Beranda / Romansa / Pernikahan Nona Smith / Bab 13_ Kunjungan Saudara Sambung

Share

Bab 13_ Kunjungan Saudara Sambung

Penulis: Khoirul N.
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-17 19:38:03

Smith berjalan menuju pintu dengan wajah malas. Wajah itu tidak berubah sedikit pun ketika ia membuka pintunya. Bahkan menjadi semakin malas ketika melihat siapa orang di balik pintu rumahnya.

"Untuk apa kau ke rumahku malam-malam begini? Apa tidak bisa bertamu besok saja? Pulanglah! Aku sedang malas untuk menerima tamu," ujar Smith sambil menoleh ke belakang sesaat. Melihat seorang tamu lainnya yang tengah duduk di lantai, yang membuatnya sudah ingin tidur saja.

"Aku hanya datang membawa makan malam untuk ayah. Mama membuatkan makanan ini secara khusus. Ini menu kesukaan ayah, nasi goreng spesial pakai udang," kata gadis tinggi semampai yang rambut panjangnya diikat rapi itu.

"Apa kau pikir aku peduli? Lagipula ayahmu tidak ada di sini. Jadi pulanglah! Aku sangat lelah."

Smith memegang kepalanya dengan tangan kiri. Entah bagaimana rasa pening langsung ada di sana. Sementara tangan kanannya di gerak-gerakkan sebagai pertanda bahwa Smith berharap agar gadis itu lekas angkat kaki dari rumahnya.

"Tapi mama sangat khawatir pada ayah. Ayah belum pulang, juga tidak bisa dihubungi. Terakhir dari sini, ayah masuk angin dan sakit maghnya juga kambuh. Aku tidak..."

"Sudah aku katakan padamu, ayahmu TIDAK ADA DI SINI!" tukas Smith dengan suara sangat lantang. Hingga membuat Janu menghentikan jari-jarinya yang bergerak lincah di atas laptop. 

Janu menoleh ke arah Smith. Ia sungguh ingin tahu, dengan siapa Smith berbicara hingga terdengar begitu marah. Tapi Janu menahan rasa ingin tahunya. Ia tidak mau ikut campur dalam urusan pribadi Smith.

"Dengar, aku sungguh malas berbicara padamu, tapi berhentilah menanyakan ayahmu. Dia sudah besar, sudah bisa menjaga diri. Biarkan saja dia pergi. Tidak ada gunanya menunggu orang seperti itu. Akan lebih baik jika dia tidak kembali lagi."

Smith sudah sangat berusaha untuk menyabarkan diri. Tapi semua memang terasa sulit. Ia tidak pernah suka dengan situasi seperti itu. Smith masih belum bisa menjernihkan pikirannya dari masa lalu.

"Smith, aku tahu kau sangat marah pada ayah. Dan tidak suka padanya, tapi tidak seharusnya kau..."

"Tsuut! Mengapa kau sangat menyebalkan?"

kata Smith memotong ucapan tamunya. Ia sungguh kesal pada gadis yang seumuran dengannya itu. 

Smith pun berlalu meninggalkan gadis yang berdiri di depan pintunya, tanpa mempersilakan masuk, juga tanpa menutup pintu. Seolah membiarkan tamunya untuk memilih sendiri akan masuk atau pulang.

Smith yang kesal berjalan menuju ruang tamu masih dengan menggerutu. Janu pun terkejut saat Smith membanting tubuhnya ke atas sofa. Kepala singa jantan itu benar-benar terasa nyut-nyut karena gadis yang masih berdiri di ambang pintu rumahnya.

Perempuan yang bertamu malam-malam itu bernama Sisilia Pradita. Putri dari istri kedua Hendry Sasongko, ayah Smith. Tapi ia bukan anak kandung Hendry. Sisil merupakan buah cinta dari Sinta dengan suami pertamanya yang sudah meninggal.  

Gadis itu adalah anak perempuan yang dulu dilihat Smith kecil di taman kota saat mengantar almarhum ibunya periksa ke dokter. Gadis kecil yang tampak sangat bahagia menerima kado dari Hendry.

Sisil sangat berbeda dengan Smith. Baik dari tampilan ataupun perangainya. 

Gadis itu selalu tampak anggun dengan rok atau dress. Ia juga kerap mengenakan baju dengan ornamen bunga, juga renda yang membuatnya terlihat semakin feminim.

Selain itu, Sisil juga berbicara dengan santun dan lembut. Tidak suka berteriak, apalagi membentak. Sungguh bertolak belakang dengan Smith yang setiap hari selalu berkata kasar. Entah pada diri sendiri atau orang lain.

"Apa semua baik-baik saja? Siapa yang datang? Kau terdengar sangat marah."

