Selama beberapa hari setelah kejadian itu, Andrea menghindarinya. Mereka memang tetap makan bersama, tapi setelahnya wanita itu langsung pergi. Ada saja alasannya yang membuat Fred tidak bisa satu ruangan dengan isterinya lebih dari 30 menit. Meski sudah terbiasa dengan sikap dingin isterinya tapi perasaan pria itu akhir-akhir ini menjadi lebih sensitif, membuatnya cepat merasa down hanya karena permasalahan kecil.
Seperti kejadian kemarin, ketika salah satu klien yang khusus minta ditanganinya meminta revisi design berkali-berkali. Biasanya ia akan menanggapi situasi itu dengan profesional, dan segera memberikan hasil revisi sesuai masukan klien. Apapun kondisinya, ia akan berusaha memberikan yang terbaik. Tapi tidak kali ini. Sudah beberapa jam ini, dirinya hanya bengong menatap kertas kosong di layarnya.Pikirannya kacau. Emosinya labil. Belum lagi kain kecil yang disimpannya beberapa hari lalu, sudah tidak bisa lagi memberinya ketenangan. Harum yang disukainya= Di salah satu bangunan apartemen. Kota SD =Suara pintu yang terbuka membuat Lily menoleh. Tampak senyuman sumringah di wajahnya."Rory!"Tanpa basa basi, Lily melompat ke arah suaminya dan memeluknya erat. Pria itu menggendong isterinya dan tertawa cerah. Ia sangat menikmati sambutan dari wanita ini tiap kali pulang ke rumah. Sepertinya sejak menikahi isterinya hampir 10 bulan lalu, hidupnya semakin baik saja.Pasangan itu berpelukan erat dan Gregory membawa mereka duduk di sofa. Ia memberikan ciuman penuh sayang pada isteri di pangkuannya yang dibalas Lily dengan kelembutan yang sama. Mengusap pipi Gregory, Lily menatap suaminya dan kembali mengecupnya pelan beberapa kali.Tangannya mengelus rambut pria itu yang tebal dan ikal. "Jadi, bagaimana prosesnya? Mike mau?"Merapihkan helaian rambut isterinya yang sedikit berantakan, Gregory mengangguk sambil tersenyum."Dia mau. Tepat sebelum rencana opening minggu depan, R
= Kantor konsultan Ashley & Associates. Sekitar seminggu setelahnya =Riuh rendah tepuk tangan terdengar menggema dalam ruangan yang tidak terlalu besar itu. Jumlah tamu yang hadir tidak sampai 30 orang, tapi semuanya adalah keluarga dan teman dekat. Tampak wajah-wajah bahagia mengucapkan selamat pada pasangan suami isteri yang baru menggunting pita itu.Memeluk saudara angkatnya, Fred menepuk punggung Gregory cukup keras."Selamat, big bro! Akhirnya kau kembali pada tujuan awalmu!"Terkekeh pelan, Gregory balas menyalami Fred dengan erat. "Terima kasih, Frederick. Aku dan Lily sangat menghargainya. Sayang, kau tidak membawa Andrea ke sini."Ucapan itu membuat Fred tertegun. Matanya mengerjap dan ia mengamati pria di depannya heran."Kau 'berterima kasih'? Sejak kapan?"Senyuman samar di berikan oleh saudaranya. "Hmm."Melihat itu, kepala Fred meneleng dan ia bersiul pelan. "Wow. Lily benar-benar bisa merubahmu,
= Salah satu Kafe. Dekat kantor konsultan Ashley & Associates =Ayah dan anak itu selama beberapa saat hanya duduk dalam keheningan. Maverick menatap cangkir kopinya dan Gregory memandang ke arah jendela besar di samping meja mereka. Berbagai macam hal berseliweran dalam benak keduanya, tapi belum ada satu pun yang berbicara.Menghela nafasnya kasar, kepala Gregory akhirnya menoleh dan memandang ayahnya."Sebenarnya, apa yang ingin Anda bicarakan? Sampai sejauh ini menemui saya?"Kedua mata biru di depannya masih menatap cangkir di depannya. Jari-jarinya yang panjang mengetuk pelan meja di depannya dan ia mengangkat pandangannya. Menatap anaknya dengan sorot tajam."Bene. Sampai kapan kau mau menolak realita, kalau kau adalah anakku? Kau keturunan seorang Rothschild. Keluarga Rothschild adalah keluarga terpandang di Eropa. Salah satu yang terkaya. Sampai sekarang, aku tidak habis pikir dengan keputusanmu untuk membuang hak-mu sebagai anak
