Fabian membantahnya dengan sangat singkat dan tegas dengan ekspresi tidak senang di wajah tampannya.Guru itu tertegun sejenak, tetapi dia dengan cepat bereaksi dan terus menyunggingkan senyum manis dan ramah. “Maafkan saya, saya kira Anda adalah—”“Aku wali Lilian. Jika terjadi sesuatu pada Lilian di sekolah, segera beri tahu aku.”Fabian berkata sambil menyerahkan kartu namanya.Guru itu mengambil kartu nama dari tangan Fabian dan melihatnya dengan cermat.Fabian berbalik lalu membelai kepala kecil Lilian. “Lilly, sana masuk dengan gurumu. Aku akan datang menjemputmu saat jam pulang sekolah nanti.”Lilian mengangkat wajah imutnya dan mengedipkan matanya pada Fabian.Fabian mengangkat kedua sudut bibirnya dan tersenyum lembut. Setelah itu, dia mengulurkan tangannya dan meletakkan sepotong permen di telapak tangan Lilian. Kemudian, dia menatap guru itu dengan serius."Miss Charles, kalau begitu, aku akan meninggalkan Lilian dalam pengasuhanmu."Guru itu dengan cepat menyimpan kartu nam
Miss Charles agak malu, tapi dia tetap mengambil kue itu lalu melambaikan tangan pada Lilian.Lilian tersenyum dan melambaikan tangan pada gurunya.Setelah masuk ke dalam mobil, mata Fabian sesekali melirik ke kaca spion.“Lilly, apa kau senang karena kau ke sekolah hari ini?”Lilian mengangguk.Fabian bertanya lagi, “Apa ada teman sekelasmu yang merundungmu?”Lilian menggelengkan kepalanya, dan senyum tulus pun muncul di wajah mungilnya.Fabian menghela nafas lega.Selama beberapa hari berikutnya, Fabian mengantar dan menjemput Lilian tepat waktu setiap hari.Di luar itu, dia berada di kantornya atau membawa Lilian ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan rutin. Dia hanya pergi ke beberapa lokasi ini saja. Dia jarang terlibat dalam kegiatan hiburan atau menghadiri pertemuan.Sahabatnya mengolok-oloknya, mengatakan bahwa dia belum punya pacar tetapi seperti sudah terikat.Itu memang benar, tapi Fabian senang dengan apa yang dia lakukan.Dia telah berjanji pada Madeline dan dirinya se
Setelah mendengarkan seruan temannya, Julie tersenyum senang. "Gadis kecil itu bukan putri Mr. Johnson.""Bukan putrinya?" Teman Julie terkejut. "Tapi sepertinya pria tampan itu sangat memperhatikan gadis kecil itu.""Dia walinya, jadi tentu saja, dia peduli dengan anak yang dia asuh," jelas Julie, dan kata-katanya terdengar sangat masuk akal. Dia menatap punggung Fabian saat pemuda itu memasuki kios burger, senyum pun muncul di kedua sudut bibirnya. "Mr. Johnson sangat penyayang dan sabar dengan anak-anak. Aku cukup yakin dia akan lebih mencintai anak-anaknya sendiri saat dia punya anak nanti.”Saat ini akhir pekan, jadi Fabian menghabiskan hari ini bersama Lilian.Baru saat senja tiba, Lilian merasa mengantuk. Fabian dengan hati-hati menggendong Lilian yang sudah mulai mengantuk dan masuk ke mobil.Sesampainya di rumah, Fabian membawa Lilian ke kamar tidur dan menidurkan anak itu.Melihat wajah polosnya saat tidur, Fabian merasa sangat puas dan nyaman.Dia kembali ke kamarnya untuk m
Saat jam pulang sekolah tiba, Fabian langsung menjemput Lilian.Mungkin karena kondisi fisik Lilian, maka pihak sekolah lebih memperhatikannya.Malam hari.Fabian memegang hasil prakarya setengah jadi Lilian dan melakukan sentuhan akhir dengan serius.Setelah menyelesaikannya, untuk sementara waktu Fabian duduk di samping tempat tidur Lilian. Dia tidak tahu kapan dia tertidur, tetapi ketika bangun keesokan harinya, dia mendapati dirinya tertidur di sebelah tempat tidur Lilian.Saat melihat pengasuh yang merawat Lilian masuk ke kamar, Fabian bangkit dengan agak malu.Pengasuh itu tidak merasa aneh saat melihat pemandangan ini. Semua orang di rumah ini tahu kalau Fabian, sang kakak, selalu menyayangi Lilian, adiknya.Sebenarnya, Fabian hanya sedikit khawatir karena dia tidak tahu apakah dia telah mengganggu tidur Lilian dengan caranya dia tidur.Namun, sepertinya gadis kecil itu tidur nyenyak.Fabian masih mengantar Lilian ke sekolah seperti biasa. Setelah kembali ke kantor, dia menerima
