Share

Bab 2: Kutukan

Author: Chocollacious
last update Last Updated: 2024-09-21 14:56:38

Baru hari pertama masuk kuliah, suasana sedikit canggung. Sepanjang perjalanan menuju ruang dosen, Belinda tidak henti-hentinya terus mendesah. Sudah pasti, karena pertama kali dipanggil ke ruang dosen dengan nada bicara dosen yang ingin menerkamnya, terutama sudah berbuat onar di pertemuan pertama mereka. 

Brandon mengganti lokasi pertemuan di tangga darurat. Entah kenapa Belinda merasakan temperatur udara cukup dingin walaupun tidak ada pendingin ruangan, akibat melihat wajah dosen ini yang awalnya masih menampakkan senyuman manis, kini menjadi dosen killer sedingin kulkas sungguhan. 

“Gimana rasanya pas tau saya adalah dosen yang mengajarmu?” tanya Brandon dengan nada mulai judes. 

“Anu … tentu saja saya sedikit terkejut karena pertama kali diajar dosen masih muda.”

“Bukan kaget karena kamu ketemu pemuda yang bertengkar denganmu di parkiran, kemudian kamu baru tau aku adalah dosen?” Nada bicara Brandon semakin meninggi membuat Belinda merasakan kakinya semakin gemetar. 

“Itu–”

Brandon melangkah perlahan mendekati Belinda, sedangkan Belinda semakin mundur hingga akhirnya kakinya menempel pada tembok. Brandon menempelkan telapak tangan kanan di tembok sambil memajukan kepalanya mendekati wajah mahasiswinya. 

“Saya membiarkanmu menjadi ketua kelas di kelas saya. Tapi, asalkan kamu tau saja. Saya paling membenci orang yang bersikap kurang ajar pada saya, terutama di pertemuan pertama kita.”

Mata Belinda mulai berkaca-kaca. “Maaf, Pak. Saat itu saya beneran tidak tau kalau bapak adalah dosen.”

Brandon tertawa remeh. “Minta maaf tidak cukup bagi saya. Saya juga tidak suka orang yang hanya berbicara saja. Saya yakin melihat etikamu tidak elit, kamu tidak akan bisa menikahi siapa pun.”

“Bapak lancang sekali!” bentak Belinda sambil mengepalkan tangan. 

“Pria mana pun tidak akan tertarik dengan gadis yang sembrono dan tidak mengakui kesalahannya. Saya sendiri pun sangat membenci kamu!”

“Apakah ini kutukan untuk saya?” Belinda menghembuskan napas kasar. “Terima kasih lho, Pak. Asalkan tau saja, orang yang suka mengutuk itu juga tidak akan bisa menikah.”

“Pokoknya saya akan mengawasimu terus. Kalau sampai kamu membuat saya marah lagi, saya tidak akan mengampunimu dan mengutukmu sepanjang hidupku!”

*****

Meskipun berpura-pura tegar di hadapan dosen killer itu, isi pikiran Belinda sepanjang hari dipenuhi semua kutukan diucapkan di tangga darurat. Sepanjang hari tidak fokus belajar dan tidak biasanya ia ditegur dosen di hari pertama kelas akibat sering melamun. 

Untuk menghilangkan isi pikiran negatif, biasanya pergi ke sebuah rumah sakit. Namun, rumah sakit itu tidak terletak di pusat kota, melainkan di pesisir kota. Rumah sakit tersebut berisi semua pasien lansia yang hidup sendirian dan membutuhkan sukarelawan yang merawat mereka sepanjang hidup mereka. 

Belinda adalah sukarelawan rumah sakit itu dan selalu merawat seorang wanita paruh baya yang sudah dirawat di rumah sakit selama bertahun-tahun akibat kecelakaan. Tidak hanya merawat dan memberi makan saja, Belinda juga sering mencurahkan isi hatinya, baik sedang mengalami hal buruk maupun baik.

Namun, kali ini menampakkan wajah cemberut sambil menceritakan apa yang dialaminya sepanjang hari. “Jadi begitulah, Bu. Aku apes amat semester ini ketemu dosen yang super galak dan tidak tau diri.”

Wanita paruh baya itu tersenyum tipis sambil menyentuh pundak Belinda. “Tapi dosen itu ada benarnya juga. Kamu memang tidak boleh sembarangan bersikap kurang ajar ke dia.”

“Habisnya dia yang mulai duluan ajak ribut di parkiran.”

“Walaupun dia ajak ribut, tapi bukan berarti kamu menambahkan minyak. Kalau kamu bertengkar dengan dosen, dia akan membencimu sepanjang hidupmu.”

