Home / Romansa / Pernikahan Rahasiaku dengan CEO / 11. Jangan Berlutut Pada Manusia

Share

11. Jangan Berlutut Pada Manusia

Author: Butiran_Debu
last update Last Updated: 2024-04-25 16:16:49

"Aku sudah mengajukan pada rektor agar kau diberi waktu dan itu hanya satu minggu, tapi kau bahkan tak bisa melunasinya." 

"Tapi, Mr Mark, jika aku melewatkan ujian ini, aku harus mengulangnya kembali. Tolonglah... aku akan melunasinya minggu depan." Dia memohon dengan sungguh-sungguh.

Hanya menunggu satu minggu lagi. Jika dirinya dinyatakan hamil, Jovanka akan mendapat bagian dari kepala yayasan sebanyak yang dijanjikan di dalam kontrak. Itu uang yang sangat banyak meski klien hanya membayarnya dengan uang muka saja. Dan andai pun dia dinyatakan tidak hamil, Jovanka masih akan mendapatkan uang dari tindakan yang dilakukan padanya. Meski itu tidak terlalu banyak, Jovanka masih bisa melunasi biaya semester dan untuk uang sakunya.

"Mr Mark, Anda mendengarku? tolonglah kali ini," pinta Jovanka sekali lagi, melihat lawan bicaranya yang hanya diam.

"Itu di luar wewenangku, maaf, Nona Jovanka. Jika kau ingin mengikuti ujian ini, maka kau harus segera melunasinya sebelum ujian dimulai." 

Tak ada kesempatan Jovanka kali ini, keputusan rektor sudah tak bisa diganggung gugat meski dia terus memohon. Pengaruh ayahnya yang digunakan Queena benar-benar membuat Jovanka tak bisa melakukan apa pun juga. Dia hanya bisa keluar dari ruangan itu dengan pandangan lesu menatap lantai.

Ujian akan dilakukan esok hari dan Jovanka sudah tak memiliki waktu lagi. Bagaimana pun caranya, dia harus mendapatkan uang itu segera meski harus menahan malu meminjam lagi pada Sarah. Dia mencari ponselnya di dalam tas untuk menghubungi sahabatnya, tetapi kemudian gadis itu hanya bisa mengembuskan napas berat.

"Ponselku... di mana itu?" katanya sebelum kemudian mengingat sesuatu.

Jovanka mengusap wajahnya dengan kedua tangan saat mengingat kembali kejadian siang kemarin di depan toko kue. Ya, dia ingat betul saat akan menghubungi ketua yayasan, ponselnya terjatuh dari tangan. Jovanka tidak sempat memikirkan ponsel itu karena perutnya yang sangat sakit. 

Tak lantas kehilangan harapan, Jovanka berlari ke kelas untuk mencari Sarah dan berharap gadis itu pasti bisa membantunya. Toh, minggu depan dia akan mendapatkan uang dan bisa membayarkan pinjamannya. Tapi sekali lagi, Jovanka harus menelan kenyataan pahit bahwa Sarah Spencer tidak masuk hari ini.

"Kenapa semuanya menjadi rumit?"  Dia hanya bisa menyesali penolakannya saat Sarah menawarkan pinjaman tempo hari.

Andaikan Jovanka menerima tawaran itu, bukankah semuanya tidak akan begini? Setidaknya tunggakan akan terselamatkan, dia bisa ikut ujian dan membayar uang Sarah saat sudah mendapatkan miliknya.

"Kau masih tak tahu malu datang ke kampus ini? Astaga... kenapa kau tak juga sadar diri?" 

Queena datang dari arah belakang bersama Adriana. Dua wanita itu tersenyum miring melihat Jovanka yang terduduk  dengan wajah senduh.

"Ibu, tolong beri aku pinjaman, kumohon."

Refleks Jovanka berdiri saat melihat ibu tiri dan adiknya. Hanya ini harapan satu-satunya yang bisa Jovanka lakukan, agar bisa mengikuti ujian semester esok pagi. Dia memohon pada ibu tirinya meski tahu hal itu hanya harapan yang sia-sia. Dia pegang tangan Adriana dan menatapnya dengan wajah yang sangat menyedihkan. Tapi kemudian, wanita akhir empat puluhan itu menepis tangan Jovanka dengan kasar.

