INICIAR SESIÓNKaterina membeku. Ia tak menyangka Daniel akan mendengarkan pembicaraannya dengan Andrea tentang Bayu. Ini adalah pertama kalinya sang anak menanyakan tentang laki-laki itu."Mama? Kok Mama diam?"Suara Daniel akhirnya berhasil menyadarkan Katerina dari lamunannya. Perempuan itu kemudian kembali tersenyum ke arah sang anak."Uhmm.. Bayu itu temannya Uncle Dre, Nak.""Kok tadi Niel dengar namanya Niel sama Bayu disebut-sebut? Emang dia mau main sama Niel, Mama?"Katerina mengerti maksud ucapan Daniel. Anak itu pasti penasaran mengapa namanya dikaitkan dengan nama Bayu - nama seseorang yang tak pernah anak itu dengar."Bukan seperti itu, Niel. Tadi itu Uncle Dre lagi ngomong soal temannya, terus ngomong juga soal Niel jadi disebut-sebut."Dalam hatinya Katerina mengucapkan kata maaf berkali-kali untuk sang anak. Bukan maksudnya untuk membohongi Daniel, Katerina hanya belum siap menjelaskan tentang Bayu pada balita itu.Daniel menatap ibunya dengan raut bingung dan seperti tak percaya. T
"Jadi alasan Mas nanyain itu karena habis ketemu dia?"Katerina tak bisa menahan pertanyaan itu untuk tidak keluar dari mulutnya. Tapi apa iya hanya karena ketemu Bayu, kakaknya jadi berpikiran bahwa suatu hari nanti Katerina akan memberitahu tentang Daniel pada mantan suaminya itu."Aku cuma tiba-tiba kepikiran apa suatu saat Daniel dan Bayu akan saling mengenal. Jujur aku ingat Daniel setelah melihat bagaimana perhatian mantan suami kamu ke anaknya kemarin, entahlah. Mungkin jika Bayu tahu dia punya anak dengan kamu, dia juga akan seperhatian itu pada Daniel? Dan Daniel akan dapat kasih sayang dari ayahnya."Pemikiran kakaknya bertentangan dengan pemikiran Katerina. Perempuan itu justru berpikir bahwa jika Daniel tahu tentang ayahnya, anak itu akan bingung kenapa ada anak lain ayahnya tapi dengan ibu yang berbeda, padahal usianya mungkin hampir sama.Katerina tak ingin Daniel tahu bagaimana ayahnya menghancurkan ibunya, menghancurkan 'rumah' yang seharusnya bisa melindungi mereka, d
Austria, Tiga Tahun Kemudian....Katerina baru bangun dari tidurnya langsung panik ketika tidak mendapati sang anak di sampingnya.Melirik ke arah jam dinding, Katerina menyadari ia bangun kesiangan dan jam-jam segini sang anak biasanya sudah bangun.Ini memang salahnya karena tidur terlalu malam. Tapi mau bagaimana lagi, Katerina harus menyelesaikan sketsanya dan mengirimkan pada klien-klien onlinenya."Daniel... Kamu di mana, Nak?"Katerina yakin anaknya masih ada di apartemen, karena tak mungkin balita itu bisa membuka kunci pintu. Ia juga tak mencoba membuka lemari atau kardus yang biasa digunakan anaknya untuk sembunyi.Karena pernah satu hari ia menemukan persembunyiannya, Daniel justru merajuk."Mama tinggal nanya aja, pasti Niel dengar terus jawab. Mama nggak boleh bikin Niel ketahuan."Daniel tidak suka Katerina menemukannya, padahal kalau anak itu menjawab akhirnya Katerina akan tetap menemukan persembunyiannya. Tapi namanya juga anak-anak, sebagai ibu ia hanya bisa menurut
"Semuanya udah masuk di dalam koper, kan?"Andrea berdiri di depan kamar Katerina. Laki-laki itu akan membantu adiknya untuk membawakan koper-koper yang akan dibawa perempuan itu ke bandara."Udaaahhh!" Jawab Katerina dengan suara sedikit ditinggikan karena masih masih sibuk memasukkan barang-barang ke tas kecilnya di dalam kamar."Ayo, Mas." Lanjut perempuan itu sambil menutup pintu kamarnya.Katerina berjalan di belakang Andrea yang sedang membawakan kopernya keluar dari apartemen.Saat mobil Andrea melaju keluar dari gedung apartemen, ia teringat dengan pesan kekasihnya untuk sang adik."Tadi sebelum ke sini aku ke tempat syuting Kaluna, tapi ternyata dia belum bisa pulang. Kaluna minta maaf karena nggak jadi ikut mengantar kamu ke bandara karena jadwal syutingnya nggak selesai tepat waktu."Katerina mengangguk mengerti. Ia bisa memahami betapa sibuknya sang calon kakak ipar yang yang berprofesi sebagai seorang aktris. Saking sibuknya, perempuan itu bahkan hampir tidak punya hari l
Katerina duduk di salah satu kursi di restoran itu. Ia tak menengok ke belakang di mana ia yakin Bayu masih belum benar-benar keluar dari sini.Katerina tak ingin melihat bagaimana mesranya Bayu dengan Amanda. Meski mereka sudah bercerai, tapi luka yang Katerina rasakan belum sepenuhnya sembuh. Melihat kebersamaan mantan suami dan selingkuhannya sama saja menaburkan garam di atas lukanya.Meski begitu, untungnya ia tak kehilangan selera makan saat pesanannya datang. Mungkin anaknya memang sudah sangat menginginkan spaghetti ini sampai tak peduli dengan ayahnya yang sedang jalan dengan perempuan lain."Anak pintar." Puji Katerina sesaat setelah ia merasa kenyang dan mengelus perutnya.Setelah selesai dengan makannya, perempuan itu lalu membayar dan keluar dari restoran untuk segera kembali ke apartemen Kaluna."Kamu jadi ambil visanya siang tadi, Kate?" Tanya Kaluna yang sedang membantu Katerina menata makan malam mereka di meja makan."Jadi, Mbak. Besok niatnya aku mau pergi ke dokter
"Kamu beneran udah cerai dari Katerina?" Tanya Amanda pada Bayu.Pagi ini Amanda sengaja meminta Bayu untuk datang ke apartemennya dengan membawakan kue pukis. Perempuan itu mengatakan dia sedang mengidam sehingga tidak mungkin Bayu akan menolak keinginannya. Sekalian saja ia mengorek perkembangan perceraian laki-laki itu."Iya... Aku merasa lebih baik melepas dia aja. Semuanya udah nggak bisa diperbaiki." Jawab Bayu sambil menundukkan kepalanya.Amanda mendekat, lalu mengusap punggung laki-laki itu pelan. Sekarang ia harus berpura-pura ikut bersedih dengan perceraian Bayu. Padahal dalam hatinya ia merasa begitu bahagia, akhirnya satu-satunya batu sandungan antara dirinya dan Bayu sudah tidak ada. Kini ia hanya perlu satu langkah lagi untuk resmi menjadi nyonya Danuardja, yaitu dengan menikah dengan laki-laki itu."Ya udah. Mungkin emang lehbih baik seperti itu, kita doakan yang terbaik untuk dia aja." Balas Amanda."Kamu mau nemenin aku periksa kandungan, kan?" Lanjut perempuan itu m







