"Tidak ada, lupakan," jawab Bastian lalu bergegas meninggalkan dua wanita yang berhasil dibuatnya bingung.Bik Lin tampak menggeleng sedang Arandita memandang punggung Bastian yang berlalu dengan perasaan dongkol."Tahu nggak Bik, Aran ingin apa dengar jawaban dia tadi?""Enggak tahu Non," jawab Bik Lin sambil menggeleng."Emang Nona pengen apa?""Pengen cakar wajah orang! Astaghfirullahal adzim," ujar Arandita sambil mengelus dadanya sendiri. Bik Lin hanya tertawa melihat sikap Arandita."Silahkan Non, asal jangan cakar wajah saya," ucap Bik Lin kemudian. "Hah! Dia memang gitu ya Bik? Giliran nggak mau bicara kuat banget sampai berminggu-minggu hanya bermodal kata hemm, giliran pas mau bicara, omongannya langsung nyelekit ke ulu hati. Sebenarnya dia manusia atau bukan sih Bik?""Ya manusia lah Non, memang Non Aran pikir Den Bastian itu Allianz?""Sepertinya Bik, cuma nyasar ke dunia kita." Arandita masih saja gemas."Sebenarnya Den Bastian itu sewaktu kecil anaknya supel Non, tetapi
"Kamu demam Non dan tadi sempat pingsan," sahut Bik Lin lalu mengambil gelas berisi air teh hangat."Minum dulu Non agar punya tenaga," ucap wanita tua itu sambil mengarahkan gelas ke mulut Arandita."Aku duduk dulu Bik." Arandita berusaha untuk duduk. Bik Lin langsung membantu dengan satu tangannya."Mas Bastian mana Bik?" "Den Bastian baru saja keluar kamar. Minumlah Non!"Arandita mengangguk, termenung sebentar dengan tatapan tertuju pada pintu kamar yang terbuka. Dia menggeleng kala menyadari apa yang bisa diharapkan dirinya pada Bastian."Non minum!"Segera Arandita meraih gelas di tangan Bik Lin lalu meneguk teh hingga tandas."Makasih ya Bik.""Sama-sama Non."Arandita ingin merebahkan tubuhnya kembali, tetapi segera dicegah oleh Bik Lin."Minum obatnya dulu ya Non!""Obat?""Iya, obat dari dokter tadi.""Dokter?""Ya. Den Bastian langsung memanggil dokter saat melihat Non Aran pingsan."Arandita mengulum senyum, entah kenapa ia begitu senang mendengar kabar tersebut dari Bik
"Apa kau tak mendengar? Aku tidak lapar!" protes Arandita.Bastian tetap saja mendekatkan sendok ke mulut Arandita dan menempel-nempelkan ujung sendok sehingga mau tidak mau Arandita membuka mulut dan menerima suapan dari Bastian."Ternyata dia juga pemaksa rupanya," batin Arandita sambil mengunyah makanannya. Bastian terus saja menyuapi Arandita. Tak perduli eskpresi wajah Arandita terlihat tidak suka."Pelan-pelan Mas, kau pikir mulutku mesin penggilas apa!" protes Arandita karena Bastian terlalu cepat menyuapinya. Belum selesai mengunyah, sendok berisi sup sudah standby di depan bibir.Bastian menghela nafas panjang lalu memelankan suapannya. Arandita mencuri pandang dan senyum-senyum sendiri melihat wajah Bastian yang begitu tampan meskipun ekspresi wajahnya terlihat begitu dingin."Benar kata Bik Lin, dia memang menantang untuk ditaklukkan," ucap Arandita dalam hati masih dengan tersenyum tipis. Bastian menatap wajah Arandita dan mengerutkan kening. Bingung kenapa wanita di hadap
Suasana rumah lebih ramai dari biasanya, beberapa pembantu ditambah para ahli dekorasi tampak sibuk menghiasi rumah Pramoedya, baik di area dalam maupun luar bangunan. Meski pernikahan antara Agresia dengan Bobby tidak mengundang banyak orang seperti saat pernikahan dengan Arandita, tetapi Agresia mengajukan syarat ingin menikah dengan Bobby asal dalam pesta pernikahan tersebut tempatnya tidak dihias sembarangan. Dia ingin suasana pernikahan berkelas seperti pada saat Arandita menikah.'Pernikahan kita akan dikenang seumur hidup, jadi harus benar-benar terkesan,' begitu yang Agresia ucapkan pada Bobby tatkala mereka membahas tentang pernikahan mereka akan dibuat seperti apa. Bobby yang sudah sakit hati pada Arandita dan Bastian menurut saja akan permintaan Agresia terlebih Pramoedya sangat mendukung pernikahan tersebut karena saking inginnya pada cucu perempuan, dan Agresia sudah mewujudkan impian pria tua itu."Nona bisa bantu bawain minuman?" tanya Bik Lin pada Arandita yang sedang
