Kalea mulai merasa bosan berada di rumah ini sekarang. Jika pagi hari, semua orang berangkat untuk kerja dan Zura sekolah. Tinggallah Kalea sendiri di rumah yang besar ini. Jika Aslan mengizinkan Kalea untuk bekerja, mungkin Kalea tidak akan bosan seperti sekarang ini.
Kalea kembali menyeruput tehnya. Pandangan taman yang ada di depannya sedikit memperbaiki mood Kalea. Semilir angin semakin membuat Kalea merasa nyaman berada di sini. Jika ada teman Kalea untuk berbicara mungkin akan lebih baik lagi.Mengalihkan rasa bosan, Kalea kembali membuka handphonenya. Ia mulai membuka Galeri dan menatap foto-foto dirinya semalam di mall bersama dengan Zura. Melihat senyuman manis dan bahagia Zura membuat Kalea ikut tersenyum. Zura memang sudah berhasil membuatnya jatuh cinta pada gadis kecil itu. Karena ketika Kalea melihat Zura, Kalea langsung teringat akan dirinya dulu. Gadis kecil yang telah kehilangan kedua orang tuanya. Tapi kisah Zura lebih beruntung dari pada dirinyKalea tidak tau mengapa Aslan membawanya kesebuah restoran yang cukup mewah. Pakaian Kalea kali ini tidak sesuai dengan tempat ini. Tapi Kalea tidak terlalu memikirkan hal itu. Setelah kejadian tadi, Kalea hanya diam di dalam mobil. Ia tidak membalas maupun membantah ucapan Aslan. Ia sangat malas untuk berdebat dengan Aslan lagi. Hari ini benar-benar melelahkan.Mereka berdua duduk di meja yang terdapat lilin serta bunga mawar di tengahnya. Sangat indah. Kalea sangat menyukai tempat seperti ini. Hal-hal romantis merupakan salah satu kesukaan Kalea. "Siapa pria itu?" Aslan akhirnya mengeluarkan suaranya. Kalea pikir mereka tidak akan membahas masalah Rizky lagi. Tapi sepertinya Aslan sangat ingin melanjutkan masalah ini. "Rizky," jawab Kalea singkat. Pria itu memang Rizky, ia tidak salah bukan?"Saya tau namanya Rizky. Sekarang saya ingin tau siapa dia? Apa hubungan kamu dengan dia, Kalea?" tanya Aslan lagi. Kali ini pertanyaan lebih je
Saat ini Kalea sama sekali tidak berani untuk menatap wajah Nathan. Ia berusaha keras mengalihkan perhatiannya kepada yang lain. Suasana di meja makan membuat Kalea merasa tidak nyaman. Bagaimana ia bisa terus seperti ini nantinya. "Kamu nanti kerja di perusahaan papa kan?" tanya Sinta kepada Nathan. "Belum tau ma. Tapi sepertinya Nathan mau di rumah aja dulu. Istirahat dan menenangkan pikiran," jawab Nathan sembari melirik kearah Kalea."Menenangkan pikiran? Emangnya pikiran kamu lagi gak tenang? Pacar kamu itu udah gak mau lagi sama kamu?" Kali ini Aslan membuka suara. Kalea menoleh kearah Aslan. Kenapa Aslan menanyakan perihal itu. "Iya.. kamu bilang mau mengenalkan wanita itu sama mama. Mana dia?" sambung Sinta dengan wajah penasarannya."Udah nikah ma."Kalea yang mendengar itu seketika tersedak. Dengan sigap Aslan memberikan air putih kepada Kalea. Ia pun meminumnya dan mencoba untuk menangkan dirinya. Kalea ti
Kalea tertawa melihat kelakuan Nathan yang sedang berjoget dengan pengamen jalanan. Kalea tidak pernah kehabisan tawa jika berada di dekat pria ini.Nathan menghentikan kegiatannya dan kembali berjalan mendekati pacarnya. Ia merangkul bahu Kalea dengan hangat dan mengecup kening wanitanya."Aku tuh multitalenta, Lea."Kalea menganggukkan kepalanya. Mengiyakan perkataan dari Nathan. Nathan emang serba bisa. Mungkin karena itu ia mencintai pria ini.Mereka menyusuri jalan yang sudah sangat sering mereka lalui. Langkah mereka berhenti ketika berada di sebuah rumah yang ada di depan mereka. Nathan membuka pintu tersebut dan mempersilahkan Kalea untuk masuk terlebih dahulu.Kalea duduk di sofa ruang tamu. Ia sudah sering berada di rumah ini dan tetap saja, ia selalu mengagumi rumah yang ditempati oleh Nathan."Keluarga kamu pasti kaya banget ya.. rumah di Jerman itu kan gak murah," tutur Kalea kepada Nathan yang sudah duduk di sebelahnya."Rumah ini kan kecil, Lea. Jadi lebih murah," jawab