"Bukan urusanmu. Diam dan selesaikan saja urusanmu. Tidak usah sok peduli padaku," jawab Smith tanpa membuka matanya.

Janu menggelengkan kepalanya. Ia tidak habis pikir mengapa Smith bisa begitu kesal untuk hal-hal sepele yang sebenarnya bukan suatu masalah. 

Tapi raut wajah Janu kemudian berubah, ketika seorang gadis memasuki rumah Smith setelah beberapa saat sebelumnya hanya berdiri di ambang pintu membawa sebuah rantang antik bercorak bunga lili.

"Sisil?"

"Janu?"

Dan orang yang paling kaget di antara mereka tentu saja, Smith. Gadis yang semula merebahkan badannya di atas sofa itu, kini langsung duduk dan memandang saudara serta teman satu kelasnya dengan tatapan heran.

"Kalian saling kenal?" 

"Ya, kami teman satu kelas saat SMA dulu," jawab Janu yang diikuti senyum manis Sisil.

"Hebat. Ini benar-benar luar biasa. Ada dua orang sinting yang reunian di rumahku. Haah, aku bisa gila. Aku benar-benar akan gila," gerutu Smith yang berdiri sambil meletakkan kedua tangannya di dahi.

"Smith, kau mau kemana?" tanya Janu yang mulai curiga Smith akan meninggalkannya.

"Ini rumahku, terserah aku mau kemana saja," sahut Smith tanpa menoleh.

"Tapi tugas kita be..."

"Selesaikan saja sendiri. Atau tinggalkan saja biar aku kerjakan nanti. Sekarang kepalaku rasanya mau pecah."

Smith tetap melanjutkan langkahnya. Ia bahkan sudah menaiki tangga dan tidak menghiraukan Janu sama sekali.

"Dan kau, anggap saja ini seperti rumahmu sendiri. Tapi aku sarankan agar kau cepat pulang. Aku sudah pengalaman menunggu lelaki itu. Dia hanya akan membuatmu kecewa. Mungkin saja sekarang dia sedang berkunjung ke rumah simpanannya."

Janu bisa melihat kemarahan di wajah Smith saat berbicara pada Sisil dari lantai dua. Ia tidak tahu apa yang telah terjadi antara teman lama dan teman satu kelasnya itu. 

"Sisil..." kata Janu lirih melihat Sisil yang berkaca-kaca matanya.

"Tidak apa, Janu. Tolong maafkan Smith. Dia selalu berbicara kasar pada siapapun. Tapi sebenarnya dia gadis yang baik."

Sisil berusaha untuk tetap tersenyum. Membuat Janu juga menggulirkan senyum di wajahnya. Sebenarnya ia merasa tidak enak hati karena harus menyaksikan peristiwa seperti itu.

Biasanya Sisil selalu diperlakukan dengan sangat baik oleh siapapun. Janu belum pernah melihat seorang pun memarahi Sisil sejak sekolah dulu.

Sisil yang santun dan cemerlang, juga sangat cantik, selalu menerima pujian dari semua orang. Baik dari sesama siswa, ataupun dari guru-guru.

"Tapi, apa hubungan Sisil dengan Smith? Mengapa Sisil menunggu ayahnya di rumah Smith?" kata Janu dalam hati yang sempat samar-samar mendengar percakapan antara dua gadis jelita di pintu rumah mewah itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
SaRie HaRyanto
bagus crta nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 186_ Suka dalam Duka

    Janu menelan ludah setelah mengetahui yang sebenarnya terjadi. Ia menghembuskan napas panjang, menyayangkan kecelakaan yang sampai menewaskan Sinta."Janu, Ayah minta maaf. Kau benar, Ayah sudah melakukan kesalahan besar. Kini semua telah terungkap. Sinta sudah menunjukkan siapa dia sebenarnya.""Tidak, Ayah sudah keliru jika meminta maaf padaku. Ayah tidak punya salah padaku," kata Janu memasang senyum lebar. Sama sekali tidak menunjukkan adanya kemarahan apalagi dendam."Tapi Ayah sudah mengusirmu dari rumah.""Tidak Ayah. Sejak awal itu bukan rumahku. Tapi sejak kecil, Smith telah tinggal dan tumbuh besar di sana. Ada banyak kenangan manis di rumah itu. Jadi, akan lebih tepat jika Ayah meminta maaf pada Smith.""Benar, itu semua benar. Ayah tahu kesalahan Ayah pada Smith tidak akan termaafkan.""Tidak Ayah. Smith sudah berjanji untuk memaafkan Ayah."Janu pun ke luar untuk memanggil Smith. Sesaat kemudian Janu kembali dengan mengga

