Share

3. Cium aku!

Penulis: January yeoja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-03 22:31:40

Chava tersenyum mendengar jawaban - jawaban Alvian yang memuaskan dan tanpa ia pikir terlebih dahulu sudah menjawab. Memang tidak salah Chava menerima Alvian sebagai calon suami.

Chava tiba – tiba saja mendekatkan tubuhnya kepada Alvian. Alvian mengerutkan matanya, memundurkan badannya dari Chava. “Aku boleh cium kamu sekarang, gak sih?” Tanya Chava tanpa merasa malu.

Alvian terkekeh, kemudian menempelkan telapak tangannya di dahi Chava. “Gak boleh. Belum muhrim.”

Chava mendengus sebal mendengar jawaban Alvian. Orang lain ketika di lamar, akan berakhir berpelukan dan berciuman. Tapi Chava dan Alvian hanya berpelukan saja tanpa ada adegan cium – cium.

Sekarang juga, Chava ingin cium Alvian tapi dilarang oleh Alvian dengan alasan belum muhrim. Bukan karena Alvian sangat taat agama, ibadah saja masih bolong - bolong, mabuk juga masih suka. Cuman Alvian sangat memperlakukan Chava dengan berbeda.

“Dih padahal dulu, aku tuh sering lihat ya kamu di cium – cium sama mantan kamu, tapi mana? Kamu gak nolak di cium – cium sama mereka?! Tapi kenapa sama aku gak mau? Aku kan tunangan kamu!”

Mengingat hal itu saja sudah membuat darahnya berdesir merangkak naik ke wajahnya. Mungkin itu kejadian dulu tapi tetap saja membuat Chava terbakar cemburu.

“Tapi kamu gak pernah lihat kan aku ciumin mereka balik?”

Chava diam mendengar pertanyaan Alvian. Memang sih kebanyakan mantannya yang mencium Alvian, itu juga hanya pada pipi Alvian saja, karena setiap kali mereka ingin cium bibir Alvian, Alvian selalu menghindar.

“Ya, gak pernah. Bisa aja kan di belakang aku, kamu ciumin mereka balik.” Ujar Chava membela dirinya.

“Enggak pernah tuh. Pernah juga ada satu cewek yang ambil first kiss aku di bibir. Ciri – ciri cewek itu, tingginya sekitar 165 centi, waktu cium aku dia lagi pake baju dress merah. Terus keliatannya cewek itu lagi patah hati.”

Merasa tidak asing dengan ciri – ciri yang disebutkan Alvian, Chava mencubit perut Alvian hingga Alvian meringgis kesakitan. “ITU AKU! Ih kan aku udah bilang, aku waktu itu lagi mabuk, aku gak sadar cium kamu!” Klarifikasi Chava pada Alvian yang kesekian kalinya karena Alvian selalu membahas hal tersebut untuk menggoda Chava.

Saat itu Chava benar - benar sedang mabuk parah karena patah hati—putus dengan pacarnya. Chava benar - benar tidak sadar sudah mencium Alvian yang menolongnya.

“Tuh kan berarti kamu udah pernah cium aku. First kiss aku lagi.” Ledek Alvian pada Chava.

“Aku gak percaya sama tampang berandal kamu, kalau itu first kiss kamu. Bisa aja kan itu ngarang, kamu pernah juga lakuin hal itu sama cewek lain.”

“Yaudah kalau gak percaya. By the way berandal – berandal gini juga, bisa bikin kamu cinta kan?” Tanya Alvian kemudian mengedipkan satu matanya pada Chava. Menyebalkan sekali. Lagi – lagi pipi Chava memerah.

Chava juga tidak bisa mengelak atas perkataan Alvian. Memang benar, meski Alvian itu menyebalkan, kaku, cuek, gila kerja dan sibuk terus, Chava tetap cinta.

Chava juga akui, meski Chava kadang kesal dan dibuat sedih oleh Alvian, tetap saja Chava akan selalu kembali pada Alvian. Memang benar cinta itu bisa membutakan manusia, ya seperti cinta Chava pada Alvian.

“Ih apaan sih?!” ucap Chava dengan melemparkan bantal pada Alvian. Alvian selalu saja bisa membuat pipi Chava memerah.

