Share

4. Beby

Author: Imagi_Nation
last update Last Updated: 2022-01-24 07:20:12

Sesuai perkataan suamiku, Bang Rio menepati janjinya membawa aku dan Yoga berobat. Bang Rio membawa kami berobat di Puskesmas, yang jaraknya bisa kami tempuh lima menit saja dengan menggunakan angkot.

Seakan dunia sedang baik padaku, saat sesampainya di puskesmas pun Bang Rio dengan siaga mendampingi aku dan Yoga untuk di periksa secara bergantian. Kurang dari tiga puluh menit, aku dan Yoga sudah selesai dan menerima obat. Mungkin karena kami datang terlalu pagi jadi antrian tak terlalu ramai.

Bang Rio juga sempat menawariku untuk melanjutkan berbelanja, tapi dengan tegas aku menolak. Tubuhku yang belum terlalu fit, membuat aku sangat merindukan tempat tidur.

Saat asik bercanda dengan dua anak lelakiku di halte yang tak jauh dari puskesmas, tempat kami menunggu angkot pulang.Tampa sengaja aku melihat seorang wanita muda, tengah tersenyum manis menatap suamiku dari kejauhan. Sepanjang ia berjalan mendekati suamiku, senyuman itu tak lepas juga dari paras cantiknya.

"Abang," sapa wanita itu, sembari menepuk pelan bahu suamiku yang tengah fokus memantau angkot. Bahu  Rio sedikit terkejut, dengan tepukan yang tiba-tiba mendarat di bahunya.

"Beby tungguin semalam, Abang kok gak datang? Padalan Beby udah beli baju malam sexy sesuai permintaan Abang. Yang modelnya kayak jaring ikan itu, loh," ocehnya tampa malu, pada orang-orang yang ada di sekitarnya. Begitu juga suamiku, ia seperti enggan membalas sapaannya. Bang Rio juga menjadi salah tingkah, saat kedua iris  kami saling bertemu.

"Siapa tadi namanya? Beby?" Gumamku berbicara sendiri.

Betapa kecewanya hati ini, mengetahui nama yang sempat Bang Rio sematkan kepada anak perempuan kami. Merupakan nama selingkuhannya. Membuat aku mendadak jijik, terhadap darah dagingku sendiri. Ah ... Bukan anakku yang salah, tapi Ayahnya yang memang tidak ada otak. Semoga aku tak melakukan hal aneh setelah ini.

"Ayo, Ana. Sadar, sadar," Gumamku berbicara sendiri.

 

"Kenapa sih bang? Kok, Beby di pelototin gitu? Abang lagi bayangin, Beby, ya? Make baju transparan, terus nari-nari di depan Abang, buat pemanasan ena-ena kita," oceh wanita itu lagi semakin vulgar. Sekarang ia saja tampa malu, bergelayut manja di bahu suamiku yang tak menolak kehadirannya sedari tadi.

Sekuat tenaga aku berusaha untuk tetap tenang, demi anak-anakku.  Masalah perselingkuhan , ini bukan lah pertama kalinya Bang Rio mengkhianatiku. Bermodalkan wajah tampan yang semakin hari memudar karena faktor ekonomi. Ia tetap mampu mendapatkan wanita yang bersedia tidur dengannya. Entah itu secara suka sama suka atau harus mengeluarkan uang. 

Bukan berarti aku tak pernah melarang perbuatan zina suamiku. Namun, karena itulah aku menjadi gila, yang berakhir kerap menyiksa Yoga ketika ia masih bayi. Setiap aku bertengkar dengan Bang Rio yang kedapatan selingkuh. Aku akan dihajar habis-habisan suamiku. Kata Bang Rio itu smw salahku, karena aku nifas dan belum bisa di sentuh, ia memilih berselingkuh.

 Rasa sedih dan kecewa yang tak boleh aku luapkan lagi, berdampak fatal. Membuat aku sempat menyalahkan kelahiran Yoga yang membuat suamiku berubah. Karena semenjak kelahirannya, rumah tanggaku yang awalnya harmonis berubah menjadi seperti rumah duka. Di sanalah awal mula aku  kerap menyiksa Yoga ketika ia masih bayi.