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 185_ Kecelakaan Maut

    Bruaaakkk!"Mama!" jerit Sisil saat melihat mobil yang ditumpangi Sinta bertabrakan dengan mobil lain.Sontak saja jalanan sekitar menjadi sangat ramai. Orang-orang mulai berkerumun untuk melihat lebih dekat kecelakaan itu.Sementara itu, Smith masih berada dalam dekapan Janu. Peristiwa kecelakaan itu berada tepat di belakang mereka. Suara dua mobil yang bertubrukan itu terdengar begitu keras di telinga mereka. Kerasnya tabrakan yang terjadi bahkan sampai membuat salah satu mobil terbalik.Sisil langsung menghentikan mobilnya begitu saja, tanpa menepi dulu. Ia ke luar dengan berlinang air mata. Berlari mendekat untuk melihat keadaan mamanya."Mama ...!" jerit Sisil lebih lantang melihat mamanya mengeluarkan banyak darah dari kepala dan telinga.Smith dan Janu langsung menoleh. Mereka mengenal dengan baik suara perempuan yang berteriak itu. Smith dan Janu langsung terbelalak karena mengenal mobil yang terlibat kecelakaan lalu lint

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 184_ Permintaan Janu

    Mendadak Smith dan Janu menjadi buronan banyak orang. Anak buah Hendry dan orang-orang Sinta sedang berusaha keras melacak keberadaan pasangan muda itu. Sedangkan Sisil, diam-diam mengikuti mamanya.Baik Hendry maupun Sinta sama-sama sibuk menghubungi nomor ponsel Smith, tapi jelas tidak tersambung karena ponsel Smith ikut terbakar. Mereka lantas menghubungi Janu, tapi tidak bisa juga. Ponsel Janu terjatuh ketika lelaki itu pingsan."Bangs*t! Lihat saja, kalau aku sampai menemukan kalian, aku pastikan kalian mamp*s!" umpat Sinta sambil mengendarai mobilnya. Sesekali ia menagih informasi hasil dari pencarian anak buahnya.***"Apa kau yakin kau tidak apa-apa?" tanya Smith melihat suaminya yang masih tampak pucat."Aku baik-baik saja. Selama kau bersamaku, aku akan selalu baik," jawab Janu sambil memegang tangan istrinya. Ia juga menyunggingkan senyum yang membuat hati Smith leleh hingga tanpa sadar pipinya memerah.Di dalam angkot itu hanya a

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 183_ Buku Doa

    Dengan dada hampir meledak, Hendry membuka pintu rumahnya. Tidak cukup sampai di situ, Hendry juga berteriak-teriak memanggil sang istri.Pak Jono yang melihat hal itu, menjadi sangat takut. Ia tahu majikannya sedang sangat murka setelah mendengarkan pengakuannya.Sejujurnya Pak Jono terhitung nekat. Sinta telah melarangnya untuk mengatakan pada siapa pun bahwa majikannya itu telah pergi ke lingkungan kost Smith. Tapi Pak Jono tidak bisa menyembunyikan apa yang ia ketahui. Tuan Hendry harus tahu semuanya, begitulah pikir Pak Jono."Ada apa, Ayah?" kata Sisil yang baru saja membuka kulkas di dapur untuk mengambil air dingin. Ia Langsung berlari menghampiri sang ayah yang terdengar murka menyebut nama mamanya."Di mana mamamu?" bentak Hendry dengan urat leher yang mencuat.Sisil menelan ludah. Ia tidak mengerti mengapa ayahnya sampai membentak dirinya. Sisil merasa tidak melakukan suatu kesalahan apa pun."Mama ... Mama sedang ke luar, Ayah,"

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 182_ Hati Ayah

    Sudah barang tentu kalau wajah Hendry tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang luar biasa besar melihat lingkungan kost tempat Smith dan Janu tinggal telah hangus terbakar. Bahkan hingga kini api masih diusahakan untuk dipadamkan.Tanpa pikir panjang, Hendry langsung ke luar dari dalam mobilnya. Ia pun berlari mendekat, bertanya pada siapa saja yang ia temui terkait keberadaan putri dan menantunya. Tapi tentu saja semua yang ia tanyai menggeleng. Tidak ada satu pun yang mengenal orang bernama Smith dan Janu. Mereka bahkan tidak tahu siapa lelaki berkemeja hitam yang bertanya pada mereka.Benar, meski Hendry Sasongko adalah pengusaha sukses yang sering muncul dalam koran bisnis ataupun berita-berita di internet, bahkan televisi, kenyataannya sosoknya tidak menjadi penting dan berharga bagi orang-orang pinggiran di sana.Bagi mereka hidup adalah perjuangan tiada akhir. Tidak berjuang artinya tidak akan makan, sama dengan menggali lubang sendiri. Hal-hal terk