"Jangan menyentuhku! Menjauh! Kau tak sadar di mana ini? Jika ayahmu tahu apa yang kau lakukan, kau akan mendapat masalah!" 

Jovanka segera menjauh mendengar ancaman ibu tirinya dan menggabungkan kedua tangan dengan posisi memohon.

"Ma-maaf. Tapi, Ibu, aku-"

"Jangan memanggilku seperti itu, harus berapa kali kuingatkan?" bentak Adriana tidak senang.

Sekali lagi Jovanka menelan bentakan ibu tirinya, tak peduli dengan tatapan mereka yang penuh rasa jijik memandangnya.

"Bi-bibi," panggil Jovanka, kali ini matanya mulai berkaca-kaca oleh dorongan kesedihan di dalam dada. "Aku... tolong bantu aku kali ini. Aku hanya meminjamnya dan akan kukembalikan begitu aku memiliki uang," ucapnya terbata-bata, menjaga tangisan itu tidak pecah seketika.

Sungguh ini adalah hal yang sangat tak ingin Jovanka lakukan. Dia ingat betul saat masih remaja pernah dipukul habis-habisan oleh Adriana. Saat itu Jovanka memohon agar ibu tirinya berhenti, tapi hanya tawa besar serta pukulan yang lebih banyak lagi yang dia dapatkan. Sejak saat itu, Jovanka bersumpah dirinya dirinya tidak akan pernah memohon pada wanita ini lagi.

Namun, hari ini Jovanka harus melupakan sumpahnya dan berlutut di depan ibu tiri dan adiknya.

"Aku harus mengikuti ujianku, kumohon, Bi, tolong berikan aku pinjaman."

"Pinjaman?" Adriana tertawa merendahkan. "Akan kau bayar dengan apa jika aku memberimu uang sekarang?" katanya memberi tantangan.

Jovanka terdiam sejenak. Dia tak mungkin mengatakan dirinya akan mendapatkan uang minggu depan dan bisa mengembalikan kembali pada ibu tirinya. Itu akan menaruh curiga dan membuat masalah baru yang lebih besar.

"Aku akan melakukan apa pun yang Bibi katakan, jika aku tak mampu mengembalikannya."

"Apa pun katanya?" Adriana melihap Queena dan kembali berkata, "Memangnya, apa yang bisa dia lakukan untuk membayar utang pada kita, Queen?"

"Jangan bermimpi! Bahkan jika kau memberinya nyawamu sebagai imbalannya, kami tidak membutuhkan itu sebab kau memang tidak berguna!" Queena berbicara tepat di depan wajah Jovanka, lantas mendorong gadis itu sehingga terjungkal ke belakang.

"Bagus, Sayang, kau memang pintar. Ayo, kita tak boleh berlama-lama berbicara dengan anak pembawa sial seperti dia." 

Ketika kedua orang itu pergi, Jovanka hanya bisa menangisi nasibnya yang sangat buruk. Gadis itu bangun dari lantai dan berlutut di kedua kakinya. Dia hanya bisa melihat kepergian ibu tiri juga adiknya yang sudah semakin jauh. Hatinya dadanya sangat sesak melihat kedua orang itu dengan pakaian mewah sedangkan dirinya untuk membayar biaya kuliah pun harus memohon seperti pengemis.

"Jovanka."

Seseorang memanggilnya dari belakang. Jovanka mengusap air matanya sebelum berbalik melihat pemilik suara. Rasa sesak di dadanya kini bercampur aduk dengan rasa malu saat menyadari pria itu adalah Rich, orang yang menjadi kliennya. 

Kenapa Rich selalu muncul di saat Jovanka dalam keadaan yang menyedihkan? Dia sangat malu memikirkan pria itu mungkin menyaksikan dirinya diperlakukan buruk oleh ibu tirinya.