Sepasang mata tajam Fabian dan nada bicaranya yang penuh tekad membuat ayah anak laki-laki itu merasakan sedikit hawa dingin, tetapi saat ingat kalau putranya yang dipukuli, kepercayaan dirinya sekali lagi melonjak."Kau aneh sekali, bocah cantik. Karena kau bukan ayah benda kecil ini, lalu apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau begitu sok bermoral sekarang setelah benda kecil itu memukuli putraku?”Pria itu menyingsingkan lengan bajunya, tampak sombong dan mendominasi.“Katakan padaku, Miss Charles, aku menghabiskan begitu banyak uang untuk menyekolahkan putraku di sini, dan ini caramu mengasuhnya? Sekarang setelah putraku dipukuli oleh benda kecil ini, kau harus segera mengusirnya. Kalau tidak, aku akan melaporkanmu!”"Apa katamu? Siapa yang kau sebut benda kecil? Bilang sekali lagi kalau kau berani.” Hati Fabian sudah tersulut gara-gara pria ini, tetapi pada saat ini, tatapannya seperti panah dingin. Pria itu langsung bingung.“Jangan khawatir, Miss Charles. Aku tidak akan membiar
Sementara itu, Fabian menghampiri Lilian, mengulurkan tangannya, lalu membelai kepala kecil Lilian yang menggemaskan untuk menghiburnya.“Jangan takut, Lilly. Aku di sini. Aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun menggertakmu."Dengan Fabian di sisinya, Lilian tidak akan pernah takut.Meskipun usianya masih sangat muda, dia tidak pernah takut pada penjahat seperti itu bahkan ketika orang itu menggertaknya.Bahkan ketika dia menghadapi Lana si iblis betina dan dilemparkan ke dalam kolam, dia tidak pernah sekali pun memohon pada Lana untuk menyelamatkannya.Bisa dibilang kalau dia telah mewarisi gen Madeline sepenuhnya.Bahkan dalam menghadapi kritik dan tuduhan, dia diam hanya karena dia tidak bisa bicara. Meski begitu, sorot matanya jernih dan penuh dengan rasa percaya diri.Melihat ini, Julie segera maju untuk menengahi.“Mr. Johnson, bisa-bisanya An—”"Ya, aku barusan memukul seseorang, tapi itu karena dia pantas mendapatkannya." Ekspresi Fabian tidak pernah berubah. Matanya yang t
”Uuum…”Menatap mata kelam Fabian, pria itu langsung mengaku kalah.“Dasar anak brengsek, ini semua salahmu! Cepat minta maaf padanya!" Pria itu memarahi putranya yang berdiri di sampingnya dan mendorong putranya ke depan Lilian. "Cepat minta maaf!"Pria itu ketakutan, apalagi putranya.Fabian mengangkat matanya dengan dingin. “Apa menurutmu ini cukup? Apa kau pikir kau tidak bersalah sama sekali?"“Uuum…”“Orangtua adalah guru terbaik bagi anak. Dan kau, sebagai ayahnya, memiliki tanggung jawab yang tak bisa kau hindari untuk menentukan akan jadi apa anakmu nanti.”" ...ya, ya," jawab pria itu berulang kali. Dia sama sekali tidak berani membalas perkataan Fabian. "Kau benar. Aku, sebagai seorang ayah, memiliki tanggung jawab yang besar.”Dia dengan patuh menatap Fabian sambil menyunggingkan senyum yang bahkan terlihat lebih jelek dibandingkan dengan wajah orang yang sedang menangis. “Gadis kecil, ini salahku. Aku tidak memilih kata-kataku dengan bijak. Jika aku membuatmu kesal dengan
Setelah mereka kembali ke tempat semula, Julie lalu mengantarkan Fabian ke pintu masuk sekolah dan mengucapkan terima kasih."Terima kasih karena tadi telah membela saya, Mr. Johnson."Fabian mengabaikan perkataan Julie, tetapi ketika mendengar Julie mengungkapkan rasa terima kasihnya, dia berbicara dengan tenang."Santai saja. Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, Miss Charles. Aku masih harus merepotkanmu untuk menjaga Lilly selama sekolah berlangsung. Jika sesuatu terjadi pada Lilly, aku ingin dirimu memberi tahu aku sesegera mungkin.”Julie mengangguk sambil tersenyum. "Jangan khawatir, Mr. Johnson. Saya akan lebih memperhatikan Lilly.”"Terima kasih."Setelah berterima kasih pada Julie, Fabian berniat langsung pergi. Namun, ketika berbalik, dia melihat pria yang baru saja dia pukul berjalan ke arahnya dengan ekspresi marah dan membawa dua orang polisi.Pria itu mempercepat langkahnya ketika melihat Fabian sepertinya akan pergi dan menunjuk ke arah Fabian sambil memberi tahu po