Panggilan dari om dan tante Kaela tadi pagi membuat dirinya tidak dapat berpikir jernih. Kaela tidak tau bagaimana cara ia menjali semua ini kedepannya.Ia sangat berhutang Budi dengan kedua orang itu, setelah kepergian mama dan papanya, hanya om dan tantenya lah yang merawat dan menyekolahkan Kaela sampai seperti sekarang. Kaela memang dari dulu sangat ingin membalas semua kebaikan om dan tantenya. Tapi ia sama sekali tidak terpikirkan akan membalasnya dengan cara seperti ini.Mengorbankan perasaannya dan mungkin akan mengorbankan masa depannya juga. Kaela sangat ingin menolak permintaan dari kedua orang yang ia sayangi itu, tetapi ia tidak tega untuk melakukan hal itu. Ia tidak tega melihat raut wajah kecewa dari mereka.FlashbackKaela yang sedang memainkan laptop miliknya seketika tersenyum lebar melihat nomor handphone dari orang yang ia sayangi menghubunginya. Tapi perasaan Kaela seketika merasa ada yang aneh. Tidak biasanya tantenya menghubungi dirinya pagi-pagi seperti ini."H
Nathan tertawa mendengar perkataan Kalea yang menurutnya itu hanyalah candaan semata. Nathan memegang kedua pipi Kalea yang memerah akibat udara dingin yang masuk ke tubuhnya."Apaan sih sayang.. aku gak lagi ulang tahun loh," ucap Nathan mencoba untuk menyadarkan apa yang Kalea ucapkan. Kalea menggelengkan kepalanya sambil menurunkan tangan Nathan dari kedua pipinya. Ia mencoba untuk menahan air matanya yang sangat ingin keluar dari kelopak matanya."Aku serius, Nathan. Aku tau aku jahat banget sama ku saat ini, tapi aku enggak bisa nerusin hubungan ini. Aku harap kamu ngerti.."Kalea menundukkan kepalanya, ia tidak tahan untuk melihat wajah Nathan yang masih belum mengerti apapun."Aku gak ngerti dan gak aka
Rumah besar yang ada di depannya membuat Kalea tidak bisa berhenti tersenyum. Ia sangat merindukan kehangatan rumah yang ada di depannya ini. Sekarang ia akan kembali mendapatkan kehangatan itu. Langkah kaki Kalea mulai memasuki rumah ini. baru beberapa langkah ia berjalan, Kalea berhenti ketika melihat kedua orang yang ia rindukan sudah berdiri tepat di hadapannya.Kalea tersenyum lebar dan berlari menuju kedua orang yang sangat ia rindukan. Pelukan hangat langsung tercipta diantara mereka."Aku kangen banget sama om dan Tante," tutur Kalea disela pelukannya."Siapa suruh ngambil kuliah jauh-jauh. Padahal di Indonesia juga banyak kampus yang bagus," jawab tantenya.Kalea melepaskan pelukannya dan menatap tantenya d
Senyuman Kalea tidak berhenti ia berikan kepada tamu-tamu undangan yang silir berganti berada di hadapannya. Ingin sekali Kalea beranjak turun dari pelaminan ini dan pergi menuju kasur miliknya. Tetapi semua itu tidak mungkin terjadi. Sesekali Kalea juga menoleh ke samping kanannya. Melihat pria yang kini telah sah menjadi suaminya. Pria itu terlihat sangat menikmati perannya saat ini. Tidak terlihat wajah kelelahannya. Akhirnya Kalea bisa duduk ketika tidak ada tamu yang datang ke hadapannya. Suami Kalea juga ikut duduk di sampingnya dan menatap Kalea dengan wajah datarnya. "Kamu lelah?" tanyanya singkat. Kalea mencoba untuk tersenyum tipis. Ia mengangukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Aslan. "Kita pulang saja kalau kamu lelah." "Pulang? Acaranya bagaimana?" "Biar keluarga saja yang menangani. Lagian kita sudah lama berada di sini. Kalau kamu setuju, kita bisa langsung pulang dan istirahat," tawar Aslan. Tawaran dari Aslan memang sangat mengiurkan untuk dirinya.
Mendengar ucapan Aslan seketika membuat Kalea mengingat Nathan. Dia memang tidak seharunya melakukan semua ini. Kalea tidak boleh membiarkan dirinya luluh terlalu cepat kepada Aslan. Walaupun sekarang Aslan adalah suaminya."Maaf.. aku belum siap."Aslan tersenyum tipis mendengar jawaban Kalea. Perlahan ia pun mulai menjauhkan wajahnya dari Kalea. "Baik.. saya tidak akan menyentuh kamu kalau kamu belum siap. Saya mengerti pernikahan kita ini terlalu tiba-tiba," tutur Aslan sembari menatap wajah Kalea yang sedikit merasa bersalah. Kalea sadar jika ia sudah membuat Aslan kecewa dengan keputusannya itu. Tapi mau bagaimanapun juga, Kalea memang masih belum siap menerima Aslan sepenuhnya. Saat ini, ia masih terus memikirkan Nathan. "Maaf sudah buat kamu kecewa," tutur Kalea masih dengan menundukkan wajahnya. Dia masih belum berani menatap wajah Aslan karena penolakannya itu. Aslan bangkit dari duduknya. Dia berjalan menuju sisi kasur s