dari seberang meja.“Aku bahkan belum sarapan,” jawab Rhea, tertawa kecil, tapi nada suaranya terdengar gugup.“Tenang aja,” ujar Felicia sambil menyeruput kopi. “Kita udah kerja mati-matian buat ini. Kalau nggak berhasil... ya tinggal resign bareng.”Rhea dan yang lain tertawa, sedikit meredakan ketegangan.Pak Arman masuk dengan ekspresi santai. Seperti biasa, ia membawa termos teh hijau dan notes kecil yang sudah usang.“Semua sudah siap?” tanyanya.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen