“Kamu akan menikah.” Hening. Dunia Rhea berhenti berputar. Ia merupakan tipe mahasiswa yang lurus-lurus aja. Tugasnya hanya pergi ke kampus, belajar di perpustakaan, mengerjakan tugas dan ujian, kemudian pulang dengan tenang dan di rumah lanjut belajar lagi, makan lalu tidur. Kehidupan Rhea berputar seperti itu setiap harinya. Namun, sosok Michael terlalu terlihat bahkan oleh seonggok manusia sekaku papan seperti Rhea ini. Michael Gunawan? Dosen fashion yang terkenal karena gaya pakaiannya yang unik? Dosen yang sering jadi bahan gosip karena penampilannya yang terlalu cantik untuk seorang pria? Dosen yang—konon katanya—lebih suka laki-laki dari pada perempuan?! Michael menggoda Rhea dengan sikap santainya, mengatakan, “Jadi, kita bakal menikah? Kayaknya aku lebih cantik dari kamu, deh.” Rhea, gadis yang hidupnya monoton harus menikah dengan lelaki flamboyan, metrosexual memiliki rumor yang sudah tersebar ke seluruh universitas. Akankah kehidupan pernikahan Rhea berjalan lancar atau selesai seperti kontrak yang mereka tanda tangani. Have a Nice day, semoga kalian menikmati bacaan ringan yang aku suguhkan.
View MoreRhea duduk di tepi pantai dengan tenang, membiarkan pasir putih yang hangat menyentuh telapak kakinya. Angin laut bertiup lembut, membawa aroma asin yang menenangkan. Suara deburan ombak berirama seperti lagu pengantar tidur yang lembut.Di sampingnya, Michael tertidur pulas di atas tikar piknik dengan posisi terlentang. Topi jerami menutupi sebagian wajahnya, sementara tangan kanannya tergeletak santai di samping tubuh.Rhea menoleh dan tersenyum kecil. Michael benar-benar terlihat damai. Wajahnya yang biasanya tegas dan jenaka kini tampak begitu lembut, seperti seseorang tanpa beban.Rhea kembali memandang laut. Rasanya masih seperti mimpi. Hubungan mereka berubah begitu cepat dalam hitungan hari. Dari sebuah pernikahan kontrak yang dingin, menjadi sesuatu yang... hangat.Ponsel Rhea bergetar di sebelahnya, mengganggu lamunannya. Ia mengambilnya dan melihat nama Kyle muncul di layar.Kyle: “Hei, Nona Sibuk! Gimana liburanmu? Udah seminggu n
Malam itu, acara fashion internasional di Raja Ampat berlangsung dengan begitu meriah. Lampu-lampu berkilauan di tengah panggung yang megah, menyinari para model yang berlenggak-lenggok dengan busana rancangan desainer terkenal. Musik mengalun lembut, bercampur dengan tawa dan obrolan para tamu undangan dari berbagai negara. Rhea berdiri di salah satu sudut, mengenakan gaun hitam elegan yang dirias oleh tangan Michael sendiri. Wajahnya terlihat bersinar dengan sentuhan makeup lembut, membuat siapa pun yang lewat tak bisa menahan diri untuk menoleh.Namun, bukan perhatian orang lain yang menarik bagi Michael. Sejak awal, matanya hanya tertuju pada satu sosok — Rhea. Istrinya yang cantik, yang awalnya hanya menjadi bagian dari pernikahan kontrak, kini perlahan-lahan mengisi setiap sudut pikirannya.“Bersulang lagi?” Rhea tersenyum, mengangkat gelasnya yang sudah hampir kosong. Ini entah yang keberapa. Michael mengangkat alis.“Sudah cukup, Rh
Libur semester akhirnya tiba. Dua bulan penuh tanpa kelas, tanpa tugas, tanpa harus bertemu dengan para mahasiswa yang suka bergosip. Seharusnya ini waktu yang menyenangkan. Tapi bagi Rhea, liburan ini justru terasa... membosankan.Sudah seminggu berlalu, dan dia tidak melakukan apa-apa selain berdiam diri di apartemen. Scroll media sosial, nonton film, tidur, dan mengulang siklus yang sama setiap hari."Bisa gila kalau terus-terusan kayak gini," gumam Rhea sambil melempar ponselnya ke sofa.Michael tidak selalu ada. Kadang dia di apartemen, kadang pergi mengurus bisnis barunya di bidang fashion. Meski begitu, Rhea tidak ingin mengganggu. Dia paham betul Michael sedang sibuk membangun brand-nya. Tapi... tetap saja, sepi.Baru saja dia hendak beranjak ke dapur, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Kyle muncul di layar.Kyle: Rheaaaa, lihat ini!Sebuah foto menyusul — Kyle dan Denny berpose di pantai dengan latar belakang
Rhea menghela napas panjang sambil merapatkan jaketnya. Angin sore bertiup lembut, menyapu helaian rambut yang dibiarkannya tergerai. Kampus terasa lebih sepi dari biasanya karena libur semester akhir hampir tiba. Ia datang hanya untuk mengembalikan beberapa buku pinjaman perpustakaan.Michael menurunkannya di depan gedung utama dengan santai."Makasih, Michael. Aku nggak bakal lama." Rhea tersenyum kecil, melepas sabuk pengamannya.Michael membalas dengan senyum hangat. "Take your time. Aku tunggu di sini."Rhea mengangguk dan turun dari mobil. Tapi tanpa mereka sadari, tidak jauh dari sana, sepasang mata memperhatikan dengan tatapan penuh selidik.Sasha.Mahasiswi yang pernah melabrak Rhea karena cemburu soal Kyle, kini berdiri dengan tangan bersilang di depan dada. Mulutnya membentuk seringai kecil."Hah... baru selesai sama Kyle, sekarang pindah ke Michael?" gumamnya sambil mengeluarkan ponsel.Tanpa membuang waktu, Sasha m
Suara film yang diputar di ruang tamu menggema pelan, tapi tidak ada yang benar-benar fokus menontonnya. Rhea duduk menyandar pada bantal sofa dengan kaki diselonjorkan santai. Semangkuk popcorn di pangkuannya hampir kosong, sementara Michael duduk di sebelahnya dengan satu tangan melingkarkan ke bahunya, seperti sudah jadi kebiasaan belakangan ini.Malam itu terasa tenang. Terlalu tenang, sampai akhirnya Rhea tidak tahan dengan rasa penasaran yang selama ini ia simpan."Miki.."Nada suaranya pelan tapi serius.Michael menoleh, alisnya terangkat sedikit. "Hmm?""Aku penasaran deh... gimana mungkin kamu yang... ya, kayak gini," Rhea membuat gerakan tangan yang tidak jelas ke arah Michael. "Bisa... ya... ternyata straight?"Michael memiringkan kepala, seolah butuh waktu untuk mencerna pertanyaan itu."Kayak gini?" tanyanya, setengah tertawa. "Maksudnya apa?"Rhea mengerucutkan bibir, mencari kata-kata yang tepat."Ya... kamu tuh
Seiring berjalannya waktu, sesuatu dalam hubungan Rhea dan Michael perlahan berubah.Tidak ada pernyataan resmi. Tidak ada janji-janji manis.Hanya... perasaan yang menggantung di udara.Michael tidak lagi menjaga jarak seperti sebelumnya.Kadang-kadang, ia memanggil Rhea dengan panggilan sayang tanpa alasan."Sayang, kamu mau teh atau kopi pagi ini?" tanyanya santai suatu pagi.Rhea, yang saat itu masih setengah mengantuk, mendongak dengan dahi berkerut."Hah? Sayang?"Matanya menyipit curiga.Michael terkekeh kecil sambil menuangkan air panas ke dalam cangkir."Kenapa? Nggak boleh?""Nggak biasa aja," gumam Rhea sambil mengalihkan pandangan.Ia meraih roti panggang tanpa semangat.Tapi jauh di dalam dadanya, ada sesuatu yang aneh.Hatinya berdebar lebih cepat dari biasanya.Dan itu bukan hanya sekali.Sentuhan-sentuhan kecil yang dulu terasa biasa, sekarang terasa berbed
Rhea duduk di tepi ranjang, menggigit bibirnya ragu.Di tangannya, ponsel sudah menampilkan nama Kyle di layar.Sebenarnya, ia tidak terlalu ingin datang ke pesta malam ini.Tapi kalau ini satu-satunya cara untuk mengakhiri kesalahpahaman Michael, maka ia harus melakukannya.Akhirnya, ia menarik napas dalam dan menekan tombol panggil.Tak butuh waktu lama sebelum suara Kyle terdengar dari seberang."Halo? Rhea? Ada apa tiba-tiba telepon?"Rhea tersenyum kecil."Seperti biasa, dia selalu antusias.""Kyle, tentang pestamu malam ini... Masih bisa datang?"Hening sebentar.Lalu, terdengar suara teriakan Kyle di seberang sana."HAH?! RHEA?! KAMU MAU DATANG?!"Rhea menjauhkan ponselnya dari telinga karena volume suara Kyle yang menggelegar.Ia bisa membayangkan Kyle pasti sedang melompat-lompat sekarang."Iya, iya... Aku akan datang. Jadi masih bisa, kan?"
