Share

8. Hilang seleraku untuk masuk kerja hari ini!

Afgan merasa tersudutkan karena luka di punggungnya. Pria itu mengalami tragedi besar ketika dia masih seorang anak kecil. Dia tumbuh di tengah kesibukan orang tuanya yang jarang ada di rumah. Meskipun diabaikan oleh ayah dan ibunya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri, Afgan menemukan penghiburan dan kasih sayang sejati dari seorang pengasuh paruh baya yang penuh cinta.

"Bik Minah," gumam Afgan dengan suara gemetar, mencoba menutupi rasa sakit yang menghantamnya begitu mendalam. Dia merasakan embun mulai terkumpul di kedua matanya, menandakan bahwa bahkan hatinya yang beku sekalipun tak bisa menahan emosinya.

Afgan melajukan mobilnya lebih kencang. "Seharusnya aku yang meninggal dalam kejadian itu!" pekik Afgan dengan nada tinggi dan masih berusaha menahan amarahnya.

Pengasuh itu adalah satu-satunya orang yang benar-benar peduli padanya, memberinya kasih sayang dan perhatian yang dia butuhkan. Dia menggantikan peran ayah dan ibunya yang tidak pernah ada di sana untuknya.

Hubungan istimewa ini membuat Afgan sangat mengasihinya. Pengasuh itu mengajarkan padanya nilai-nilai kehidupan, memberinya rasa keamanan, dan membimbingnya melalui masa kecilnya yang sulit.

Namun, nasib tragis menghantam mereka suatu malam. Rumah mereka habis dilalap si jago merah. Saat api melahap rumah mereka, Afgan dan sang pengasuh terjebak di dalamnya.

Afgan kecil berhasil diselamatkan, tetapi tertimpa kayu yang terbakar, sehingga meninggalkan luka bakar yang menganga di punggungnya.

Setiap kali dia melihat luka bakar di punggungnya, dia teringat akan malam itu. Itu adalah luka fisik yang terus-menerus mengingatkannya pada luka emosional yang dalam di dalam hatinya. Amarahnya akan memuncak detik itu juga.

Dari luar, dia tampak kuat dan tak tergoyahkan, tetapi di dalam, dia adalah orang yang hancur dan penuh dengan rasa sakit yang tak terlukiskan.

Baginya, dunia adalah tempat yang dingin dan kejam, dan dia bertekad untuk tidak membiarkan siapa pun mendekat, takut bahwa mereka akan mencuri sepotong kehangatan yang tersisa dalam dirinya.

"Arghh! Hilang seleraku untuk masuk kerja hari ini!" teriak pewaris arogan itu dengan gusar.

Sesaat kemudian, Afgan memutuskan untuk memutar kemudi stirnya menuju ke hotel tempat Melinda bekerja. Perutnya belum terisi makanan dan perasaannya sedang bercampur aduk.

"Lebih baik aku mengajak Melinda untuk sarapan bersama," ujarnya dengan bersemangat.

***

Sesampainya di tempat kerja, Adelia mencoba menyembunyikan perasaan di balik senyuman profesionalnya.

"Selamat pagi, Adelia Sayang," sapa Melinda dengan hangat seperti biasa.

Adelia hanya membalas dengan senyuman singkat, mengisi absensi jari dan kembali melakukan pekerjaannya yang belum selesai.

Merasa heran dengan sikap Adelia, temannya mendekati, menyikut lengan Adelia dengan sikunya dan setengah berbisik di telinga Adelia. "Apa kabar, pengantin baru?"

Adelia tersenyum kecut dan mendorong pelan tubuh Melinda agar menjauh. Melinda tidak tahu menahu mengenai Afgan yang menikah dengan Adelia. Dia bahkan tidak diundang ke pesta pernikahan Adelia karena Adelia sendiri tidak mendapat kartu undangan selembar pun sehingga dia tidak mengundang siapa pun.

Acara Pernikahan Paksa yang dia jalani benar-benar hanya diselenggarakan unutk mengundang kalangan keluarga pihak laki-laki.

"Semua baik-baik saja kah?" tanya Melinda mulai serius.

Adelia mendengkus dengan kesal lalu menjawab, "tidak ada masalah besar. Selesaikan saja tugas kita. Aku masih harus mengunjungi kamar di lantai 5 dan lift sedang rusak. Suasana hatiku belum baik dan aku memilih tidak mengobrol untuk saat ini."

Melinda mengangguk pelan. "Memang begitulah nasib kita bila bekerja di sini. Aku tidak berencana bekerja selamanya."

"Hei, aku akan berpacaran dengan pria kaya dan menjadi istrinya," ucap Melinda dengan mata berbinar-binar sambil menyatukan kedua telapak tangannya.

Adelia melirik Melinda dengan kesal. Dalam hari Adelia bergumam, 'pria kaya yang sedang kamu targetkan itu adalah suami yang baru menikah denganku.'

Tetapi, tentu saja dia tidak berani mengatakannya. Dengan helaan napas berat, Adelia mencoba fokus kembali pada tugas-tugasnya, berusaha mengalihkan pikirannya dari masalah pribadi.

Meskipun sulit, dia memutuskan untuk tidak membiarkan perasaannya menghambat produktivitas. Dia tidak ingin dipecat karena masih membutuhkan gaji bulanan.

"Oh ya, aku sudah menceritakan tentang pria gantengku, belum?" tanya Melinda dengan sengaja sambil menyenggol lengan Adelia menggunakan sikutnya sekali lagi. Wanita itu tidak menyadari bahwa Adelia tidak suka disenggol.

Adelia melirik sekilas dan ingin menjawab, tetapi tiba-tiba pintu hotel terbuka dan terlihat sosok Afgan masuk dengan langkah mantap.

Senyum ramah terukir di wajah ganteng milik pria itu, memanggil Melinda.

"Melinda."

Komen (36)
goodnovel comment avatar
Vivi Wibowo
ini yg paling aq benci,rasanya pengen keluar aja🥹
goodnovel comment avatar
Aisya Nadira
kenapa hrus di kunciii???
goodnovel comment avatar
Helmidaria Purba
cerita yang menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status