Belinda menghela napas lemas. “Gimana ya agar dia tidak membenciku lagi? Siap-siap deh dia bakal kasih nilaiku jelek.”

Wanita paruh baya itu mengelus tangan Belinda lambat laun. “Kamu harus memenangkan hatinya. Kalau kamu berhasil membuat dosen sedingin kulkas itu tersenyum di hadapanmu, ibu yakin dia tidak akan berani macam-macam denganmu.”

“Tapi apa bisa? Temperamennya saja buruk,” bisik Belinda. 

“Ibu yakin kamu bisa, Belinda. Buktinya saja kamu berhasil memenangkan hati ibu.”

Mendengar hiburan wanita paruh baya ini, Belinda kembali tersenyum sambil memeluk tubuh hangat ini dengan manja. “Ibu memang yang terbaik. Seharusnya ibu adopsi aku saja.”

*****

Sebenarnya tidak hanya Belinda yang berkunjung ke rumah sakit. Sosok dosen killer tampan juga berkunjung sambil membawa buket bunga dan keranjang berisi buah-buahan. Memasuki kamar inap wanita paruh baya itu, hanya saja Belinda sudah tidak menampakkan batang hidung. 

Brandon disambut senyuman hangat wanita paruh baya itu yang membuat mimik wajahnya juga tersenyum sambil memeluk. “Apa aku terlambat hari ini, Bu?”

Wanita paruh baya itu menggeleng. “Tidak, Nak. Ibu tau hari ini adalah hari pertama kamu bekerja sebagai dosen. Gimana hari pertamamu?”

“Cukup menyenangkan juga jadi dosen daripada kerja di perusahaan. Aku jadi teringat masa kuliah.” Membayangkan adegan di saat dirinya bertengkar dengan mahasiswinya di parkiran dan tangga darurat, bibirnya memanyun. “Tapi baru pertama kali aku ketemu mahasiswi yang tidak tau malu dan kurang ajar amat.”

Wanita paruh baya itu tertawa kecil. Entah kenapa merasa kisah yang dialami Belinda dan putranya sangat cocok. Firasatnya, apakah jangan-jangan mereka sudah bertemu tanpa sepengetahuannya? 

“Ibu juga baru pertama kali dengar kamu mengeluh ada cewek yang kurang ajar padamu. Biasanya kan kamu mengeluh mereka justru mengejarmu terus karena kamu tampan.”

“Yang cewek satu ini justru agak lain, Bu. Bahkan aku ga bisa toleransi sikapnya dan aku sempat mengutuk dia. Pagi-pagi saja sudah bikin darahku naik.”

*****

Keesokan harinya… 

Belinda tidak berani berbuat macam-macam selama di kelas setelah mendengar nasihat dari Bu Yenny, meskipun setiap menatap wajah Brandon dari kejauhan membuatnya muak. Namun, berusaha fokus di kelas agar perasaan pribadi tidak dilibatkan dalam penilaian keaktifan kelas dan etika. 

“Belinda, kamu paham kan apa yang saya jelaskan dari tadi?” tanya Brandon tiba-tiba di saat mengakhiri presentasinya membuat Belinda hampir serangan jantung. 

Belinda langsung mengangguk. “Saya paham, Pak.”

Brandon tertawa sinis sambil membuka buku teks. “Karena kamu ketua kelas, jadinya saya akan banyak bertanya padamu selama di kelas.” 

Mendengar ucapan sang dosen semakin menyebalkan, Belinda mengepalkan tangan rasanya ingin menghajar dosen itu. “Kayaknya dia dendam amat sama aku sampai tanya melulu dari tadi!”

Tiba-tiba Brandon memiliki ide usil sambil menatap semua mahasiswa di kelas ini. “Karena bab 1 sudah selesai, saya akan memberikan kalian tugas.”

Semua mahasiswa langsung mengeluh. 

Brandon memukul-mukul meja. “Kalian jangan banyak ngeluh! Tugas kalian sederhana, hanya meringkas apa yang kalian pelajari di bab 1 dan menjawab soal pertanyaan di buku teks.”

Yena langsung menyenggol lengan sahabatnya. “Gua curiga dia tiba-tiba kasih tugas gara-gara masih kesal sama lu.”

***** 

Setelah kelas berakhir, Brandon melakukan kencan buta dengan putri konglomerat di sebuah hotel. Sebenarnya cukup muak melakukan kencan buta setiap minggu yang membuatnya ingin cepat mengakhirinya, meskipun wanita itu terlihat sexy di matanya. 

