Share

Pengakuan Mertua Kejam

 Baik Kemala ataupun Yana masih tidak saling berbicara sejak beberapa detik yang lalu. Kemala sedang mengamati gerak gerik Yana sementara mertuanya itu sedang berpikir keras untuk membalas semua hinaan yang terlontar dari mulut wanita yang masih berstatus menantunya itu.

 Sebenarnya Kemala bisa saja mengusirnya tetapi ada hal yang ingin Kemala ketahui dari Yana. Selain itu rumah yang ditempati Kemala, sebagian uangnya dari pemberian Yana kepada Herdian yang saat itu hanya milik Kemala.

 “Sebaiknya aku bersiap,” gumamnya sambil melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

 Kemala beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, sebelum itu dia membawa masuk tiga kotak kue ke dalam kamarnya lalu menguncinya. Agar Yana tak bisa merusak pesanan kuenya sepeninggal Kemala.

 Wanita cantik itu selalu menyambut pelanggannya atau siapapun tamu yang datang dengan penampilan yang bersih dan rapi. Itulah salah satu ajaran yang ditanamkan oleh ibunya sejak ia kecil. Untuk memuliakan tamu dengan berpenampilan bersih dan rapi. Sebagai penghormatan untuk dirinya sendiri. Meskipun lahir dari keluarga yang sederhana, tapi nilai-nilai luhur selalu ia junjung hingga saat ini seperti yang diajarkan orang tuanya.

 Tentu pengecualian untuk Yana. Lagi pula dirinya tidak tahu jika wanita ular itu akan berkunjung di pagi hari seperti ini. Belum lagi baru dibukakan pintu, Yana langsung menyerangnya. Hingga dirinya pun terpancing, alhasil dia lupa untuk memperbaiki penampilannya yang masih berantakan setelah berkutat di dapur sejak dini hari.

 “Segarnya ... seketika rasa lelahku hilang setelah mandi,” gumamnya.

 “Huh, meskipun mandi kembang tetap aja bau orang SUSAH,” ejek Yana lirih, hampir tak terdengar oleh Kemala.

 Kemala sengaja tak menggubrisnya karena ia akan kedatangan pelanggan yang kerap memesan kue buatannya. Kini badannya menjadi jauh lebih segar. Tak lupa dia pun memilih pakaian yang baik meskipun tidak mahal dan tidak baru. Menyambut tamu dengan pakaian yang bersih dan rapi, itulah yang paling penting.

 Kemala kembali ke ruang tamu dimana Yana masih duduk sambil memainkan ponsel keluaran terbarunya. Ketika melihat Kemala, sifat buruknya kembali muncul. Yana melancarkan aksinya untuk menghina Kemala.

 “Itu bukannya baju sejak beberapa tahun yang lalu ya, masih ada aja. Ups ... maaf, lupa kalau kamu orang SUSAH. Mana mampu beli baju baru,” cibirnya.

 Kemala tetap tak menghiraukan ocehan tak berarti dari mulut Yana. Selang beberapa menit seseorang mengetuk pintu rumahnya. Kemala pun membuka pintu karena kemungkinan yang datang adalah pelanggan yang akan mengambil kue pesanannya.

 “Selamat pagi!” sapa wanita yang tengah berdiri di depan pintu.

 “Selamat pagi!” balas Kemala.

 Kemala tak dapat berkata-kata lagi, ia terkejut sebab wanita yang datang itu tak lain adalah madunya. Seorang wanita yang baru kemarin dinikahi oleh suaminya, Herdian. Kemala memang kesal dan ingin menunjukkan kemarahannya tetapi ditahannya. Menurut Kemala, belum tentu wanita itu mengetahui siapa dirinya. Dia hanya perlu mengamati situasinya sambil menahan emosi yang mulai memanas.

 “Ibu ... ” Wanita itu terkejut melihat Yana, “Ibu kok bisa ada di sini, apakah ibu juga memesan kue?”

 “Ah, iii-ya. Ibu lagi pesan kue untuk acara pengajian minggu depan. Kamu sendiri sedang apa di sini?” Ternyata benar dugaan Kemala, wanita bernama Mirna itu belum tahu tentang dirinya.

 “Mirna mau ambil kue yang dipesan Mama,” akunya.

 Apakah jangan-jangan, Mirna ini putri Bu Mayang? Pelanggan tetap yang selalu memesan kue pada Kemala. Namun Kemala masih saja diam mendengarkan percakapan ibu mertua dan menantu barunya. Terlihat jelas bahwa ternyata Yana pun menyembunyikan jati diriku kepada Mirna. Bisa jadi Mirna juga tak mengetahui bahwa suaminya masih menjadi suami Kemala yang sah secara hukum agama dan hukum negara.