Kuraih tangan Yoga dan Iqbal untuk meninggalkan halte. Beruntung angkot sedari tadi kami tunggu kedatangannya, tengah menuju ke sini. Aku memang tak ingin anak-anakku melihat pemandangan dan mendengar pembicaraan yang menjijikan ini lebih lama lagi.

Belum sempat aku melambaikan tangan untuk menghentikan angkot yang makin mendekat. Angkot tersebut tampak hilang kendali. Laju angkot itu juga mendadak lebih kencang, beriringan suara klaksonnya yang terus berbunyi.

Tiiiiiin ....

Bruk!

"Abang.""

"Bapak, "

Aku beserta kedua anakku, reflek berteriak bersamaan. Setelah memastikan keadaan sudah aman untuk mendekat, kuajak anakk-annakku menghampiri Bang Rio yang sudah terduduk lemas di trotoar. Angkot yang hendak kami tumpangi menghantam tiang listrik, tepat di hadapan Bang Rio dan wanita laknat itu berdiri.

Syukurlah Bang Rio selamat dan tak mengalami luka fisik sedikitpun. Walaupun Bang Rio bukanlah kepala rumah tangga yang baik, tapi tetap saja  aku takut ditinggal mati olehnya.  BODOH!!! Itu lah diriku. Hanya karena aku yang sudah sebatang kara, mati-matian aku retap mempertahankan pernikahan yang tergolong toxic ini. 

"Hei, Pak! Bagaimana kau bawa angkot? Hampir saja aku mati konyol disini," Bentak Bang Rio pada Sang Supir.

"Ma-maaf yah dek, rem saya blong," jawab Sang Supir dengan nada gemetar.

Melihat orang-orang yang mulai berdatangan dan semakin ramai berkumpul, supir tua itu tampak ketakutan. Apalagi selain Bang Rio masih terus membentak dan memaki-maki Supir tua itu, orang-orang yang menonton kecelakaan ini seperti mulai terprovokasi omongan suamiku. Aku yang memang tak suka keributan, mendadak jadi pahlawan kesiangan untuk sang supir.

"Bang, sudah lah, Abang kan gak apa-apa. Kasian bapak itu sudah tua, Abang jangan kasar-kasar," ucapku menghampiri Bang Rio yang tengah marah.

 

"Eh Mbak, Mbak, kalau bukan korban atau keluarga korban, gak usah ikut campur deh. Atau Mbak mau gantiin bapak ini bayarin kerugian kami?"

Betapa kagetnya aku, saat seorang wanita yang menyambar permintaanku kepada Bang Rio. Ternyata wanita tersebut adalah Beby. Karena kejadian ini, aku sempat lupa dengan kehadirannya. Kini jelas terlihat dari dekat olehku seperti apa rupa Beby. Wajah mulus dan putih Beby yang ia miliki, pengaruh dari riasan wajah yang terlalu tebal.

"Mbak kok bengong? Makanya sadar diri. Penampilan Mbak aja miskin gini sok jadi pahlawan kesiangan. Paling suami Mbak kerjanya kuli!"

ternyata ia belum puas mengomel. Hingga omelan yang terakhir membuyarkan lamunanku yang sedang memperhatikan seluruh tubuhnya

 

"Buk, Ibu kok pegang-pegang Bapak saya?" tanya Iqbal dengan polos. Kucubit pelan lengan Iqbal, memintanya untuk tetap diam.

"Bapak? Siapa bapak kamu? " Beby balik bertanya.  Melihat wajah beby yang mendadak panik, karena pertanyaan Iqbal. Terbesit ingin memberi sedikit pelajaran kecil pada mereka berdua. 

 

"Bang, Abang mau pulang atau tetap mau disini? Kalau Abang sama selingkuhan Abang sudah siap mental viral. Silahkan Abang tetap lah di sini, bersama dia," Ancamku. Aku belum pernah berani mengancam suamiku seperti ini.