Chava hendak berdiri untuk meninggalkan Alvian, namun Alvian menarik Chava kembali hingga Chava terpaksa ke posisi semula.

“Mau kemana? Katanya mau cium aku?” goda Alvian menaik turun kan alisnya yang tebal, tak lupa dengan seringai miring di bibirnya.

“Enggak jadi! Udah gak nafsu!” jawab Chava dengan bibir yang cemberut.

Alvian tertawa lepas. Chava yang marah selalu saja membuat Alvian kesenangan, apalagi jika Chava marah karena di ganggu olehnya. Namun jika Chava yang marahnya benar – benar marah hingga tidak mengeluarkan kata, nah bagi Alvian itu sangat menyeramkan.

Jika Chava sudah marah seperti itu, minta maaf saja harus benar – benar minta maaf dengan tulus, karena sangat sulit untuk dimaafkan oleh Chava.

Alvian menghentikan tawanya melirik perempuan yang menjadi tunangannya itu sedang menekuk wajahnya. Sekarang rasanya Alvian merasa gemas melihat Chava, apalagi bibir Chava yang mencebik seperti anak kecil. Tak hanya itu, matanya juga menatap sinis Alvian.

Alvian tersenyum, Chava delapan tahun lalu dan Chava yang sekarang, bagi Alvian masih sama, sama – sama Chava yang selalu banyak energinya, gampang marah, dan selalu ceria.

Alvian merasa tenang melihat Chava nya kembali lagi seperti awal dia bertemu. Karena saat Chava berusia 19 tahun, Alvian seperti melihat orang lain pada diri Chava, Chava yang selalu ceria berubah menjadi menangis terus. Satu penyebab yang membuat Chava sangat sedih, yaitu Gavin, mantan pacar Chava yang meninggalkan trauma yang sangat mendalam untuk Chava.

Hubungan beracunnya dengan Gavin, hampir saja membuat Chava menghilangkan nyawanya sendiri.

Alvian mendekatkan bibirnya pada pipi gadis yang masih saja mencebikan bibirnya, lalu mengecup pipi Chava yang membuat Chava tersentak kaget hingga matanya membulat.

Chava menoleh pada Alvian, lalu mendapati Alvian yang tersenyum jahil. “Di cicil dulu ciumnya. Nanti sisanya saat udah menikah.” Kata Alvian yang mengedipkan satu matanya, lagi, pada Chava.

“IH ABANG! Sini cium lagi? Yang benar tuh cium di bibir!” Protes Chava yang kini mulai mendekati Alvian yang sudah terlebih dahulu menghindar. Chava ingin ciuman, bukan di cium di pipi saja, karena menurut Chava kurang romantis.

Malam semakin larut, namun kedua calon pengantin ini sedang melakukan aksi kejar – kejaran. Alvian yang enggan untuk di cium, Chava yang ingin mencium Alvian. Chava bahkan tidak merasa lelah mengejar Alvian, sedangkan Alvian tidak mau menyerah juga, Alvian tetap berlari dari Chava dengan tawanya yang mengema di ruangan.

Tidak ada yang mau mengalah atas hal ini, mereka adalah dua orang yang sama – sama memiliki ego yang tinggi. Namun takdir ingin mereka bersatu menjadi pasangan.

***

Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan yang Membingungkan   57. Kehidupan baru

    Alvian menghela napas panjang sambil berbaring di sofa di ruang TV, menatap langit-langit dengan pikiran yang melayang-layang. Apa sebenarnya kesalahan yang telah ia lakukan pada Chava? Seharian ini, Chava menghindarinya, tak mau bicara sedikit pun. Ia bahkan melarang Alvian masuk ke kamar, membuatnya terpaksa tidur di ruang TV.Alvian sudah mencoba berbagai cara untuk meluluhkan hati Chava. Berkali-kali ia meminta maaf, meski ia sendiri tak merasa telah melakukan kesalahan yang cukup serius untuk membuat Chava marah. Namun, tetap saja Chava tak memberi respons.“Ting!”Ponselnya tiba-tiba berbunyi, memecah keheningan. Ia meraih ponsel yang terletak di sampingnya dan membaca pesan yang baru saja masuk. Mata Alvian terbelalak. Pesan dari Chava itu langsung membuatnya bergegas.[ Cepat masuk ke kamar, kalau lima menit kamu enggak masuk, aku akan kunci lagi! ]Tanpa pikir panjang, Alvian segera melompat dari sofa dan berlari menuju kamar. Benar saja, pintu kamar yang tadinya terkunci kin