Melihat wanita itu mulai menunjukkan sikap kurang ajar dengan membuka satu kancing dan mengeluarkan kartu akses kamar hotel, Brandon langsung beranjak dari kursi dengan tatapan dingin. “Saya tidak bisa melanjutkan perbincangan kita.”

“Kenapa? Bukankah pria hot seperti Anda menyukai penampilan wanita sexy begini?” bentak wanita itu ingin meraba dada Brandon. 

Dengan sigap Brandon menangkis tangan wanita itu sebelum tubuhnya dinodai. “Jangan menilai saya hanya dari penampilan saja. Saya peringatkan dulu! Saya tidak menyukai wanita murahan seperti Anda yang suka menggoda pria dengan cara murahan! Selain itu, saya tidak tertarik menikahi Anda walaupun Anda adalah putri dari Pak Xavier. Silakan saja kalau mau mengadu. Saya tidak takut!”

*****

Kali ini Belinda menemani Bu Yenny hingga hari menjelang malam, mengingat Bu Yenny mengatakan kalau putranya hari ini sedikit terlambat karena ada kencan buta. Belinda tidak pernah bertemu putra Bu Yenny dan tidak pernah penasaran sosok pemuda itu seperti apa. Yang penting, hanya fokus merawat Bu Yenny dan merawat sampai bahagia. 

“Kamu tidak pulang saja, Nak? Nanti orang tuamu mencarimu.”

Belinda menggeleng. “Justru aku mau di sini demi bisa bermanja dengan ibu.”

Tiba-tiba terdengar suara seseorang membuka pintu kamar inap ini. Sosok Brandon baru menampakkan batang hidung, terkejut melihat mahasiswi yang selalu menyebalkan di matanya mengunjungi ibunya juga. 

Belinda juga terkejut sampai matanya melotot menatap dosen killer itu hingga tubuhnya berdiri secara spontan. “Bapak gimana bisa?”

“Sedangkan kamu ngapain di sini?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Elok Fatimah
jeng jeng jeng. belinda dan brndon sma2 kgetnya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Killer   Spesial Bab 2: Tahun Baru Istimewa

    Bicara soal perayaan tahun baru, sewaktu masih kecil Belinda merayakan tahun baru bersama keluarga Brandon. Meskipun saat itu mereka baru berteman baik, Brandon langsung memperkenalkan Belinda ke orang tuanya. Memperkenalkan bukan berarti dengan tujuan pernikahan, mengingat usia Belinda saat itu masih kurang dari sepuluh tahun.“Wah, ternyata kalau dilihat secara langsung, Belinda sangat manis ya!” puji Yenny dengan pandangan berbinar-binar mengelus pipi mungil Belinda.Brandon memutar bola mata. “Manis-manis tapi aslinya nakal!”Belinda mendengkus dan menendang kaki Brandon di bawah meja. “Padahal kakak juga nakal! Aku mau minta beli cokelat, tapi kakak ga kasih aku kemarin.”“Lama-lama kan gigimu bisa berlubang kalau keseringan makan cokelat!” “Dasar kakak ga ngaca!”Para orang tua hanya bisa menggeleng-geleng menatap tingkah anak mereka seperti tom and jerry. Terutama Yenny mengelus dada, tidak menyangka sikap putranya juga kekanak-kanakan padahal sudah remaja.“Maaf ya kalau putr

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Killer   Spesial Bab 1: Teman Masa Kecil

    Tiga belas tahun lalu… Sejak bertemu Brandon pertama kali di perpustakaan, Belinda menjadi semakin rajin pergi ke perpustakaan setiap hari. Terutama sengaja menempati kursi yang ditempati Brandon supaya Brandon bisa menjadi guru les matematika setiap ada PR. Apalagi hari ini Belinda mendapatkan banyak PR lagi, sudah pasti ia mengincar pangeran tampan mendatanginya untuk membantu mengerjakan PR. Sudah bermenit-menit menunggu sambil mengayunkan kaki dengan gesit, tetapi tidak ada tanda-tanda dosen itu akan mendatanginya, sehingga membuat bibirnya memanyun. “Kok kak Brandon lama amat ya datangnya? Padahal aku mau dia yang kerjain PR.” Pada saat bersamaan, Brandon menampakkan batang hidung sambil membawa sebuah paper bag berukuran besar. Senyumannya terlihat sumringah, berbeda dari biasanya membuat Belinda penasaran apa yang ada di benak Brandon. “Benar tebakanku. Pasti hari ini kamu pergi ke perpustakaan lagi dan duduk di tempatku,” ucap Brandon sambil menaruh paper bag di meja

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Killer   Bab 100: Keluarga Kecil