 “Tunggu deh, kemarin Kak Kemala hadir di acara pernikahanku bukan?” Mirna teringat sesuatu, “Jangan-jangan Mama yang mengundang Kak Kemala ya?” tebaknya.

 “Eng ... anda tahu nama saya?” tanya Kemala, dia sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

 Kalau dia jawab Bu Mayang yang mengundangnya tapi ternyata tidak maka akan membuat Mirna curiga. Kemala tidak ingin Mirna mengetahui tentang jati dirinya sekarang. Sebab dia masih perlu mengorek banyak hal mengenai pernikahan Mirna dengan Suaminya.

 “Tentu saya tahu. Mama saya, Mayang selalu cerita tentang Kak Kemala. Bahkan beliau juga  selalu bilang kalau Kak Kemala mengingatkan beliau pada dirinya sendiri.” Mirna terdiam sejenak, “Ayah saya juga menghilang tanpa kabar saat saya berusia lima belas tahun. Dan Mama berjuang sendirian untuk mencari nafkah membesarkan saya. Hingga usahanya menjadi seperti sekarang ini.”

 Memang benar, Mayang selalu bilang bahwa Kemala mirip dengan kisah masa mudanya. Sebab itu Mayang selalu baik dan membantu Kemala. Dan ternyata dunia ini sangat sempit hingga dia dipertemukan dengan putri Mayang yang tak lain madunya. Tentu sangat dilematis bagi Kemala.

 Bagaimanapun Kemala juga memikirkan perasaan Mirna. Apa yang akan terjadi jika dia tahu bahwa suaminya juga suami Kemala? Kemala melakukannya bukan untuk Herdian apalagi untuk Yana. Dia melakukannya karena Mayang sudah sangat baik padanya. 

 Sementara Yana tertunduk sejak mendengar cerita Mirna tentang keluarganya. Sampai akhirnya dia berani mengangkat kembali wajahnya ketika Mirna berpamitan, “Ibu, Mirna pulang lebih dulu. Mama butuh kuenya untuk meeting di kantor. Atau ... ibu mau barengan aja sama Mirna, kebetulan Mirna bawa mobil. Nanti Mirna antar ke rumah.”

 “Silahkan! Kamu duluan saja. Ibu belum selesai pesan kuenya, masih bingung. Abisnya semua kelihatan enak-enak buatan Kemala,” kilahnya.

 “Baiklah kalau begitu. Mirna pamit ya, Bu.” Wanita yang lebih muda tiga tahun di bawah Kemala itu mencium punggung tangan Yana. 

 “Terimakasih, Kak Kemala. Mama bilang uangnya ditransfer seperti biasa. Tolong dicek, takutnya Mama lupa.”

 “Iya, nanti saya kabari Bu Mayang.”

 Mirna pun keluar dari rumah Kemala, wanita itu benar-benar tidak tahu tentang siapa Kemala. Dan mengapa Yana bisa ada di rumahnya. Di sudut hatinya, Kemala justru menjadi kasihan kepada Mirna daripada dirinya sendiri. Sebab ternyata wanita itu telah ditipu oleh Herdian dan Yana.

 “Jangan sekali-kali kamu mengungkap jati dirimu kepada Mayang atau Mirna. Bisa gagal rencanaku,” ancamnya sambil mencengkeram lengan Kemala.

 “Rencana? Apa maksud Ibu?” Kemala tak mengerti maksud perkataan Mertuanya.

 “Saya menikahkan Herdian dengan Mirna juga agar setengah kekayaan mereka menjadi milik Herdian. Ini untuk masa depan kamu juga, jadi jangan coba-coba mengaku bahwa kamu istri Herdian yang sah.” Yana menjeda kalimatnya, lalu berbisik, “Mirna dan Mayang tahunya  kamu yang tiba-tiba meninggalkan Herdian dengan pria lain.”

 “Apa?” Kemala membelalak ke arah Yana, “Bagaimana bisaaa–“

 “Kak, maaf apakah ada kunci mobil saya di sini? Sepertinya tertinggal.” Tiba-tiba Mirna kembali masuk ke dalam rumah Kemala.

 Entahlah apakah dia mendengar pembicaraan Kemala dan Yana. Sebab tadi Yana berbicara cukup keras. Kemala tidak bisa membayangkan bagaimana jika Mirna tahu. Kemala justru khawatir jika Mirna dan Mayang nantinya mengira mereka semua bersekongkol. Ia tak ingin menyakiti hati Mayang yang sudah dianggap seperti ibunya sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status