Share

Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan
Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan
Author: Almiftiafay

1. Perjodohan Darurat

Author: Almiftiafay
last update Huling Na-update: 2024-09-10 21:47:58

“Apa?! Menikah dengan Pak Kelvin? Papa bercanda?!”

Amaya hampir saja menjerit saat mengatakan itu pada sang ayah—Athan—yang sedang berbaring di atas ranjang rawat rumah sakit.

Mata Amaya melebar pada ayahnya yang mengangguk dengan tegas membenarkan, “Iya, May,” jawabnya.

“Nggak mau!” tolak Amaya. “Pak Kelvin itu umurnya jauh beda sama aku! Papa belum tahu saja gosip apa yang dibilang sama semua mahasiswa kalau dia itu sukanya sama … cowok juga,” lanjutnya sedikit lirih.

“Mengarang!” kata ayahnya, mendengus mendegar celotehannya.

Amaya hampir saja kembali memprotes Athan sebelum pria yang rambutnya bersemburat putih itu menyela, “Gimana kalau ini permintaan terakhir Papa?” tanyanya. “Apakah kamu juga masih akan menolak?”

“Pa—“

“Papa lelah menghadapi kamu yang nakal dan nggak bisa diatur!” potongnya. “Menikahlah … maka dengan begitu kamu akan memiliki tanggung jawab dan memikirkan sesuatu bukan untuk kesenanganmu sendiri.”

Bibir Amaya tertekuk sedih. Ia tak serta-merta menjawab ayahnya, melainkan lebih dulu memandang seorang pria berkemeja hitam yang berdiri tak jauh dari pintu.

Kelvin Indra Asgartama, pria yang namanya disebutkan oleh ayahnya itu ada di sini. Kelvin yang tadi kebetulan ada di rumah orang tuanya yang bertetangga dengan Amaya membantu Athan yang jatuh pingsan terkena serangan jantung.

Sebelumnya tak ada yang salah dengan Athan, ayahnya itu baik-baik saja bahkan saat menjemput Amaya yang ada di kantor polisi karena menabrak seorang pedagang sayuran.

Amaya yang tak memiliki surat izin mengemudi diamankan polisi sebelum diamuk ibu-ibu yang sedang berbelanja. Untungnya … kejadian tersebut tidak mengakibatkan cedera berat—selain si bapak sayur yang luka ringan dan dagangannya amblas—serta berakhir dengan cara kekeluargan.

Tetapi sebagai gantinya, justru ayahnya yang tumbang. Amaya yang dilanda kepanikan meminta bantuan dari rumah seberang, yang berbaik hati membawa Athan ke rumah sakit.

Lalu saat ayahnya sadar, Amaya malah dijodohkan dengan gunung es bernama Kelvin.

“Pokoknya … aku nggak mau nikah sama Pak Kelvin,” putus Amaya dengan suara yang bulat. Matanya berair menatap Kelvin yang hanya bersedekap di antara kedua orang tuanya, menikmati perdebatan Amaya dan Athan.

“Lalu mau jadi apa kamu?” tanya Athan. “Kamu sudah sering ribut dengan mahasiswa lain, dan baru saja menyetir mobil saat Papa sudah melarangmu? Kamu nggak bisa diatur, Amaya!”

“Aku ribut juga karena—”

“Harus bilang apa Papamu ini saat bertemu dengan Mamamu di akhirat nanti, May?” potong Athan mendesak.

“Papa nggak akan pergi secepat itu menyusul Mama!” tepis Amaya tak terima jika ia juga harus kehilangan sang ayah.

“Sure, asalkan kamu mau memenuhi keinginan Papa.”

“Tapi Pak Kelvin itu dosenku, Pa,” terang Amaya. “Gimana aku bisa nikah sama dia?”

‘Atau lebih tepatnya apa ada manusia yang tahan hidup dengan sikapnya yang seperti kulkas itu?’ lanjut Amaya dalam hati. Menolak mentah-mentah perjodohan darurat ini!

Amaya menoleh pada Kelvin yang tampak mendengus saat ibunya berujar, “Terima saja,” bujuk ibunya Kelvin. “Om Athan ‘kan pernah membantu dan membuat keluarga kita bisa hidup dengan baik selama ini, Vin,” tuturnya lembut. “Kamu ganteng, Amaya cantik, apa lagi yang kurang? Menikahlah dan bimbing dia sebagai cara kita membalas budi.”

“Apa yang Mama harapkan dengan aku menikahinya?” tanya Kelvin lirih. “Papanya saja menyerah, bagaimana aku bisa menjinakkannya?”