Pintu apartemen itu terbuka lebar dan pasangan yang lelah itu melangkah masuk dengan gontai. Tampak Lily melemparkan tasnya di kursi dan membuka mantelnya asal-asalan. Ia ke kulkas dan membuka pintunya. "Kamu mau minum, Greg?"Kepala Gregory mengangguk dan mengikuti isterinya. Pria itu mengambil botol air dari tangan Lily."Thanks."Pasangan itu langsung meminum air dari botol mereka dengan rakus. Keduanya sangat kehausan. Sepanjang hari, mereka benar-benar disibukkan dengan acara pembukaan kantor konsultan milik Gregory dan siangnya bekerja di sana. Karena sebelumnya pria itu sudah menang tender beberapa project kecil, timnya mau tidak mau segera sigap untuk mengerjakannya. Demikian pula Lily, yang terpaksa menyumbangkan tenaganya karena suaminya belum mendapatkan tenaga ahli di bidang interior. Kesibukan yang sangat tiba-tiba dan harus menangani lingkup project yang lebih besar, membuat keduanya harus beradaptasi kembali. Selama ini,
= Rumah sakit St. Collins. Kota CA =Tampak sepasang suami isteri duduk di depan seorang dokter berjas putih. Wajah sang dokter terlihat tidak ramah di usianya yang sebenarnya masih muda. Matanya yang gelap mengamati pasangan di depannya."Janin Anda baik-baik saja. Tidak ada masalah di usianya yang berjalan 10 minggu. Saya akan memberikan beberapa vitamin untuk Anda, Nyonya."Kepala Andrea mengangguk kaku. Bibirnya tidak tersenyum. "Terima kasih, dokter."Menuliskan resep, mata sang dokter beralih ke pria yang duduk di sebelah pasiennya. Lelaki itu memandangi pasangannya dengan tatapan mendamba tapi entah kenapa, ada jarak antara keduanya. Si wanita pun sama sekali tidak menoleh dan hanya menatap tangan di pangkuannya sendiri.Mata sang dokter menelusuri wajah si pria lebih intens. Mengamati bagian-bagian wajahnya, turun ke d*da bidang serta sepasang lengan yang terlihat kuat di balik kemejanya yang digulung hingga siku. Bulu-bulu halusn
= Beberapa bulan kemudian ="Apa ini?"Pasangan itu sedang makan pagi, saat Fred mengulurkan sebuah amplop di depan isterinya. "Komisi untukmu. Karena membantuku dalam project kemarin."Kedua alis Andrea berkerut tidak paham. "Project? Project apa?"Menyendokkan makanannya, Fred berkata santai. "Project kondominium kemarin. Beberapa bulan lalu, aku sedang mengerjakan revisinya dan kamu membantuku membuat design-nya. Klien cukup senang dengan revisimu, dan setuju untuk membangunnya sesuai idemu. Itu komisi sebagai seorang arsitek."Raut Andrea tertegun dan ia menatap Fred. Tampak matanya memandang amplop tertutup itu datar."Frederick. Aku ini bukan arsitek. Apa perlu aku ingatkan, kalau aku adalah mahasiswa DO? Aku tidak punya ijasah atau pengalaman profesional untuk bisa kamu sebut arsitek. Saat itu, aku hanya iseng membantumu. Bukan maksudku mencampuri pekerjaanmu dan kebetulan saja, klien-mu suka. Tapi aku tidak akan
= Salah satu apartemen mewah. Kota NY =Kepala cantik itu menoleh saat terdengar suara pintu yang terbuka. Tampak ia kembali sibuk dengan lipstik-nya saat tahu siapa yang sedang masuk ke ruangan itu."Tumben kau sering pulang malam, Keith. Biasanya kau paling tidak betah di kantor."Membuka dasinya asal, pria itu tidak menjawab. Ia malah memperhatikan wanita yang tampak berdandan sangat cantik malam itu. Gaunnya cukup mengundang, meski tertutup di bagian bawahnya."Kau mau pergi?"Pertanyaan itu membuat si wanita tersenyum dan mendekatinya. Salah satu tangannya mengusap pipi Keith yang sedikit berjambang karena lupa bercukur."Kau mau aku tinggal?"Sorot jijik tampak dari mata Keith dan pria itu mundur. "Jangan sentuh aku!"Penolakan itu membuat si wanita marah. Ia hampir saja menampar Keith tapi mengurungkannya. Tampak ia meraih mantelnya yang tergeletak di tempat tidur."Kau sekarang tidak asyik lagi,
Hampir tengah malam, barulah pintu apartemen itu terbuka. Ruangan telah gelap dan suasana terasa sepi. Melangkah ke dalam, Gregory meletakkan buket bunganya di meja makan dan mulai membuka mantelnya. Ia membuka pintu kulkas dan mengambil air mineral dingin. Hari ini benar-benar melelahkan untuknya. Tadi, dirinya harus membereskan dulu perjanjian kontrak dengan salah satu klien-nya. Belum lagi tiba-tiba ada masalah di perizinan untuk pembangunan rumah tinggal pribadinya. Semua masalah itu muncul bersamaan.Membuang botol kosongnya, ia akan berbalik saat melihat ada sesuatu di dalam oven. Berjongkok, Gregory mengambil kue bolu dari sana. Kue itu sederhana dan tidak ada icing di atasnya. Merasa lapar, ia mengirisnya sedikit dan memakannya. Ketika mengunyahnya, matanya membelalak."Hmmh! Enak!"Pria itu duduk di kursi dan mengambil lagi irisan yang lain. Tidak sadar, ia telah menghabiskan setengah dari kuenya sendirian. Perutnya kenyang saat Gregory akhirnya b