Pria itu melangkah semakin mendekat dan berhenti tepat di depan Jovanka. Tangan kanannya terulur ke depan wajah Jovanka sembari berkata, "Berdiri. Kau tak pantas berlutut meski mereka lebih tinggi derajatnya darimu."

Bersambung.

Halo, kakak pembaca semuanya, terima kasih sudah mengikuti sampai di sini. Semoga kalian semua menyukai tulisanku kali ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
maria GB
ceritanya bagus dan beda dg lainnya..tpi tamat koq ada lanjutannya..bayar pula...
goodnovel comment avatar
Budi Gerardus
rasai dia itu.
goodnovel comment avatar
Yani Malayawati
Pengen lanjut ga punya duit… ceritanya bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   86. Curiga Kehamilan Cataline.

    Rich turun terburu-buru dari mobilnya dan meraih tangan Cataline. Istri yang bertengkar dengannya tempo hari segera ditarik masuk ke dalam mobil. "Apa yang kau lakukan di sini, Kate? Kau memata-matai aku?" tanya Rich, menatap inti mata istrinya menjadi penjelasan. Namun, mata itu menunduk sendu, sebelum akhirnya menitikkan buliran hangat yang kemudian mengalir di kedua pipi. Cataline menangis? Sebuah pemandangan yang sangat jarang terjadi! Bingung. Begitulah isi kepala Rich sekarang. Mengingat yang terjadi di dalam rumah tangga mereka, seharusnya Cataline datang dengan amarah seperti yang sudah-sudah. Tapi kenapa kali ini dia menangis? "Kate, ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya Rich sekali lagi. Bukannya menjawab, tangis Cataline semakin besar bahkan dia sesenggukan sekarang. Apakah istrinya sudah memikirkan kembali kenapa Rich menikahi Jovanka? Bagus jika itu benar. Setidaknya Cataline tahu kenapa Rich harus menikahi gadis itu. Tapi... bagaimana jika sesuatu yang buruk

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   85. Mengelus Perut Jovanka.

    "Halo, Sayangku." "Kau di mana, Brengsek! Kau sengaja menjauhiku?" Sejak tadi malam Cataline mencoba menghubungi pria itu, tetapi hanya layanan operator yang terdengar mengatakan nomornya tidak bisa dihubungi. Dia langsung mengumpat begitu Liam Nelson mengangkat panggilannya. "Hei, kenapa kau sangat marah? Aku baru kembali dari perjalanan bisnis," terang Liam, masih dengan suaranya yang tenang. Cataline semakin kesal oleh jawaban Liam, dia sudah menunggu di rumahnya sejak pagi tapi pria itu belum juga pulang. "Aku di rumahmu, Brengsek. Kau pulang ke mana? Ke hotel menemui gadis-gadismu?" "Benarkah? Aku baru saja memasuki gerbang, kau akan melihatku jika benar kau di rumahku," kata Liam.Cataline langsung berdiri melihat ke jendela, benar saja mobil Liam sedang memasuki garasi terbuka yang ada di sudut kanan. Gadis itu menutup telepon dan menunggu Liam masuk. Kemarahan atas perlakuan Rich masih terus membuatnya tak tenang. Cataline menenggak beer kaleng yang dibelinya saat di pe

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   84. Jovanka Jatuh Cinta

    [Tuan Rich, Anda marah padaku? Aku sangat menyesal sudah membuatmu tersinggung.]Jovanka membaca ulang pesan yang diketiknya, dan kembali ragu untuk menekan tombol pengirim. Dia menghapus lagi pesan itu dan mengganti dengan yang lain.[Aku hanya bercanda, Tuan Rich, tolong jangan marah padaku.]Sekali lagi, dia hapus pesan itu dan berpikir keras kalimat yang benar untuk meminta maaf."Tapi kenapa aku harus meminta maaf? Dia memang melakukannya," kata gadis itu menggeleng, egonya ikut bermain.Rich sendiri yang lebih dulu menyinggung Jovanka. Pria itu patut mendapat balasan karena sudah menyebut Jovanka sebagai gadis yang tidak menarik."Tapi dia tidak berkata demikian, Jova... dia hanya berkata mempertimbangkan."Kembali Jovanka berkata sendiri.Bisa saja maksud Rich mempertimbangkan bukan karena menganggap Jovanka tidak menarik. Mungkin dia mempertimbangkan karena pria itu adalah suami orang lain sehingga tak seharusnya tidur dengan Jovanka. Apalagi dengan perjanjian pra nikah merek

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   83. Rich Tersinggung?

