Ava dan Sarah masuk menuju ruangan yang sudah disediakan James dan Scarlett. Sudah banyak orang yang hadir di sana, tetapi pemilik acara belum muncul. Karena seluruh tamu yang hadir adalah alumni universitas, tentu saja mereka tidak kaku satu sama lain. Ava sebenarnya tidak menyukai suasana yang begitu ramai, tetapi dia suka bernyanyi. Dulu saat bersama dengan James, dia sering menyanyikan lagu untuknya. Beberapa lagu sudah dinyanyikan, Sarah juga terlihat asik bermain batu kertas gunting dengan teman lainnya."Ava, sepertinya kamu akan jadi penguasa mic malam ini," sindir salah satu teman yang berdiri di samping Ava. Yang disindir bergeming, Ava masih saja asyik bernyanyi membelakangi orang-orang sekitar.Hingga akhirnya James dan Scarlett muncul, suasana menjadi sunyi seketika. Kecuali Ava yang tidak mengetahui kehadiran pemilik acara itu.James terpaku menatap Ava yang sedang asyik bernyanyi. Setelah beberapa minggu tidak bertemu dengannya, Ava terlihat begitu pangling.Rambutn
Rick dan Ava membisu sepanjang perjalanan hingga tiba di kediaman keluarga Rick. Wanita itu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Setelah tiga puluh menit berlalu, Ava mengamati bibirnya di pantulan cermin. Bibir Ava kini merah dan sedikit bengkak. Tadi Rick menciumnya begitu kasar hingga terasa perih."Memangnya kau ini anjing, kenapa terasa sakit seperti digigit?" Ava menggerutu sebelum membuka pintu kamar mandi.Aroma segar khas orang habis mandi tercium tipis ketika Ava keluar. Rick duduk bersandar di sofa panjang, wajahnya yang tenang tampak sedikit lelah."Apa malam ini kita tidur bersama?" Ava berdiri di ambang pintu kamar mandi.Rick mengangkat kepala menatap sang istri. Dari suara Ava, jelas betul Rick bisa menyimpulkan bahwa Ava seperti keberatan untuk tidur bersama.Sorot mata Rick berubah tajam penuh amarah. Dia berdiri menghampiri Ava sambil membuka kancing kemeja. Apa yang dilakukan Rick membuat Ava gemetaran hingga melangkah mundur menghindari sang suami.
"Jelaskan kenapa kau tak memberitahuku bahwa sekarang pemilik Eternal Pharma adalah suamimu?!"Ava meninggikan bahu sebelum berkata, "Jangan menatapku seperti itu! Aku tak tahu apa-apa." Ava bukan asal bicara. Dia sungguh tak mengetahui apa pun tentang Rick."Halo, semuanya. Namaku Rick, dan mulai hari ini aku sudah resmi mengambil alih Eternal Pharma. Untuk masalah pekerjaan, asistenku akan menjelaskan semuanya pada kalian. Terima kasih atas perhatian kalian semua."Rick hanya datang unjuk diri saja dan menandatangani surat perjanjian. Ketika rapat pun dia tak berlangsung lama mengikuti rapat tersebut. Hanya lima menit saja. Mata Ava membeliak menatap tak suka pada Rick. Dan sebelum Rick beranjak pergi, tatapannya tertuju beberapa detik pada sang istri."Ava!" Sarah menyikut sahabatnya itu ketika Rick pergi begitu saja.Ava bergeming dan tertunduk. Pikirannya saat ini benar-benar kalut. Kenapa harus Rick? Bukankah Rick hanya seorang Dokter? Apa pria itu memiliki status lain yang t
Ketika Ava kembali ke meja kerjanya, dia disambut rentetan pertanyaan kenapa Ava dipanggil ke kantor pimpinan. Ava yang risih akhirnya buka mulut dan berkata, "Aku hanya disuruh membersihkan ruangan Tuan Rick. Bukannya petugas kebersihan sudah berhenti 'kan?""Uh, seharusnya tadi aku saja yang dipanggil. Enak sekali karyawan seperti kamu bisa berlama-lama melihat Dokter Rick.""Ava, apa Dokter Rick akan sering datang ke perusahaan ini?""Kapan aku diberi kesempatan melayani Dokter Rick?"Keluh kesah teman-teman sekantornya membuat Ava menggeleng pelan dan menunduk. Dia ingin sekali memberitahu mereka bahwa pria itu tampangnya saja tampan, kelakuannya sungguh menyebalkan! Jika saja Rick seekor semut, tentu dirinya akan menghabisi monster itu!Setelah melanjutkan pekerjaannya dan tiba waktu istirahat, Ava mendapat beberapa panggilan tak terjawab dari Rick.Tepat ketika waktu menunjukkan pukul 12 siang, Rick kembali menghubunginya, tetapi Ava tersenyum jahat menolak panggilan."Oy, pen