Sementara itu Bastian langsung masuk ke ruangannya sendiri dan membuka pakaian di sana. Tak sampai 15 menit Arandita keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono. Saat melihat sang istri keluar, gantian Bastian masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Arandita langsung memasang mukena lalu melakukan sholat ashar. Sejenak ia berdoa dan memohon ampunan pada Tuhan karena sering lalai dalam kewajiban yang satu ini."Ya Allah mungkin apa yang terjadi pada hambaMu ini adalah hukuman karena hamba sering melupakan kewajiban untuk shalat," lirih Arandita. Selanjutnya ia meminta agar Tuhan memberikan jalan terbaik dalam menata kehidupannya ke depan."Ini mau langsung berangkat apa nunggu maghrib dulu? Atau mau maghrib di jalan?Ah, Kenapa Mas Bastian lama sekali mandinya? Macam perempuan saja, lama sekali," kesal Arandita."Tunggu maghrib dulu atau bersiap-siap saja? Padahal waktu shalat sudah nanggung, tapi kalau kelamaan takut dia marah." Wanita itu terlihat gelisah."Mas berangkat
Sampai di bawah mereka langsung bergabung dengan Pramoedya untuk menerima tamu. Beberapa tamu sudah nampak memasuki ruangan lantai satu dimana merupakan ruangan untuk ijab qabul antara kedua mempelai."Silahkan duduk," ucap Arandita sambil menyalami setiap tamu yang datang. Di belakangnya tampak beberapa panitia memberikan souvernir pada setiap tamu undangan yang memasuki ruangan.Setelah para tamu sudah duduk dengan tenang Agresia dituntun oleh ayah dan ibu kandungnya ke meja ijab. Wanita itu berjalan anggun dengan gaun pengantin berwarna putih bertahtakan manik-manik berwarna gold itu. Arandita terbelalak melihatnya, bukan karena Agresia sangat cantik dengan gaun tersebut, tetapi karena itu adalah gaun yang sama dengan yang Arandita pakai di hari pernikahannya."Apakah dia sengaja ingin mengingatkanku akan kegagalan itu?" batin Arandita, matanya terpaku pada wajah Agresia yang menatapnya dengan senyum kemenangan.Dari arah yang berlawanan terlihat Bobby menuruni tangga dituntun lang
Sontak semua orang menatap pada Arandita. Dari beberapa orang ada yang terlihat bingung, tetapi dari beberapa yang lain memaklumi karena hadir di acara pernikahan sebelumnya. Banyak dari mereka yang berbisik-bisik."Apa yang terjadi?" tanya Arandita bingung. Senyum yang terlukis di wajah Agresia tadi berganti dengan muka masam."Den Bobby salah menyebut nama Non, dia malah menyebut nama Nona Aran, mungkin masih teringat pada latihan yang dulu," jelas Bik Lin.Arandita mengerutkan kening sebelum akhirnya mengerti dengan perubahan ekspresi di wajah Agresia."Rasain kamu Gres, kau ingin menyakitiku dengan pakaianmu itu agar aku ingat dengan masa yang telah lalu, nyatanya justru calon suamimu sendiri yang malah salah fokus dengan gaunmu itu." Arandita bersorak dalam hati dan senyum yang dipaksakan dari tadi menjadi senyuman lepas."Tarik nafas dulu, hembuskan!" saran pak penghulu sebelum Bobby melanjutkan acara ijab kabul mereka.Bastian tampak menghembuskan nafas panjang kemudian melepas
"Oh ya Gres kami ada hadiah untuk kalian," ujar Arandita setelah selesai berfoto bersama kedua mempelai. Ia memasukkan tangan ke dalam tas dan merogoh sebuah kotak kado."Ini!" Arandita mengulurkan benda tersebut ke hadapan Agresia. Wanita itu tidak mau mengambil jika tidak karena Bobby membisikan sesuatu padanya."Oke aku ambil," ucap Agresia dengan suara kecil karena takut didengar oleh para tamu undangan, terutama mertuanya sendiri yang kini tengah turun dari pelaminan. Namun, ia tidak mengambil secara lembut kado dari Arandita melainkan menyentak begitu saja hingga Arandita menjadi kaget."Pelan-pelan napa sih!" protes Arandita sedikit kesal dengan sikap Agresia. Dia sudah mencoba bersikap baik pada wanita itu demi menghormati petuah mertuanya, tetapi Agresia masih saja bersikap judes terhadap Arandita seolah wanita itu yang telah terzalimi. "Awas kalau hadiahnya tidak menarik!" ancamnya membuat Arandita menghela nafas kasar."Kita turun Mas," ajak Arandita lalu menarik tangan Ba