Share

10. Aku Akan Menanggungmu.

Seminggu pasca tindakan pemindahan embrio, Jovanka kerap merasakan nyeri dada dan perut kembung. Dokter berkata itu normal selama tidak mengganggu aktivitasnya, dia pun bisa melakukan aktivitas seperti biasa, meski dikatakan jangan terlalu kelelahan.

Siang itu Jovanka bekerja seperti biasa di toko kue, menyusun kue-kue yang masih hangat ke ranknya. Sesekali dia melirik saat pelanggan baru memasuki toko dan bertanya apa yang mereka cari. Tiba-tiba dia merasakan kram di perutnya, gadis itu segera berlutut mencegah tubuhnya bisa saja tumbang.

'Di sini ada calon bayi orang lain.' Kalimat itu dia ulang-ulang di dalam hati, menjaga agar dirinya tetap baik-baik saja. Bagaimana pun, Jovanka harus berhasil hamil agar tak sia-sia pengorbanannya. 

Tapi meski sudah berlutut beberapa saat, Jova tidak merasakan ada keringanan, justru itu semakin hebat dia rasakan. Apakah mungkin embrio itu terganggu oleh aktivitasnya? Jovanka kalut dan berdiri perlahan, hal itu membuat Nyonya Green berlari padanya.

"Jovanka, kau sakit?" tanya Nyonya Green khawatir, sebab beberapa hari yang lalu gadis itu sempat meminta ijin libur dengan alasan sakit. "Jika kau belum benar-benar sembuh, kenapa kau masuk bekerja?"

"Maaf, Nyonya, aku hanya sakit perut. Sudah tiga hari aku mengalami sembelit dan mungkin karena itu."

"Astaga anak ini. Pergilah ke dokter jika begitu, aku tak ingin mempekerjakan orang penyakitan!" ketus Nyonya Green.

Benar. Jovanka butuh ke dokter untuk memastikan semua baik-baik saja, dia tak ingin membuang waktu sehingga segalanya menjadi sia-sia.

"Baik, Nyonya, maaf sudah membuat Anda kerepotan," ucap Jovanka merasa tak enak. Gadis itu mengambil tasnya dan berjalan menuju pintu keluar, tapi kemudian dia berhenti di depan toko.

"Aku tak memiliki uang yang cukup untuk bertemu dokter, bagaimana ini?" kata Jovanka mengingat sisa gajinya yang tak seberapa,  sebab kemarin sudah mengembalikan uang Sarah. Kemudian dia menghubungi kepala yayasan, bagaimana pun mereka masih bertanggung jawab sampai kontrak ini berakhir.

Tapi kram di perutnya semakin hebat sehingga Jovanka tak kuat menahan, ponselnya jatuh sebelum panggilan terhubung. Kram di perutnya membuat Jovanka semakin lemah, kaki tak mampu lagi menahan bobot tubuhnya sehingga Jovanka goyah. Meski dia harus terjatuh, Jovanka mempertahankan diri agar perutnya tidak terbentur. Saat lututnya akan berbenturan dengan lantai, seseorang datang menangkap lengannya.

"Kau sakit?"

"To-tolong,  perutku... sangat sakit," kata Jovanka meminta tolong, dia terkejut saat melihat orang itu adalah Tuan Cullen, orang yang menjadi kliennya. "Aku... sepertinya  ada sesuatu yang keluar di sini," katanya menunjuk bagian bawahnya.

Tanpa memikirkan apa pun, Rich menggendong Jovanka di kedua tangan dan berlari membawa gadis itu menuju mobilnya di parkiran, seakan tubuh Jovanka hanya seuntal kain yang ringan. Dia membawa mobilnya menuju rumah sakit, setelah meletakkan gadis itu di kursi penumpang. Sesekali dia melirik ke belakang ketika terdengar suara gadis itu meringis kesakitan.

Begitu tiba di Rumah Sakit pun Rich menggendong Jovanka menuju kamar pemeriksaan dan menunggu dengan tak sabar. Ada banyak hal yang dia pikirkan tentang Jovanka dan keselamatannya. 

Apakah gadis itu menjadi sakit karena tindakan yang dilakukan? Apa maksudnya ada sesuatu yang keluar? Apakah... gadis itu mungkin mengalami keguguran? Tapi seingatnya, dokter berkata mereka akan melihat kehamilan di minggu kedua. Apakah bisa keguguran meski belum hamil? Rich sangat tegang, pikirannya tak karuan, dia berharap gadis itu baik-baik saja.

Saat dokter keluar dari pintu, Rich bergegas menghampirinya untuk bertanya.

"Bagaimana keadaannya, Dokter? Apakah gadis itu baik-baik saja?"

"Tenang saja, Tuan, dia hanya kelelahan, tak ada yang serius untuk dikhawatirkan," jawab sang dokter tenang.

Syukurlah... Rich sedikit lega oleh jawaban sang dokter sebelum kemudian dia teringat keluhan Jovanka.

"Dia berkata ada sesuatu yang keluar. Dokter, bagaimana dengan embrio yang disuntikkan? Itu... baik-baik saja?" tanya Rich kembali. Dia sangat berharap kejadian itu tidak berdampak buruk pada calon janinnya.

"Itu hanya flek dan biasa terjadi setelah embrio transfer. Angka HcG juga baik tapi kita belum bisa memastikan secepat ini. Sebaiknya, Nona Jovanka tidak stres dan jangan dulu melakukan aktivitas berat, menjaga embrio bisa menempel dengan sempurna."

Rich lega tapi menjadi sedikit kesal. Gadis itu, entah apa yang membuatnya harus bekerja di saat semua orang berharap padanya. Beruntung Rich datang ke toko kue sehingga bisa membantunya tepat waktu.

Dia memasuki ruang pemeriksaan dan menatap Jovanka yang terbaring lemah.

"Apa kau sangat terobsesi menjadi kaya, sampai tak sabar untuk bekerja? Sabarlah sedikit lagi, saat kau sukses mengandung, kau akan mendapatkan uang yang banyak," katanya bernada dingin.

Jovanka sangat tersinggung oleh perkataannya dan menjawab dengan nada menyindir.

"Maaf, Tuan, itu salahku. Tapi aku juga butuh pekerjaan untuk berjaga-jaga." 

"Apa uang itu tidak cukup untukmu tidur di hotel?" tanya Rich, padahal dia sudah memberi sebagian uang pada yayasan.

Jovanka tersenyum kecut. "Aku akan mendapatkannya jika kehamilan terjadi. Yayasan tak mau mengambil risiko seandainya ini tidak berjalan sesuai yang diharapkan."

Rich menjadi malu oleh jawaban Jovanka. Ternyata uang yang diberikan pada yayasan belum bisa menjadi hak gadis itu. 

"Mulai hari ini, jangan pergi bekerja. Aku akan menanggung tempat tinggal dan makanmu asalkan kau mendengarkanku. Itu harus berhasil tak peduli berapa kali pun harus diulang!" katanya, lantas meninggalkan Jovanka.

Maksudnya... dia akan membiayai Jovanka bahkan jika tindakan pertama ini gagal? Dia akan terus mencoba sampai Jovanka benar-benar bisa mengandung bayi mereka? Gadis itu tak ingin terlalu percaya diri, tapi jika kata-kata Rich diartikan, bukankah memang seperti itu maksudnya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status