Sinar mentari pagi perlahan mulai menyapa, meninggalkan jejak tetesan embun di dedaunan. Pagi yang cerah secerah suasana hati Alya. Hari ini adalah hari pertama gadis itu akan memulai kelas menasaknya. Meski kelas akan dilaksanakan nanti tepat pukul satu siang, tetapi gadis itu sudah menunjukkan semangatnya sejak ia membuka mata.
Kelas yang akan ia ikuti nanti berlangsung selama empat jam dalam tiga hari saja, yaitu setiap hari Selasa, Rabu, dan Sabtu. Gadis itu menyiapkan sarapan pagi dengan sesekali bersenandung, setelah selesai memasak sambil menunggu Adrian keluar dari kamarnya, ia membersihkan rumah dan mencuci baju. Ia mengerjakan semuanya dengan cepat, berharap tak ada yang terlewat saat akan ditinggal nantinya.
Beberapa saat kemudian Adrian keluar dari kamarnya. Kali ini ia mengenakan kemeja slimfit berwarna abu-abu dengan da
Sudah beberapa Minggu berlalu sejak Alya mengikuti kelas memasak, Adrian merasa banyak perubahan pada gadis itu. Menu yang disajikan untuknya tiap hari juga semakin beragam, selain itu Alya juga terlihat semakin ceria. Setiap hari ada saja yang ia ceritakan, mulai dari materi yang diterimanya, teman-teman sekelasnya bahkan guru memasaknya."Pria yang waktu itu ngobrol sama kamu siapa namanya?" Tanya Adrian saat mereka sedang menikmati makan malam."Yang mana?" Alya mencoba mengingat siapa yang dimaksud Adrian. Di kelasnya hanya ada tiga murid pria, dan mereka semua juga baik terhadap Alya."Yang kamu bilang dia mentor di kelasmu." Adrian membantu gadis itu mengingat pria yang dimaksud."Oh, namanya Chef Julian. Sela
Adrian kembali ke apartemennya setelah semalam ia menginap di rumah David dan tidak mendapati Alya ada di sana. Ia melirik jam dinding yang jarumnya menunjukkan pukul tiga sore. Hari ini pria itu tidak masuk kantor karena minum cukup banyak semalam. Adrian memutuskan untuk duduk sebentar di sofa, ia merasa kepalanya masih agak berat.Ponsel di sakunya bergetar dan ia mendapati nama sang kakek tertera di layar."Hallo, Kek. Ada apa?""Ada proyek yang harus ditinjau di Bandung. Apa kamu bisa menggantikan Kakek kesana?""Berapa lama?""Tiga hari saja paling lambat seminggu."
Adrian sudah bersiap berangkat ke kota Bandung, tak lupa berkali-kali ia mengingatkan Alya agar tidak terlalu dekat dengan Adrian. Ia juga mengingatkan agar gadis itu memberi kabar keberadaannya setiap saat. Tingkahnya sudah mirip ibu yang akan meninggalkan putrinya. Alya hanya mengangguk kadang ia mengedikkan bahu jika apa yang dikatakan Adrian tidak masuk akal."Jangan lupa pesanku, jangan dekat-dekat pria itu. Dan selalu hubungi aku kapanpun dan dimanapun kamu berada." ucapnya sekali lagi sebelum pria itu memasuki mobilnya."Jangan lupa juga kunci pintu dan jendela sebelum kamu meninggalkan apartemen. Selesai kursus kamu harus langsung pulang, jangan mampir kemana-mana." Lanjutnya lagi."Apa Tuan batal berangkat aja ya, wakilkan tugas ini pada David. Jadi Tuan bisa mendam
Seperti janji kemarin, hari ini setelah kursus selesai Chef Julian mengajak Alya menuju salah satu restoran yang ia kelola. Sebuah restoran dengan desain modern klasik bertema natural, dengan hiasan bunga-bunga cantik dan beberapa tanaman hias di setiap sudutnya. Restoran ini menyajikan perpaduan menu lokal dan western.Masuk ke dalam mereka menuju sebuah ruangan berukuran empat kali enam. Ruangan ini terbagi menjadi dua bagian, bagian terkecil merupakan ruang kerja. Sedangkan di bagian yang paling besar biasa disebut sebagai laboratorium. Terdiri dari meja yang cukup besar dan panjang, satu unit chiller, satu unit freezer yang semuanya terisi penuh. Lemari untuk menyimpan bahan makanan kering, juga berbagai macam peralatan memasak.Di tempat ini biasanya Chef Julian mencoba resep barunya. Saat memasuki ruangan ini Alya d
