Share

7. Apa Kamu Butuh Sesuatu?

Setelah masuk ke kamar yang disediakan untuknya, Dexter melihat lemari kosong dan hanya kopernya yang ada di sana. Dia mengerti bahwa kamarnya dan Eve terpisah. Itu lebih baik, Dexter merasa tidak nyaman sekamar dengan Gunung Es.

Dia meminta pelayan menunjukkan di mana kamar Eve. Dia masuk ke kamar itu tanpa ragu, meskipun tidak mengetahui tujuannya sendiri. Eve tidak ada di kamarnya, mungkin belum selesai melepas rindu pada neneknya.

Dexter berjalan perlahan memasuki kamar Eve, mengitari kamar Eve dengan pandangan matanya. Kamar Eve sepertinya sedikit lebih besar daripada kamar yang ditempati Dexter. Ada sebuah ruangan lain, sepertinya ruangan kerja Eve melihat dari isi perabotannya.

Lalu matanya tertuju pada pemandangan taman belakang dari jendela kamar Eve. Jendela itu hampir setinggi tubuh Dexter dengan lebar sekitar 4 meter. Posisi jendela itu berhadapan dengan ranjang Eve yang luas, membuat siapapun yang tidur di atas ranjang akan bisa melihat pemandangan taman belakang dengan nyaman, kalau jendela itu tidak tertutup tirai.

Dexter memperhatikan Eve sedang duduk di taman belakang dengan neneknya. Dia tidak pernah melihat Eve tersenyum begitu sendu selama melihat wanita itu tersenyum berkali-kali. Apakah mungkin wanita itu tidak sedingin yang dilihatnya?

“Apa kamu butuh sesuatu?” Dexter mendengar suara Eve dari sebelahnya. Rupanya acara minum teh nenek dan cucu itu sudah selesai tanpa disadarinya. Jadi apa saja yang dipikirkannya sejak tadi?

“Kita bisa melihat taman belakang dari sini,” sahut Dexter tanpa memalingkan mukanya dari jendela.

“Yup, itu spot favoritku!”

“Jadi aku mencuri spotmu?” tanya Dexter geli. Eve tertawa lirih.

“Sebenarnya spot favoritku adalah di atas ranjang. Melihat ini dengan duduk santai di ranjang itu. Tamannya indah bukan?”

Tidak ada jawaban. Mereka berdiri berjajar dalam keheningan. Tetapi Eve merasa Dexter setuju dengannya dari caranya berdiri dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan mata yang hanya tertuju ke taman itu melalui kaca jendela.

“Kamar Aze ada di sebelah kamarku.” Dexter tidak menanggapi perkataan Eve itu.

Evita mengatur kamar mereka bertiga sedemikian rupa yang menurutnya terbaik tanpa persetujuan ketiganya. Dia sangat yakin Eve akan menempati kamarnya sendiri yang biasa dia tinggali semenjak masih kecil. Eve paling menyukai kamar kerjanya yang mungil dan jendela dengan pemandangan taman belakang.

Jika Eve bekerja maka ruang kerja itu adalah ruangan paling nyaman ditempatinya. Eve tidak mau bekerja di ruang tidurnya karena pekerjaan membuatnya tidak bisa tidur. Jadi ruang kerja yang dekat dengan ruang tidur akan lebih praktis.

Evita menempatkan Dexter di kamar yang berbeda karena yakin mereka tidak akan keberatan tidur di kamar terpisah dengan kondisi pernikahan mereka yang sekarang. Satu-satunya permintaan Eve yang dituruti Evita meskipun dia tidak menyukainya adalah kamar Aze yang berada di sebelah kamar Eve. Eve beralasan supaya lebih mudah mendatangi Aze jika ada apa-apa yang terjadi. Padahal Evita menganggap Aze akan merepotkan Eve nantinya, bukankah Aze selalu begitu?

“Apa kamu ingin pindah kamar dekat Aze? Kamarnya ada di sebelah kamarku. Aku bisa menyuruh pelayan membersihkannya tetapi mungkin besok baru kamu bisa pindah. Nanti barang-barangmu…”

“Tidak perlu,” sahut Dexter yang keluar dari kamar Eve tanpa menoleh.

“Akhirnya kamu keluar juga tanpa menjawab pertanyaanku.”

Eve mengambil napas dan berbaring di ranjangnya. Ini sangat melelahkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status