‘Menjinakkan?’ ulang Amaya dalam hati. ‘Dia pikir aku ini kuda liar?!’

Sociopath itu benar-benar menunjukkan wajah aslinya! Mulutnya tak bisa dijaga!

“Apakah … Nak Kelvin juga nggak setuju?” tanya Athan dari ranjang tempat ia berbaring. Matanya yang sayu menatap penuh harap.

“Saya nggak pernah ada pikiran ke sana, Om,” jawabnya. “Apalagi menikah dengan Amaya.”

“Baguslah!” sahut Amaya, mendengus pada Kelvin. “Lagian saya juga punya pacar yang seribu kali jauh lebih ganteng daripada Pak Kelvin!”

“Aah … cowok kerempeng itu?”

Ulu hati Amaya rasanya tertohok mendengar betapa tanpa bebannya Kelvin saat menyebut pacarnya sebagai ‘cowok kerempeng.’ Sepasang matanya membola memandang Kelvin yang bahkan ekspresi wajahnya tak berubah sekalipun ibunya mendesis mengisyaratkan agar ia sebaiknya diam saja!

“Pak Kelvin jangan body shaming dong!” tuding Amaya, rahangnya mengetat memandang Kevin yang justru menyunggingkan seringai.

“Dari mana saya body shaming?” tanya Kelvin. “Bukankah itu benar? Saya curiga dia pemakai—“

“Anda nggak berhak menilainya seperti itu!” potong Amaya menggebu-gebu.

“Uhuk—uhuk—“ Athan terbatuk-batuk, pria itu memegangi dadanya yang membuat Amaya dengan cepat menoleh padanya.

“Papa ….” panggilnya cemas.

“Sudah, nggak usah bertengkar,” pinta Athan. “Dan nggak usah menikah.”

Amaya senang karena akhirnya ayahnya berubah pikiran sehingga ia tidak perlu menikah dengan—

“Biar Papa mati saja dengan nggak tenang,” lanjut Athan yang membuat Amaya urung bersuka cita. Amaya mendekat seraya meraih kedua tangannya yang terasa dingin. “Jangan, Pa ….” lirihnya menahan air mata. “Aku sudah kehilangan Mama loh, masa iya Papa juga akan ninggalin aku?”

Athan tidak menjawab selain meremas dadanya semakin kuat. Matanya terpejam saat napasnya terengah-engah dan ia kembali tidak sadarkan diri.

“PAPA!” panggil Amaya seraya mengguncang tubuh Athan yang tak memberikan reaksi selain pulse yang semakin melemah di layar monitor.

“PAPA!”

Amaya berseru, ketakutan memenuhi dadanya, mengubahnya pada putus asa yang samar memberi petunjuk betapa menyakitkannya sebuah kehilangan.

Ibunya Kelvin meraih kedua bahunya, memintanya menyisih memberi ruang saat dokter dan beberapa perawat datang untuk memeriksa kondisi Athan.

Kaki Amaya terasa lemas kala melihat tubuh ayahnya yang berguncang saat alat kejut jantung diletakkan di dadanya.

“Jangan tinggalin aku, Pa!”

Matanya basah saat jemarinya mengepal saling memberi kekuatan.

Kelegaan yang besar menimpanya saat mereka kembali bisa melihat denyut teratur detak jantung Athan.

“Beliau memang membaik,” ujar dokter saat mendekat pada Amaya dan mereka yang berdiri di sisi lain ruangan. “Tapi kami tidak bisa menjamin Pak Athan akan bisa bertahan lebih lama jika sekali lagi kondisinya drop.”

Mendengar itu, hati Amaya sakit.

Ia mendengar desah napas ibunya Kelvin sebelum wanita itu mengatakan, “Kalian dengar itu?” tanyanya, bergantian memandang Amaya serta anak lelakinya yang menunduk. “Hidupnya sudah nggak lama lagi dan kalian masih menolak memenuhi keinginan terakhirnya? Baik—“ Wanita berambut sebahu itu mengangguk seraya bersedekap. “Nanti kalau Pak Athan benar-benar pergi dan kalian nggak sempat memenuhi keinginannya, kalian yang akan menyesal!”

Ibunya Kelvin mendengus teriring oleh suaminya yang menyahut, “Kalian tolong pikirkanlah ….”

Amaya menelan ludah dengan gugup. Ia memandang Kelvin melalui sudut matanya sebelum menatap Athan yang terpejam di atas ranjang rawatnya.