Orang-orang yang tadinya memusatkan bidikan kamera handphone mereka pada kecelakaan tersebut. Seketika merubah arah bidikan kamera mereka, ke arah kami. Seakan-akan mereka senang tengah mendapatkan hal yang lebih menarik untuk diramaikan di dunia maya nanti. Padahal aku tak bermaksud mencari perhatian seperti ini. 

"Kenalin Mbak, itu suami saya, dia memang seorang kuli bangunan!" ucapku santai kemudian berlalu meninggalkan Bang Rio dan Beby yang semakin dikerumuni masa.

Bagaimana nanti di rumah, tak ingin ku pikirkan. Akan ku hadapi apapun yang terjadi nanti. Yang penting saat ini aku bisa meluapkan sedikit rasa emosiku, agar tetap waras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Toxic   28. Bertemu Dengan Salsa

    Tiara sudah berada di klinik yang tak jauh dari rumah Diana. Sementara wanita yang seharusnya memiliki tiga anak itu, masih mengontrol rasa takutnya. Tubuh Diana terus saja gemetar. Kejadian Tiara hilang kesadaran, bertemu orang asing dan harus berhadapan dengan tenaga medis, membuat Diana mengingat Rina, anak perempuannya yang sudah berpulang. "Na," panggil Tiara yang susah siuman. Diana yang duduk tak jauh dari ranjang Tiara menoleh. "Hey, ini Aku yang pingsan apa kamu. Kenapa kamu yang pucet gini, Na?" tanya Tiara dengan suara yang masih lemah. "Kamu, jangan masuk lagi ke rumahku ya, Ra.""Kenapa?" tanya Tiara bingung. "Rumahku kotor, kamu akan seperti ini lagi nanti," jawab Diana mulai tergugu. Diana mulai menangis, tapi dia bingung sendiri. Apa pemicu yang membuat ia menangis. Apa tentang Tiara yang pingsan, atau karena ingat anak perempuannya."Kita bersihkan yah, Na," kata Tiara lembut. "Iyah, nanti aku saja yang membersihkannya, tapi selama rumahku masih seperti itu kam

  • Pernikahan Toxic   27. Isi Bungkusan

    Entah apa yang membuat Diana tetap menikmati aktivitasnya melayani pelanggan toko roti. Hingga tanpa ia sadari jam sudah menunjukan pukul 11 siang, merasa keadaan sudah tenang Diana pun naik menemui Henny.Sesampainya di depan kantor Henny, terdengar suara tawa Iqbal yang renyah dari dalam sana. Diana menahan langkahnya untuk masuk kedalam.ia sudah lama tak mendengar tawa putra bungsunya itu, jadi ia ingin mendengarnya sedikit lama. Tok tok tok"Permisi Bu," sapa Diana saat ia sudah puas mendengar tawa Iqbal.Henny yang berada di samping Iqbal menoleh. Ada pemandangan yang cukup janggal disana. Dimana Iqbal duduk di kursi kerja Henny sambil menonton sesuatu dari laptop milik Henny. Sementara Henny sedang bergumul dengan beberapa kertas yang ada di hadapannya. "Diana, kemarah," titah Henny.Diana menurut dia mendekat menghampiri Henny."Bu, saya sudah putuskan," ujar Diana tak ingin berbasa-basi. Namun, belum selesai ia berbicara, Henny memotong ucapannya."Diana," panggil Henny. "Apa

  • Pernikahan Toxic   26. Sahabat Yang baik

    Setelah sekuat tenaga Tiara mencoba meredam emosi ibu dua anak tersebut. Diana akhirnya berhenti mengamuk. Kini ia tengah menangis tersedu di pelukan Tiara, seakan menumpahkan semua beban yang selama ini ia simpan dan telan sendiri."Iqbal mau kemana sayang," tegur Tiara melihat Iqbal mengekori abangnya yang hendak pergi sekolah. Sedikit lucu namun sebenarnya penampilan Iqbal membuat Tiara merasa sakit. Baju dan celana Iqbal tampak tak rapi. Bisa Tiara pastikan Iqbal memakai pakaian sendiri atau ia terburu-buru mengenakannya.Iqbal berhenti menatap sahabat ibunya yang ia panggil dengan sebutan Tante. "Iqbal mau ke sekolah bang Yoga, sebentar lagi, Ibu akan bekerja, jadi Iqbal di menunggu di sana," kata Iqbal polos.Benar-benar kehidupan yang Diana dan kedua anaknya sungguh pelik. Sebagai sahabat Tiara merasa kurang peka. "Yoga dan Iqbal sudah sarapan, sayang," tanya Tiara lagi ambil menarik lembut tangan Iqbal mendekat, kemudian merapikan baju dan celana Iqbal yang terlihat sudah keke