Pagi ini Adrian merasakan kepalanya sedikit berat saat bangun, suhu tubuhnya jadi ga sedikit naik. Namun karena hari ini ada pekerjaan terakhir yang harus diselesaikan, mau tidak mau ia harus sedikit memaksakan dirinya. Setelah sarapan dan minum jahe panas yang dipesannya pada layanan hotel, pria itu langsung berangkat menuju pabrik.Hari ini jadwalnya Adrian mengecek instalasi pengolahan limbah. Ia harus memastikan jika selama ini pabrik milik keluarganya mengolah limbah dengan baik agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya.Kunjungannya hari ini berlangsung cepat karena sesuai pemeriksaannya, instalasi ini bekerja dengan sangat baik. Hampir tidak ada komplain dari warga sekitar mengenai dampak pembuangan limbah. Adrian senang dengan kinerja karyawan perusahaannya.S
Adrian melanjutkan tidurnya lagi karena merasa kepalanya masih berat. Tiga jam kemudian ia bangun, itupun karena badannya merasa kedinginan. Ia lupa kalau tidur hanya memakai celana dalam saja, sebab selimutnya sudah diambil untuk menutupi tubuh Alya tadi. Mengingat kejadian beberapa jam yang lalu membuat Adrian tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Konyol sekali gadis itu, Adrian bangkit dan mengambil celana pendek serta kaos dari dalam lemari. Ia melangkah menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya. Keluar dari sana ia melihat Alya tengah memanaskan sesuatu diatas kompor. "Kamu masak apa?" Adrian melangkah mendekati Alya, membuat gadis itu terkejut karena panggilan yang begitu tiba-tiba. "Ma-masak kari ayam," jawab Alya terbata sambil menetralkan debaran jantungnya. "Kenapa kamu terkejut begitu?" Adrian mengerutkan keningnya. "Habisnya Tuan ngagetin saya aja." Alya
Hubungan Adrian dan Alya makin hari makin dekat, mereka mulai merasakan perasaan yang timbul di hati masing-masing. Malam ini Adrian akan mengajak Alya untuk menonton dan makan di luar. Bisa dibilang ini adalah kencan pertama untuk mereka. Sepulang dari kursus Alya bingung memilih baju mana yang akan dikenakannya nanti malam. Ia tidak ingin mengecewakan Adrian, jadi ingin tampil secantik mungkin. Sesekali gadis itu menyibak tirai jendela, melihat ke luar langit hari ini sudah diselimuti mendung yang cukup gelap. Semoga saja nanti malam tidak turun hujan, begitu pintanya. (Jangan lupa dandan yang cantik untuk nanti malam) Sebuah pesan dari Adrian masuk di ponselnya, gadis itu tersenyum sendiri. Sedari berangkat kerja tadi hampir tiap menit pria itu mengirim pesan untuknya. Entah itu menanyakan apa sudah pulang karena ia tidak bisa menjemput, atau berkali-kali mengingatkan dirinya agar tampil cantik untuk nanti
"Selamat pagi, Sayang." Adrian memeluk Alya dari belakang saat gadis itu tengah sibuk membuat sarapan untuk mereka. Membuat jantung Alya berdegup dengan cepat, apalagi deru napas Adrian terasa hangat di pipinya."Jangan suka bikin kaget orang, nanti kalau aku jantungan gimana?" Alya berpura-pura cemberut karena Adrian berhasil mengejutkannya."Maaf, kamu lagi bikin apa?" Adrian menggeser posisinya dan berdiri di samping Alya, tangan kanannya tetap merangkul pundak gadis itu."Bikin sarapan," jawab Alya sambil melanjutkan kegiatan memasaknya."Kamu ada kursus hari ini?""Iya ada sampai dua atau tiga Minggu ke depan." Alya menata makanan yang diolahnya ke atas meja. Sedang Adrian menarik salah satu kursi makan dan mendudukinya."Apa rencana kamu selanjutnya? Apa kamu masih sering ke tempat Chef itu?""Hmm, sebenarnya aku d