    Jovanka mengganti bajunya untuk ke sekian kali, dan melemparkan baju terakhir ke atas ranjang. Dia menatap tubuhnya yang hanya mengenakan dalaman, di pantulan cermin."Astaga... semua terasa tidak cocok," keluhnya kecewa.Baru berapa hari yang lalu dia berbelanja pakaian yang sangat banyak, tapi karena tidak teliti, Jovanka melakukan kesalahan. Semua pakaian itu dia beli dengan ukuran dirinya yang belum mengandung, tanpa mencoba terlebih dulu. Bagaimana bisa sesuai? Memang tidak menjadi sempit, hanya saja... perutnya yang mulai membuncit menjadi sedikit terlihat. "Ayolah, Jovanka... kenapa kau pikirkan itu? Ini belum seberapa, bobotmu akan bertambah berkali lipat lagi."Dia akhirnya mengenakan kembali pakaian itu, membuang rasa tak nyaman di kepalanya. Bagaimana pun semua orang di kampus juga akan tahu dirinya sedang mengandung. Hanya menunggu waktu saja.Tak lupa Jovanka memoles wajahnya dengan sedikit riasan, yang ikut dibeli tempo hari. Hanya bedak dan lipgloss tentu saja, sebab

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   82. Kau Cemburu.

    Lihat lah pria itu berdiri dari duduknya. Tentu saja Cataline yang selalu menjadi pemenang. Mendengar istrinya bunuh diri, Rich pasti membujuk dan memohon agar Cataline tidak melompat dari jendela. Kesempatan itu tidak akan Cataline sia-siakan untuk lepas dari semua kejahatannya. Ya, Cataline sudah sering membalikkan kesalahan menjadi kemenangan untuknya, dan Rich selalu mengalah. Tak ubahnya hari ini, Cataline tahu suaminya akan kembali mengalah. Rich pasti memohon, bersujud demi bayi yang sudah lama diidamkan."Jangan mencegahku! Jika kau tidak meninggalkan gadis itu dan menggugurkan bayinya, maka kau akan kehilangan aku dan bayi kita!" Sekali lagi dia mengancam, menatap Rich yang berdiri di sana.Rich tidak bergeming, tetap diam di tempatnya berdiri. Cataline tidak sabar melihat Rich berjalan ke arahnya dan memohon. Tapi sialnya, kenyataan tidak sesuai dengan yang Cataline harapkan."Aku tahu kau hanya mengancam, Kate, sudahlah, kau sudah terlalu sering melakukannya padaku," kata

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   81. Mengancam Bunuh Diri

    "Astaga, sudah berapa aku tertidur di sini?"Dia mengenakan pakaian buru-buru untuk mengusir rasa dingin di sekujur tubuh. Jovanka tidak ingat sejak kapan dia tertidur di dalam bath up itu, sehingga telapak tangan dan kakinya sudah mengeriput. Ketika keluar dari kamar mandi, semakin terkejut dia melihat jam digital yang menunjukkan hari sudah sore."Kenapa dia tak membangunkanku?" kata Jovanka menggerutu, mengingat meninggalkan Rich di balkon kamarnya. Mengatahui Jovanka tidak juga keluar, bukankah seharusnya Rich menggedor pintu? Dia keluar untuk mencari Rich di kamar sebelah, tapi pintunya sudah terkunci.Apa Rich sedang tidur? Jovanka mencoba mengintip dari lubang kunci, hanya gelap yang terlihat mata."Apa yang Anda cari, Nona?"Suara Kenrick memaksa Jovanka kembali berdiri, wajahnya sangat terkejut bercampur malu."Eh, itu... Anda melihat Rich, Tuan Ken?" tanya Jovanka, kemudian mengetuk kepala pelan.Sudahlah ketahuan mengintip, sekarang juga dia berkata jujur tengah mencari Ric