    Tidak terasa sang buah hati akhirnya hadir dalam kehidupan rumah tangga Belinda dan Brandon. Mereka dikaruniai bayi perempuan diberi nama Gabriella. Brandon sangat bersyukur memiliki anak perempuan, karena ia masih trauma melihat putranya William selalu berbuat onar yang menyebabkan William dan Isabella berdebat karena masalah anak hampir setiap hari. Namun, mengurus anak tentunya bukan hal yang mudah bagi mereka juga. Walaupun sebelumnya sempat percaya diri ingin punya anak perempuan, yang namanya masih bayi pasti susah diurus juga, apalagi mereka tidak mau punya pengasuh. Sejak sudah punya anak, Belinda memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan dan ingin fokus mengurus anak saja. Lagi pula, tidak mungkin terus bekerja di bawah suaminya sedangkan dirinya sendiri masih punya perusahaan perlu diurus. Perusahaan milik orang tuanya yang kini diserahkan pada semua saudara sepupunya. Selama menjadi ibu rumah tangga, Belinda bangun lebih awal demi mengurus

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Killer   Bab 99: Alasan Menjadi Dosen Killer

    Saat memasuki usia kandungan tujuh bulan, Belinda tidak diperbolehkan bekerja oleh Brandon. Selain itu, untuk menemani istrinya di rumah, Brandon juga berinisiatif bekerja dari rumah kalau tidak ada agenda penting agar istri tidak cepat bosan dan tidak ada jadwal mengajar di kampus. Sejak mengajar mata kuliah akuntansi, Brandon semakin sibuk mereview tugas mahasiswa. Tidak seperti dulu hanya mengajar mata kuliah strategi manajemen yang tugasnya hanya menjawab pertanyaan di buku teks dan membuat materi presentasi. Akibat lagi banyak pekerjaan kantor belakangan ini, Brandon memiliki ide usil setiap mahasiswanya berbuat ulah di kelas. Sering mengadakan ujian tiba-tiba dengan memberikan soal ujian yang sulit, sehingga para mahasiswa di kampus semakin membencinya.Sekarang pekerjaannya semakin bertumpuk di rumah. Baru memeriksa sebagian tugas mahasiswa sudah membuat kepalanya sakit. Rambut terlihat tidak beraturan akibat keseringan mengacak-acak rambutnya. 

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Killer   Bab 98: Ngidam Suami

    Sejak Belinda memasuki masa mengandung anaknya, sikap Brandon sebagai suami dan bos semakin ketat. Ia tidak membiarkan istrinya pulang malam atau diberikan pekerjaan kantor yang berlebihan. Bahkan ia sudah memperingatkan semua pegawainya untuk tidak membuat Belinda merasa repot selama bekerja. Akibat sikap Brandon yang sangat berlebihan, selama bekerja di kantor Belinda cepat bosan. Tidak seperti saat sebelum hamil, ia diberikan pekerjaan cukup banyak, sedangkan sekarang pekerjaan banyak itu dilimpahkan ke Yena. Belinda merasa segan karena secara tidak langsung menghambat Yena yang ingin berkencan dengan Daniel setiap pulang kerja. Selain itu, setiap pulang kerja, Brandon berinisiatif mendatangi Belinda bermaksud untuk mengajak pulang bersama. Tidak peduli semua pegawainya iri melihat sikapnya yang romantis pada istri, nomor satu dalam pikirannya adalah memastikan istri selalu sehat di matanya. Gara-gara setiap hari dimanjakan suami, Belinda semakin ing

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Killer   Bab 97: Keajaiban

    Urusan ingin memiliki sang buah hati, Belinda tidak ingin mengambil pusing lagi. Entah akan ditanyakan seperti apa, tidak peduli. Apalagi tidak melakukannya hanya sekali. Hanya bisa berharap keajaiban mendatangi kehidupan rumah tangga mereka walaupun sudah berbulan-bulan berlalu. Namun, entah kenapa Belinda merasakan tubuhnya sejak bangun tidur seperti ingin memuntahkan seisi perutnya. Meskipun begitu, tetap berusaha tegar di hadapan Brandon supaya diperbolehkan pergi bekerja hari ini. Seperti biasa, Brandon selalu memanjakannya. Tidak enak badan sedikit langsung dibilang tidak usah bekerja. Walaupun diberikan nasi omelet merupakan makanan favoritnya, Belinda ingin memuntahkan seisi perutnya. Terpaksa menghabiskan nasi omelet buatan suaminya, entah nanti berakhir di kamar mandi atau tidak, daripada menyinggung perasaan suami di pagi hari. Sebenarnya Brandon mulai curiga melihat sikap Belinda belakangan ini tidak seperti biasanya. Padahal biasanya sarapa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status