Bibir Amaya gemetar, ia dirundung oleh ancaman rasa bersalah seandainya Athan pergi dan ia tak mau mengabulkan keinginan terakhirnya.

Tapi jika ia lakukan permintaan itu, bukankah artinya dirinya akan terperangkap dalam pernikahan bersama dengan Kelvin?

Lalu bagaimana hubungannya dengan pacarnya?

‘Sial!’ umpatnya dalam hati.

‘Tapi yang lebih penting biar Papa sembuh dulu ‘kan sekarang?’ batinnya mempertimbangkan. Barangkali ayahnya akan membaik dan hidup lebih lama jika Amaya menuruti keinginannya.

Seisi ruangan yang tadinya tenggelam dalam senyap tiba-tiba hidup saat Amaya membuka suaranya yang serak dan menahan tangis.

“Baik,” katanya. “Saya akan pikirkan keinginan Papa agar saya menikah sama Pak Kelvin.”

….

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (6)
goodnovel comment avatar
Cocom Comariyah
terima aja Amaya
goodnovel comment avatar
Eva
Wahh asik nih ceritanya, FL nya bukan tipe tipe yang lemah. Pasti jadi Tom and Jerry deh mereka tiap hari berante
goodnovel comment avatar
Nissya
Wah wah amara ini cewek yang ...... sifatnya hampir kaya kakak nya Gavin...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    275. Kita Telah Memiliki Pemberhentiannya

    Amaya membiarkan tiga sahabatnya itu memeluknya secara bersamaan. Isak tangis Alin dan Naira sebab rindu terdengar sementara Randy tak bersuara. Tapi saat mereka saling melepaskan, Amaya bisa melihat sepasang matanya yang memerah. “Kangen banget,” kata Alin menyusul ucapan dari Naira yang menyebutkan bahwa ini sudah bulan ke enam mereka tak saling berjumpa. “Aku tanya ke Pak Gafi di kantor apa beliau nggak akan datang ke sini,” kata Randy. “Kalau mau pergi, aku bilang saya sama dua teman saya mau barengan. Dan ternyata beliau malah minta kami cuti biar hari ini bisa datang.” “Serius?” tanya Amaya, menoleh ada Gafi yang tersenyum sementara ketiga temannya itu mengangguk membenarkannya. Perlu diketahui, Alin dan Naira bekerja di Rajs Holdings—perusahaan milik keluarganya Kelvin. Keduanya menjadi tax accountant, dengan Alin yang belakangan ia dengar sedang dipromosikan untuk naik jabatan sementara Naira menjadi ketua tim. Randy ada di Hariz Corp, posisinya sudah lumayan tinggi. Ota

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    274. Tamu Tak Terduga—Pertemuan Kembali

    Amaya hendak melangkah menjauh setelah mengatakan itu, tapi ia tak bisa pergi begitu saja sebab Kelvin merengkuh pinggangnya agar mereka berdiri seperti sebelumnya. Prianya itu menunduk, dan berbisik, "Aku mencintaimu, Amaya." Kecupan sekali lagi jatuh di bibirnya. Senyum merekah saat mereka kemudian menoleh pada Amora yang menangis dan memanggil, "Mama ...." Bocah kecil itu tengah terduduk di atas rerumputan, tengah dibantu oleh si Abang agar bangun. "Nggak apa-apa, Adek ... ayo bangun," kata Keegan lalu mengusap lutut Amora sebelum merdeka menoleh pada Amaya yang bertanya, "Kenapa, Sayang-sayangnya, Mama?" "Amora jatuh, Mama," jawab Keegan. "Nggak apa-apa, 'kan? Udah ditolong Kakak?" Amora mengangguk meski bibirnya masih tertekuk dan pucuk hidungnya yang memerah. "Kalau begitu bisa berhenti sebentar lari-lariannya?" pinta Amaya yang disambut anggukan oleh si kembar. "Bisa." Maka setelah itu Amaya melihat Keegan dan Amora yang berjalan bergandengan tangan, di atas jogging tr

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    273. Keegan Yezekail & Amora Amarilly

    Vancouver, Canada. Tiga tahun kemudian. .... Amaya menggandeng tangan kecil masing-masing di sebelah kiri dan kanannya saat berjalan keluar dari mobil yang ia berhentikan di tepi jalan. Mereka tengah menunggu seseorang keluar dari pintu gerbang itu untuk berjumpa dengannya. "PAPA!" seru suara manis bocah kecil di sebelah kanan dan kiri Amaya secara bersamaan. Mereka melambaikan tangannya pada pria dengan coat panjang warna hitam yang berlari keluar dari pintu gerbang. Kelvin. Pria itu adalah Kelvin. "TWINS!" balas Kelvin tak mau kalah antusiasnya. Ia berlutut seraya merentangkan kedua tangannya, sehingga Amaya melepas 'twins' yang baru saja dikatakan oleh Kelvin itu dan mereka memeluknya. Dua bocah kecil itu adalah Keegan dan Amora, anak kembarnya yang telah lahir dan tumbuh menjadi kembar sepasang yang tampan dan cantik. Keegan Yezekail dan Amora Amarilly, tentu dengan nama keluarga Amaya dan Kelvin di belakangnya, Hariz-Asgartama. Janin kembar yang hari itu

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    272. MOVE ON

    Meski disembunyikan, atau sebesar apa usaha Amaya dan Kelvin menutupi tentang resepsi pernikahan mereka, tapi tetap saja fotonya bocor! Tak hanya resepsi pada pagi hari saja, tapi juga resepsi yang diselenggarakan pada malam hari. Semesta seperti ingin berbagi kebahagiaan itu pada semua orang. Foto-foto mereka yang manis menghiasi forum mahasiswa selama beberapa hari, dari Sabtu, Minggu hingga Senin pagi hari ini. Seseorang menghela dalam napasnya kala ia menggulir layar ponselnya, foto Kelvin yang tampak meneteskan air mata seperti baru saja membuatnya memberikan sebuah pengakuan bahwa pria itu mencintai Amaya sangat besar. Ziel, pemuda itu adalah Ziel, yang duduk di bangku taman yang tak jauh dari lapangan futsal di kampus. Seorang diri, sebelum sebuah suara datang dari samping kanannya dan ikut duduk di sana. "Bang Ziel," sapanya. Wajahnya muncul dan membuat Ziel sekilas melambaikan tangan padanya. "Ya, Randy. Aku pikir nggak masuk kamu tadi," balasnya. "Ngapain nggak masu

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    271. Mari Menua Bersamaku

    Amaya merasa hatinya sedang tak karuan sekarang melihat Kelvin yang menjatuhkan air mata. Saat manik mereka bertemu, Amaya melihat betapa pria itu sangat tulus meletakkan seluruh perasaannya dan seolah menunggu agar hari ini tiba. Gafi tersenyum saat memandang keduanya bergantian sebelum ia memindah tangan Amaya pada Kelvin. Pembawa acara meminta agar Gafi kemudian memberikan ruang dan tempat untuk kedua pengantin yang tengah berbahagia. Amaya tak bisa memalingkan wajahnya, ia terpesona, terperangkap pada Kelvin saat pria itu terus menatapnya dengan teduh. Gerakan bibirnya yang tanpa suara sedang mengatakan, ‘Cantik sekali.’ Dan tentu saja itu diketahui oleh semua orang yang hadir di sana dan itu membuat tubuh Amaya meremang. Apalagi saat pembawa acara mengatakan, “Bapak-Ibu tamu undangan sekalian, sepertinya kedua mempelai kita ini sudah tidak sabar untuk mengatakan apa yang mereka rasakan selama ini,” ujarnya. “Mari kita dengarkan terlebih dahulu sepatah dua patah kata dari m

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    270. Saat Kita Berjumpa

    Kelvin menghela dalam napasnya saat ia menunduk, memastikan bahwa groom boutonniere yang tersemat di dadanya benar dalam keadaan yang rapi.“Vin?” panggil sebuah suara yang tak asing di telinganya sehingga ia mengangkat kepalanya dengan cepat.Ia menjumpai Gafi yang muncul di dekat pintu berdaun dua di dalam kamar hotelnya entah sejak kapan.Kelvin yang melamun, atau memang kedatangannya yang memang tanpa suara?Entahlah ... yang jelas ia memang ada di sini bersamanya, dan mungkin memang sengaja menemuinya.“Kak Gaf?” balasnya seraya menunjukkan senyuman.“Gugup?”“Banget,” jawabnya. Tak menemukan kata lain untuk menggambarkan bagaimana perasaannya sekarang ini selain gugup.Gugup untuk bertemu Amaya, gugup untuk melihatnya dalam balutan gaun pengantinnya yang cantik.Gugup, karena ia bisa saja tak bisa menahan diri nanti dan mencium Amaya secara tiba-tiba.“Setelah ini, aku akan membawa Amaya buat ketemu sama kamu, Vin,” ucap Gafi mula-mula. “Aku sudah pernah bilang ini ke kamu. Tapi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status