  • Pernikahan Toxic   25. Hilang Kendali

    Lagi saat Diana hendak membuka pintu, ia harus kembali menyingkirkan bungkusan-bungkusan besar yang menghalangi akses keluar masuk rumahnya. Dia begitu ceroboh, tadi malam saat merapikan barang-barang tersebut, sebagian besar sengaja ia letakan di dekat pintu. Awalnya itu hanya sementara karena memang tak ada ruang lagi untuk meletakan barang yang sudah ia pilah. Namun, tubuhnya yang mulai merasa lelah, membuat Diana melupakan barang-barang tersebut dan pergi tidur."Sebentar yah, pintu saya macet." Lagi, Diana berbohong.Tak ada jawaban di balik pintu tersebut, Diana terus menyingkirkan bungkusan plastik tersebut dengan cepat. Akibatnya rumah Diana kembali berantakan tidak jelas. Sedikit Ruang untuk membuka pintu telah siap. Diana membuka pintu dengan sedikit celah."Lama amat sih," ucap sosok yang menunggu di depan sana."Tiara!" Ucap Diana terkejut. Ia tak menyangka Tiara akan kembali datang. "Ana, kamu nggak mau mempersilahkan aku masuk gitu?" tanya Tiara yang kebingungan melihat

  • Pernikahan Toxic   24. Sedikit Ruang Gerak

    "Diana, ayo duduk dulu sini. Kita selesaikan masalah ini baik-baik. Kamu jangan ambil hati perkataan anak saya," bujuk Henny menenangkan Diana yang tampak emosi."Maaf Bu. Apa yang anak Ibu bilang mungkin memang benar. Disini bukan, apa itu, tempat penitipan anak," ujar Diana kesulitan mengulang kata Daycare. "Saya ini hanya karyawan, Bu. Saya pribadi juga tidak akan merasa enak hati, jika saya menitipkan anak saya untuk tidur di kantor, Ibu," ujar Diana berhati-hati."Dan untuk Mbak, saya sama sekali tidak pernah berpikir untuk menjadikan anak saya untuk mencari uang tambahan. Jujur, saya juga sedih, melihat anak saya di anggap pengemis oleh orang-orang termasuk Mbak Bu Henny. Ini juga pertama kalinya saya membawa anak kemari."Melati yang sudah mendengarkan sedikit cerita tentang Diana, yang diceritakan oleh sang ibu, semakin merasa bersalah."Begini saja Diana, mungkin saat ini kamu sedang emosi. Saya paham keadaanmu saat ini cukup berat. Biasanya mengambil keputusan saat emosi, aka

  • Pernikahan Toxic   Hallo semuanya

    hai, sebelumnya terimakasih yang masih bersedia mampir membaca kisah ini. Maaf saya terlalu lama Hiatus. sebelumnya saya benar-benar stuck dan tidak sanggup melanjutkan kisah ini. karena saya merasa saya tidak sanggup menulis cerita drama rumah tangga dengan baik. Namun, kali ini saya mau mencoba lagi. bagaimana pun saya harus menyelesaikan kisah ini untuk kalian yang sudah terlanjur membaca. Saya juga minta maaf kalau cerita ini sedikit berantakan dan membosankan. namun, ini adalah cerita pertama yang saya buat. jangan lupa meninggalkan komentar yah. kritik dan saran kalian sangat saya butuhkan untuk menjadi cambuk semangat saya. salam sehat dan bahagia selalu. untuk kalian yang membaca kisah ini.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status