Pagi itu, suasana di apartemen terasa berbeda.Rhea bangun jauh lebih pagi dari biasanya. Matahari bahkan belum sepenuhnya muncul di ufuk timur saat ia sudah sibuk mondar-mandir di dapur.Ia tidak bisa tidur semalaman.Setiap kali memejamkan mata, suara Michael kembali terngiang di kepalanya."Aku menyukaimu, Rhea."Tiga kata sederhana, tapi cukup untuk membuat pikirannya tidak bisa tenang.Rhea mencoba meyakinkan dirinya kalau ia hanya terlalu banyak berpikir. Tapi semakin ia mencoba mengabaikan, semakin kalimat itu terasa nyata.Jadi, alih-alih berguling di tempat tidur semalaman, ia akhirnya bangkit dan memilih mengalihkan pikirannya dengan membuat sarapan.Tangannya sibuk mengocok telur, tapi pikirannya melayang entah ke mana."Aku menyukaimu, Rhea."Rhea menggigit bibir bawahnya dan mencoba mengusir suara itu dari kepalanya.Tidak mungkin.Mereka ini hanya terikat dalam pernikahan kontr
Pagi itu, Rhea masih merasa tidak bersemangat.Setelah "pertengkaran" kecilnya dengan Michael semalam, suasana di apartemen masih terasa canggung. Mereka tidak benar-benar bertengkar dalam arti sebenarnya, tetapi ada sesuatu di antara mereka yang berubah.Dan Rhea tidak tahu bagaimana cara mengatasinya.Ia hanya ingin waktu berlalu begitu saja.Sambil duduk di sofa, ia memeluk bantal dan memainkan ponselnya tanpa benar-benar memperhatikannya. Suasana apartemen sunyi. Michael sedang di ruang kerjanya, mungkin sibuk dengan proyeknya. Biasanya, ia akan keluar untuk sekadar minum kopi dan mengajaknya bicara, tapi pagi ini Michael tetap berada di dalam ruangannya.Rhea mendesah.Ponselnya tiba-tiba bergetar, membuatnya sedikit terlonjak. Ia melihat layar dan menemukan nama Kyle muncul di sana.Dengan malas, ia mengangkatnya.“Ya, ada apa?” tanyanya tanpa energi.“Kenapa suaranya lemes gitu?” suara Kyle
Hidup Rhea sejauh ini selalu terencana. Bangun pagi, kuliah, belajar, dan menghindari drama kehidupan yang menurutnya hanya buang-buang waktu. Ia bukan tipe yang suka basa-basi, apalagi buang waktu untuk urusan cinta.Tapi rencana itu berubah total saat neneknya mengumumkan sesuatu yang bikin kepalanya nyut-nyutan.“Kamu akan menikah.”Hening.Rhea yang tadinya sibuk mengunyah pisang goreng nyaris tersedak. “Hah?”“Kamu sudah dewasa, Nak. Kakekmu sebelum meninggal sudah merancang ini sejak lama dengan temannya.”Rhea terdiam, otaknya berusaha memproses informasi ini. “Jangan bilang temannya itu juga sudah punya cucu… dan aku dijodohkan dengannya?”Neneknya tersenyum, seakan kabar ini bukan sesuatu yang gila. “Tepat sekali.”Rhea menatap wanita tua itu seakan-akan beliau baru saja bilang kalau bulan itu terbuat dari keju. Ia juga yakin sudah rajin membersihkan telinganya. Namun perkataan neneknya sungguh di luar akal manusia di jaman modern ini.“Dan dia… siapa?” tanyanya dengan nada w...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments