18+++++
Kaira berjalan ke kamar dengan di gandeng oleh Sunny tapi pelukan dan sentuhan Sunny sama sekali tidak bisa menahan amarah Kaira. Dia benar-benar kesal pada mertuanya.
Sejak awal menikah, ibu Sunny selalu menatapnya dengan pandangan yang jijik. Karenanya hubungan mereka persis seperti hubungan ibu merua dan menantu yang ada dalam sinetron-sinetron alias penuh dengan drama. Mereka membenci satu sama lain. Itu semua bermula saat Kaira dan Sunny sepakat tidak akan punya anak.
“Heh kamu!” suara ibu mertuanya kembali terdengar. “Sadar diri dong! Kamu sudah mau tiga puluh tahun, saya sangat berharap, kalau kamu mau jujur jika kamu memang mandul! Supaya anak saya bisa menceraikan kamu dan mengusir kamu dari rumah ini, supaya kamu bisa jadi gelandangan dan anak saya bisa menikah lagi!”
Deg!
“Sabar sayang, please!” Sunny memohon.
****
Mereka masuk ke dalam kamar. Kaira buru-buru melepaskan pelukan Sunny darinya. “Ibu kamu sudah sangat keterlaluan, Sun! aku bisa gila, kalau dia lebih lama di sini!”
“Lalu kita harus apa, Kai?” tanya Sunny sambil membantu Kaira melepaskan dress hitam yang membalut tubuhnya. Begitu dress terlepas, Kaira sekarang hanya menggunakan lingerie nude yang memamerkan sebagian besar area tubuh indah dan mulusnya, melihat Kaira yang begitu seksi, Sunny tidak bisa menahan diri. Dia langsung meraih tubuh Kaira, mencium bahu, leher dan belakang telinga Kaira dengan nafas yang memburu.
Dengan satu tangan yang memegang payudara Kaira, meremas dan mengelus payudara itu dengan lembut, satu tangan Sunny lainnya melepaskan bra yang Kaira pakai dan menggesekkan miliknya yang mulai keras di pinggang Kaira.
Tapi Kaira langsung melepas pelukan Sunny dan menghindar darinya. Karena Sunny yang sudah melepas branya, payudara kirinya langsung tersingkap, Sunny melihatnya dengan tersenyum dan langsung menabrakkan tubuhnya ke tubuh Kaira yang tak bisa bergerak, terhimpit oleh dinding.
Sunny seolah tidak ingin melepaskan Kaira sama sekali, dia memilin putting payudara Kaira sebelum memasukkannya ke dalam mulut. Tangannya terus meremas, meraba tanpa henti. Nafasnya setengah memburu, tapi Kaira jangankan ikut mendesah, menikmati jemari dan lidah suaminya yang berada di dalam tubuhnya, dia tidak perduli. Kemarahannya tidak reda.
“Kai…” desah Sunny yang tahu karena seluruh tubuh Kaira telah menolaknya. Kaira sama sekali tidak basah. “Ada apa?”
“I’m not in the mood! Kita bahkan belum selesai bicara tentang ibu kamu, ingatkan?” tanya Kaira masih dengan nada kesal dan langsung menyingkir dari hadapan Sunny.
“Kai, tolong lupain tentang ibu, ok! Ini malam tahun baru kita, sayang. Seharusnya kita senang-senang bukannya emosi kayak gini.”
“Aku ngga bisa senang-senang Sun! ibu kamu bukan hanya sekedar masuk kekamar kita tanpa izin. Ngga itu doang! Ibu kamu menyebutku wanita mandul dan ingin kita cerai! Gila kan?”
“Pertama, dia ibu kita, Kai bukan hanya ibu aku. Dan yang kedua, ngga ada yang ingin menceraikan kamu sayang. Punya anak atau ngga, yang penting kita bareng!”
“Bullshit!”
“Kai, sebenarnya ibu hanya ingin kita bahagia.”
“Bahagia?”
“Ya, bahagia karenanya beliau ingin kita punya anak, Kaira. Anak itu sumber kebahagiaan dan ibu memikirkan kita. Hanya saja, cara ibu yang berbeda dari kita. Cara ibu adalah cara orang kuno, konservatif. Karenanya beliau ngga bisa bermanis-manis kayak yang kamu harapkan. Tapi percaya sama aku, ibu hanya ingin kita bahagia, hanya itu Kai.”
Kaira mendengus kesal. Sunny selalu mencoba bersikap netral jika membalas tentang ibunya, tapi Kaira tahu jika suaminya jauh lebih condong membela ibu kandungnya dari pada Kaira.
“Sayang,” ucap Sunny sambil menyelipkan rambut Kaira ke balik telinganya dan menjilat belakang leher Kaira. “Aku rasa, kita perlu mencobanya tanpa kondom. Sudah lama, kita ngga kayak gini.”
Kaira tidak menjawab, karena Sunny sudah lebih dulu merenggut bibir Kaira ke dalam bibirnya. Dia menciumi Kaira dengan begitu bernafsu. Sunny mengangkat tubuh Kaira, melemparkannya ke atas kasur dan langsung melepaskan pakaiannya.
Kaira mencoba kembali bangun tapi Sunny jauh lebih cepat, dia mengunci kedua pergelangan tangan Kaira dengan tangannya yang besar dan kokoh. Kaira mencoba memberontak, tapi Sunny jauhh lebih kuat.
“Sstt!” bisik Sunny. “Please sayang, kita ngga perlu memikirkan tentang ibu!”
Wajah Sunny mendekati wajah Kaira, lama mereka bertatapan. Kaira melihat Sunny, mata coklatnya menunjukkan jika dia sudah sangat bernafsu. Tapi dia masih mau bersabar dan menunggu persetujuan dari Kaira.
“Kai….”
Kaira mengangguk, semarah apapun dia saat ini, dia tidak bisa menolak keinginan Sunny yang menatapnya dengan penuh permohonan seperti ini. Dan, begitu mengetahui Kaira setuju untuk melanjutkannya, Sunny langsung mencium Kaira tanpa halangan lagi. Bibirnya melumat bibir Kaira, lidah masuk, bergumul dengan lidah Kaira. Nafas mereka menderu dan birahi mereka semakin meninggi. Semua stress dan ketegangan yang dirasakan oleh Kaira serasa meleleh keluar bersamaan dengan keringat yang mulai mengucuri tubuhnya.
Tangan Sunny mulai bergerak, dia mengelus paha Kaira, tangannya bergerak makin keatas dan menyelusup ke dalam selembar g-string berwarna nude yang Kaira pakai.
Mata Kaira membelalak, dia menggigit bibir bawahnya dan tidak bisa menahan gairah saat tangan Sunny tidak hanya mengusap tapi malah masuk ke dalam dirinya. Kaira benar-benar sudah lupa dengan semua emosi yang sempat dia rasakan.
Senyum Sunny makin lebar, dia turun kebawah. Mencium dada, perut, bawah perut dan akhirnya benda yang ada diantara kedua pangkal paha Kaira, Sunny lalu melepaskan g-string yang Kaira pakai dan membenamkan wajahnya di sana dan mulai menjilat dengan rakus.
Kaira mengerang. Dia menekan kepala Sunny, kedua pahanya mengepit kepala Sunny yang ada di sana. Sedang satu tangannya mengelus payudaranya sendiri dan tangannya yang lain meremas bantal. Tubuh Kaira melekuk, berliuk dan tidak bisa menahan sesuatu yang ingin keluar dari dalam dirinya.
“Oh my god, babe! You so wet….” ujar Sunny lalu kembali membenamkan kepalanya ke pangkal paha Kaira.
Kaira tidak bersuara karena dia kembali mengerang. Setelah lima menit Sunny kembali menenggelamkan dirinya, Kaira bisa merasakan sesuatu dalam dirinya keluar, dari dalam dirinya dengan begitu deras.
Sunny lalu melepaskan semua pakaiannya, dia menuntun tangan Kaira untuk memegang ereksinya yang telah membesar dengan sempurna, lelaki itu lalu menuntun tangan Kaira untuk mendekatkan ereksinya pada mulutnya.
Sunny mengerang begitu dia berada di dalam mulut Kaira. Tubuhnya maju mundur. Bergerak, berirama.
Sunny tiba-tiba mengangkat tubuh Kaira, posisinya kini menelungkup dan bertumpu pada lutut dan kedua tepalak tangannya. Sunny lalu masuk ke dalam Kaira. Lama keduanya terus mendesah, mengerang hingga akhirnya baik Sunny mapun Kaira melepaskan sesuatu dari tubuh mereka setelah itu, keduanya lemas dan melemparkan diri ke ranjang dengan lesu tapi nafas mereka masih terus memburu.
Sunny menatap Kaira dan mengecupnya lembut. “You are mine, baby girl.”
Kaira masuk ke dalam rumah dengan menabrak bahu Sunny. Dia tidak memperhatikan ada banyaknya makanan yang tertata rapi di rumahnya. Rumahnya sudah benar-benar rapi dengan pernak pernik pesta yang terlihat menyenangkan.Namun Kaira sama sekali tidak senang. Hatinya di penuhi oleh amarah yang memuncak. Lagi-lagi Akai benar, keputusannya untuk mengangkat Sunny menjadi CEO jelas adalah kesalahan, ide itu seharusnya cukup dia simpan dalam angan. Dia harusnya sadar, jika selama sepuluh tahun saja Sunny tidak ingin membrinya nafkah, maka mana mungkin dia berubah begitu mudah?Kaira melempar tasnya ke atas ranjanng, dia melirik kearah lemarinya pakaian dan perhiasan, tapi dia tidak berminat untuk memeriksa apa ada barangnya yang hilang atau tidak, karena dia tahu dengan pasti barang-barang itu mungkin sudah berpindah tangan, tidak mungkin iparnya membiarkan barang-barangnya begitu saja.Tapi bagaimana dengan….Kaira bergerak menuju ke ruang kerjanya, disana ada brankas yang berisi uang dan su
Rumah Kaira ramai, ada banyak orang yang berlalu lalang di depan teras rumahnya yang luas seolah mempersiapkan sesuatu. Kaira yang melihatnya dari kejauhan hanya bisa terbelalak begitu dia melihat berapa banyak orang keluar masuk ke halaman rumahnya. Mulai dari kurir, petugas catering, tukang bunga dan masih banyak lagi.Kaira melihatnya dengan pandangan penuh tanya, dia baru saja pulang dari meeting dengan hampir semua komisaris Paper illusion perusahaannya dan mereka tidak terlalu menyukai rencana Kaira untuk mengangkat Sunny sebagai sebagai CEO. Keberatan yang wajar sebenarnya.Orang-orang di perusahaanya menentang karena Sunny orang luar perusahaan dan dia akan mendapatkan jabatan itu karena dia suaminya, tidak lebih.Beberapa hari lalu saat meminta Sunny menjadi CEO menggantikannya, Kaira tidak berfikir panjang, tapi saat Akai menentangnya dia akhirnya menyadari sesuatu, apalagi setelah Paper Ilussion berhasil melantai di bursa saham dua tahun yang lalu. Kaira memang masih memili
“Kamu gila!” Akai berteriak dengan nada kesal pada Kaira. “CEO, huh? Pada orang seperti dia?”Akai mondar mandir, dia terlihat frustarasi mendengar keputusan tidak masuk akal dari Kaira.“Sunny, suamimu tidak pernah memiliki bisnis apapun, Kaira! Dia hanya seorang penulis yang tidak pernah memimpin perusahaan, bisnis atau apapun! Bagaimana bisa kamu menyerahkan usahamu padanya? Kamu ingin perusahaan yang kamu bangun dari nol hancur berantakan hanya karena cinta?”Kaira tertawa mendengarnya. “Itu bukan hanya karena cinta, Akai.” Ucap Kaira berbohong, karena dia memang melakukannya untuk Sunny, supaya suaminya tidak lagi merasa insecure dan Sunny pasti akan merasa lebih dihargai olehnya, jika dia memiliki posisi dan pekerjaan yang jauh lebih tinggi darinya. Sebagai istri, Kaira merasa dia ikut bertanggung jawab untuk itu. “Jangan konyol Kai!” ucap Akai lagi. “Please gunain logika kamu.”“Ngga konyol, aku sungguh-sungguh. Aku sudah memikirkanya sejak lama, lagi pula tulisan Sunny ngga a
Kaira akhirnya tidak bisa melanjutkan ucapannya lagi karena bibirnya telah dilahap oleh Sunny dengan rakus. Kaira berusaha melepaskan diri tapi suaminya jauh lebih kuat darinya, dia tidak bisa menghindar yang ada hanya nafasnya yang tersengal-sengal tak kuat di buru dan di lumat Sunny dengan memburu.Sunny masih menggendong tubuh Kaira dengan posisi mereka yang masih berciuman, dia menahan Kaira dengan kedua lenganya yang kokoh. Tapi bukan hanya mulutnya yang menguasai Kaira saat ini, tapi juga kedua tangannya yang sibuk memeras bokong Kaira.Mereka berputar, Sunny menahan tubuh Kaira di dinding. Dia menyibak piyama Kaira, membuka sedikit celananya dan tanpa basa basi lagi Sunny memasukkan miliknyaya yang belum membesar secara sempurna ke dalam Kaira.“Aahhh!” Kaira berteriak, dia sedikit kaget dan belum siap tapi hal ini justru jadi sensasi lain. “Kamu…, ahh…, suka kinky sekarang?” tanya Kaira sambil terus menahan tubuhnya supaya tidak jatuh, apalagi saat dia merasakan milik Sunny ya
Ini jelas bukan musim libur, tapi Bali hampir selalu ramai oleh touris yang tak habis-habisnya. Kaira berbaring di bawah payung hijau kebiruan di bawah langit yang super biru. Matanya lurus menatap ke depan bukan melihat hamparan laut biru tapi melihat pria berotot dan berkulit coklat yang seksi dan sedang berselancar itu. Kaira menarik nafas panjang penuh kesenangan karena melihat kebahagiaan di wajah suaminya setelah beberapa pertngkaran kecil mereka waktu Kaira di Paris, tapi sepertinya kepulangannya sudah berhasil mendinginkan suasana hati mereka. meski ini liburan dadakan tapi dia senang melihat suaminya terlihat begitu lepas dan bahagia. Kaira mengoles tubuhnya dengan sun block, seorang pria asing duduk di sebelahnya. “Butuh bantuan?” tanya pria dengan mata biru yang sejak tadi terus memperhatikannya. “Tidak, terima kasih.” “Tapi aku rasa, kamu butuh bantuan untuk mengoles punggungmu dengan sun block,” ujarnya lagi. Kaira hanya tersenyum dan menggeleng, lelaki bermata biru
Bandara Soekarno - Hatta“Tunggu dulu,” Sunny menahan tangan Kaira.“Ada apa babe?”Kita bukan di kelas satu. Sorry,” ucap Sunny dengan nada memohon. “Dan kita hanya naik pesawat kelas ekonomi.”Kaira justru tertawa mendengar ocehan Sunny. “Kita udah terbiasa naik pesawat ekonomi, lagian hanya pesawat ini yang sesuai dengan jadwal penerbangan yang kita mau. Ayo.”Kaira menarik tangan suaminya, setelah melewati semua pemeriksaan mereka menunggu di ruang tunggu. Kaira berbaring di bahu Sunny, dia sebenarnya sudah kelelahan.Sunny mengelus rambut Kaira dan sesekali memainkannya. “Kamu memang harus istirahat babe, kali aja kan kita ada kesempatan untuk gabung 50 high mile club.”“Gila!!!” Kaira berteriak sambil mencubit perut Sunny yang penuh otot tanpa lemak. “Ihhh….” Kaira bergidik.“Apanya yang ihhh, kamu justru akan bilang ahh….”Kaira dengan cepat melompat menutup mulut Sunny dengan kedua tangannya, beberapa orang calon penumpang melihat pertengkaran suami istri itu dengan tatapan he