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   80. Bawaan Bayi

    "Istriku, kau sudah mandi?""Kau akan ke mana, Istriku?""Kau menginginkan sesuatu, Istriku?""Istriku, hati-hati ketika berjalan.""Hei, Istriku, jangan banyak termenung, itu tidak baik untuk orang hamil."Gila, ini benar-benar gila. Jovanka takut dirinya akan terbawa suasan jika Rich terus melakukannya. Dia menatap pria itu tajam, menunjukkan bibir sinisnya."Jangan memanggilku seperti itu, Tuan, aku tidak suka!""Kenapa? Bukankah kau memang istriku? Terlepas aku tak boleh menyentuhmu, kau tetaplah istriku yang sah."Ya Tuhan... bisa kah Jovanka menutup mulut Rich dengan sepatunya? Bayangkan saja, sejak pagi tadi di dalam kamar, Rich terus memanggil Jovanka dengan sebutan itu, sampai rasanya Jovanka muak mendengarnya. Ke mana pun Jovanka pergi, Rich mengikuti dari belakang memperhatikan gerak-geriknya. Saat Jovanka melakukan apa pun, Rich akan memanggil dengan sebutan istri seperti yang baru saja dia lakukan.Pernikahan ini hanya sebuah status, bukan pernikahan pada umumnya. Jika Ri

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   79. Pelan-pelan, Istriku...

    Cemas, sedih, bahkan takut sudah menyergap Jovanka sejak dia menandatangi akta pernikahannya di catatan sipil. Ditambah kunjungan ke rumah orang tua Rich, berhadapan dengan wanita yang terlihat tenang tapi juga sinis dan menakutkan, sungguh membuat Jovanka tak bisa tenang.Dia hanya berpura menikmati dua mangkuk es krim untuk menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, dan banyak bertanya membuat wajah ceria agar Rich merasa senang. Tapi sesungguhnya, hanya Jovanka lah yang tahu semua isi kepalanya.Menikah? Sejak kapan Jovanka berpikir akan menikah? Bahkan dia pernah bersumpah tidak akan menikah sampai mati, mengingat begitu malang nasib yang dijalani. Tapi tiba-tiba saja dia menerima tawaran Rich menjadi istri kedua, dan harus berhadapan dengan keluarga kaya raya. Hanya demi seorang bayi yang bahkan bukan miliknya sendiri.Bagaimana jika Nyonya Ruth Cullen tidak menerima Jovanka dan bayinya? Apa yang akan dia lakukan jika wanita itu berwatak sama dengan Cataline, berniat menggugurkan k

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   78. Aku Takut, Bu...

    "Maaf tidak bisa memberi kesan baik di hari pernikahan kita.""Apa?" Jovanka tertawa kecil. "Kita tidak seperti pasangan pada umumnya, Tuan, kenapa harus meminta maaf? Aku bisa melakukannya kelak jika urusan kita sudah selesai," kata Jovanka enteng, tapi tangannya yang gemetar mengangkat sendok itu cukup bisa menunjukkan getir di dalam dada. Rich bisa melihatnya. Jovanka tengah membohongi diri sendiri untuk terlihat biasa saja, tapi tentu saja gadis itu hanya berpura kuat.Siapa gadis yang tak memiliki pernikahan impian? Semua wanita di dunia ini pasti pernah bermimpi menjadi ratu di hari pernikahannya, yang menjadi pusat perhatian semua orang. Tapi Jovanka tidak bisa meraskan itu, justru Rich membawanya pada keluarga yang kemudian merusak hari pertama mereka. Jika ditanya, tentu saja Rich menyesal datang terlalu awal. Seharusnya dia menuruti Jovanka untuk memberi jeda dan sedikit waktu. "Tapi bagaimana pun, aku tetap meminta maaf untuk semua yang terjadi hari ini, Jovanka.""Kenap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status