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 181_ Ciuman Cinta

    Janu melepas sendiri selang oksigen yang terpasang. Ia merasa kurang leluasa untuk berbicara. Tentu saja hal itu membuat Smith menanyakan kondisinya. Smith tampak sangat gusar melihat Janu yang masih pucat dan lemah."Tidak apa. Aku baik-baik saja. Melihatmu ada di hadapanku seperti ini membuatku langsung sembuh. Katakan padaku apa kau terluka? Apa ada tubuhmu yang terkena api?" kata Janu yang merasa seperti satu tahun tidak bertemu dengan istrinya."Sebagai orang yang baru sadar, kau terlalu banyak bicara," tukas Smith dengan wajah kesal, tapi hatinya sangat senang dan lega."Maafkan aku. Aku tidak bisa menahan diri. Selalu ingin berbicara saat bersamamu. Sekarang jawablah, apa kau terluka?""Tidak, aku baik-baik saja. Katakan padaku bagaimana dengan napasmu? Apa masih terasa sesak?" tanya Smith dengan jantung yang nyaris melompat ke luar."Tidak," jawab Janu yang kemudian menghela napas panjang untuk memastikan napasnya memang telah normal.

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 180_ Akhirnya Cinta

    Smith terbatuk-batuk. Tidak dipungkiri kepulan asap membuat dadanya menjadi sangat sesak. Juga penglihatan yang menjadi sangat terbatas. Ia berkedip beberapa kali karena asap itu juga membuat matanya perih.Janu masih mengira bahwa Smith yang alergi debu menjadi sangat tersiksa karena asap yang memenuhi bilik kost mereka. Ia lekas-lekas mengambil dua pakaian dari dalam lemari dan mencelupkannya ke dalam bak air. Dengan sigap Janu menutupkan baju itu ke hidung istrinya.Dari luar, suara teriakan Pak Herman memberi peringatan pada Smith dan Janu yang masih terperangkap api. Pak Herman menjadi sangat was-was melihat dua sandal yang ada di depan pintu kost nomor empat. Asal tahu saja, bagian depan bilik, termasuk atap dan pintu telah dipenuhi api. Tidak ada jalan bagi Smith dan Janu untuk ke luar."Smith jangan biarkan kain ini lepas dari mulutmu. Aku akan mengambil selimut," kata Janu setengah berteriak. Ia bersicepat menarik selimut putih yang ada di atas ranjang.

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 179_ Membakar Sampah

    Pagi-pagi sekali Sinta telah rapi. Ia mengendap diam-diam ke luar dari kamar, tidak ingin diketahui oleh Hendry. Sinta akan melakukan pekerjaan besar hari ini. Sebuah pekerjaan yang akan sangat menyenangkan jika sampai berhasil dilakukan.Dengan cepat Sinta berjalan menuju lantai dasar. Ia bahkan membuka pintu rumah dengan hati-hati agar tidak ada orang rumah yang mendengar.Sinta tersenyum lebar saat melihat Pak Jono sedang mengelap mobil. Ia pun bergegas menghampiri Pak Jono."Pak, cepat antarkan aku!" perintah Sinta tanpa basa-basi. Semakin cepat ia pergi, akan semakin baik."Ke mana Nyonya?" tanya Pak Jono keheranan. Biasanya majikannya itu lebih memilih untuk ke luar dengan mengemudikan mobil sendiri. Selain itu, hari masih terlalu pagi untuk Nyonya Sinta bangun.Satu-satunya alasan Sinta memilih untuk ke luar diantar Pak Jono adalah lantaran ia tidak tahu pasti lokasi yang dituju sebab belum pernah ke sana. Meski Sinta mengantungi alamatnya,

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 178_ Malaikat Maut Smith

    Pak Jono menghembuskan napas panjang, bingung dengan tujuan dari sang majikan yang memintanya mengantar ke satu tempat dan berpindah ke tempat lain, tanpa tahu apa yang ingin dilakukan.Pak Jono mengamati ekspresi wajah sang majikan yang tampak tetap berkerut dahinya. Ia juga bisa melihat gurat kecemasan yang membuat sang majikan menatap ke arah jendela mobil, memandang entah."Tuan ... " panggil Pak Jono akhirnya setelah tidak mampu lagi menahan rasa ingin tahunya."Ada apa Pak Jono?" sahut Hendry masih dengan kening mengernyit."Apa ... tadi Tuan ingin menemui Bibi Ipah?""Ya," jawab Hendry cepat dan singkat. Seolah sebagai tanda tidak boleh ada dialog lagi sesudahnya.Entah mengapa jawaban Hendry itu membuat Pak Jono menelan ludah. Sejujurnya Pak Jono ingin bertanya lebih lanjut menyoal tujuan majikannya itu menemui Bibi Ipah padahal hari sudah larut dan semestinya majikannya itu tahu kalau panti tentu sudah tutup.Pak Jono j

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status