Rick mengartikan perkataan Ava adalah sebuah kecemburuan. Seketika langkah kaki Rick terhenti.Rick menoleh menunggu Ava jalan beriringan sebelum berkata, "Iya, mereka ada di departemenku.""Input medis tugas mereka," Ava menimpali dengan lirih."Sudah dapat aku pastikan mereka akan ikut ke ruang operasi." Rick memanyunkan bibir membuat Ava tak bisa menyahut.Begitu tiba di gedung, mereka berjalan ke ruangan Rick. Namun, langkahnya terhenti ketika Tuan Max— selaku kepala rumah sakit, dan beberapa dokter menghampiri untuk menginstruksikan tugas.Ava mendengar dengan jelas bahwa yang akan dioperasi adalah Christy, putri bangsawan dari keluarga terpandang di kota itu. Pantas saja kepala rumah sakit ikut serta menyambut Rick seperti ini, pikir Ava selagi mengamati wajah Rick tampak tenang hingga instruksi dari kepala rumah sakit berakhir.Ketika mereka masuk ke ruangan Rick, seketika Rick dikerumuni banyak asisten dan Dokter magang. Tanpa sadar, Ava terdorong keluar dan tak ada celah un
Wajah Ava bersemu merah menahan malu mendengar pertanyaan Rick. Tanpa sadar, dirinya mengangguk kecil dan berkata, "Istirahatlah, aku akan belikan makanan."Ava buru-buru membalikkan badan dan melangkah keluar. Rick menatap lekat punggung mungil Ava yang hilang di balik pintu. Tatapan Rick begitu dalam, penuh syarat akan arti.Sopir yang menunggu di depan lobby menyambut Ava dan membuka pintu mobil, tetapi Ava menggeleng dan berkata, "Tunggu sebentar lagi, ya? Ada yang harus diurus dulu."Ava pergi ke gerai makanan dan membeli bubur untuk Rick. Ketika dia kembali, Rick tak berada di ruangan. Dia keluar menyusuri lorong rumah sakit untuk mencari keberadaan sang suami.Belum setengah jam berlalu setelah operasi, Christy mengalami kejang-kejang dan pelemahan denyut nadi. Tentu saja para medis berdatangan kerja cepat, tak terkecuali Rick yang dipanggil oleh team departemen. Wajah dokter itu tampak serius ketika baru saja keluar dari ruang ICU. Ketangkasan Rick menangani Christy membuat
Ava baru saja selesai bekerja dan merapikan meja. Dia mengangkat jam di pergelangan kiri, waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Sejenak, dia teringat Rick yang mengatakan akan menjemputnya. Ava ragu apakah Rick mengingatnya atau tidak. Segelintir pikiran mengantarkan dia hingga ke luar gedung, lalu tampak sebuah Mercedez hitam yang tak asing terparkir di seberang gedung Eternal Pharma.Ava segera berlari menghindari tatapan orang-orang yang baru keluar kantor. Ketika membuka pintu mobil belakang, Ava disuguhkan pemandangan Rick yang menyandarkan kepalanya sambil tertidur. Wajah tampan Rick tampak begitu lelah. Bahkan, deru napasnya terdengar berat. Entah mengapa mendadak jantung Ava berdegup kencang, ada rasa tak tega yang menyayat-nyayat di hatinya melihat Rick seperti itu.Dia mencondongkan tubuh ke depan dan berbisik pada sopir, "Apa dia baru pulang kerja?" Sang sopir menjawab dengan anggukkan dan mulai melajukan mobil."Rick," lirih Ava berkata saat menyandarkan tubuh di sampin
Rick baru saja tiba di rumah sakit. Dia melangkah cepat dan masuk ke ruang Christy dirawat. Christy menarik paksa jarum infus dan berlari menghambur ke pelukan Rick. "Dokter Rick, aku takut petir." Christy menangis dengan suara manja dibuat-buat.Air wajah Rick mengeras, jelas dia tak suka dengan perbuatan Christy. Dia memegang bahu wanita itu dan mengikis jarak agar menjauh."Nona Christy, Anda bukan anak kecil," kata Rick dengan tegas."Tapi aku benar-benar takut. Hal ini pasti akan berdampak buruk pada kondisiku. Apa kau tidak takut jika terjadi sesuatu padaku?" Christy terisak-isak sambil menunduk."Jangan berlebihan! Aku tahu kondisimu. Kau tak selemah itu, Nona Christy." Mata Rick membeliak tajam, lalu memerintahkan perawat agar kembali memasang infus.Christy menatap lekat Dokter Rick yang enggan memandangnya."Nona Christy, tolong jangan bergerak sembarangan. Jika tidak, infus bisa meradang nantinya," kata perawat memperingatkan. Karena Christy anak orang berpengaruh di rum