  • Pernikahan yang Membingungkan   56. Perpisahan sang mantan

    “Geli banget deh aku!” jerit Joya, begitu masuk ke dalam ruangan. Suaranya melengking, membuat Chava dan Binar langsung mengerutkan dahi. Joya baru tiba, tapi sudah menghebohkan suasana. Wajahnya menahan geli sekaligus ngeri, bahkan bahunya ikut bergidik.“Kenapa?” Binar bertanya, penasaran.Joya duduk di depan mereka, menarik napas sebelum mengeluarkan ponselnya. “Nih, lihat,” katanya sambil menunjuk layar ponselnya yang menampilkan foto Gavin, mantan pacar Chava, bersama seorang pria.Sekilas, foto itu terlihat biasa saja, hanya dua orang yang duduk bersama. Namun, ketika Chava dan Binar melihat caption foto itu, mereka langsung mengerti mengapa Joya sampai merinding. Tertulis dengan jelas: "My beloved, Gavin."Joya menarik kembali ponselnya, lalu menggeleng pelan sambil menghela napas. “Si Gavin, setelah putus dari kamu, jadi aneh banget kelakuannya. Masa pacaran sama sejenisnya, sih?”Faktanya, Chava memang sudah tahu soal ini sejak lama, bahkan kabar ini sempat membantunya untuk

  • Pernikahan yang Membingungkan   55. Perasaan yang masih sama

    Gavin melangkah keluar dari ruangan Alvian, berusaha tetap tenang meski hatinya bergolak. Situasi semakin tidak nyaman, dan yang lebih menghantam perasaannya adalah pengakuan mantan kekasihnya, Chava, bahwa ia telah menikah dengan Alvian. Meskipun Gavin sudah tahu hal ini lewat unggahan media sosial teman Chava, mendengarnya langsung dari mulut Chava menimbulkan rasa sakit yang mendalam.Sejenak, Gavin menyesali keputusannya di masa lalu. Seandainya saja ia bisa memperlakukan Chava dengan lebih baik, mungkin cincin yang melingkar di jari manis Chava adalah cincin dari dirinya, bukan dari Alvian. Ia tak menyangka akan bertemu kembali dengan Chava dalam kondisi seperti ini.Saat Gavin mengetahui kerja sama yang datang dari perusahaan milik Alvian, Gavin langsung menyetujuinya. Gavin bahkan berani menunjukan wajahnya pada Alvian, padahal orang – orang yang pernah bekerja sama dengan dia tidak pernah ada yang tahu wajah Gavin. Gavin juga sengaja menyamarkan namanya.Hal tersebut dia lakuk

  • Pernikahan yang Membingungkan   54. Bertemu mantan kembali

    Hari ini hari pertama Alvian bekerja sama dengan Gavin, mereka akan bertemu. Pertemuan ini adalah awal dari rencana pembangunan kantor baru Alvian, namun rasa gelisah menguasai hatinya. Alvian merasa enggan, bahkan sedikit malas, untuk bertatap muka apalagi berbicara dengan Gavin.Namun, demi Chava, Alvian tahu ia harus melakukannya. Ia bertekad menyingkirkan perasaannya demi keprofesionalan dia.Saat pintu ruangannya terbuka, Alvian melihat Mario masuk lebih dulu, diikuti oleh Gavin di belakangnya. "Pak Alvian, ini Pak Gavin," kata Mario, mencoba mencairkan suasana dengan sapaan formal yang terdengar datar.Alvian bangkit dari kursinya, mengulurkan tangan dengan sikap profesional meskipun hatinya terasa berat. Ia sadar, bagaimanapun, Gavin adalah tamunya, dan sebagai tuan rumah, ia harus menunjukkan sikap yang baik. Dalam hatinya, ada perasaan campur aduk—rasa tidak nyaman yang tak bisa ia abaikan.Gavin menyambut uluran tangan Alvian dengan senyuman lebar, membuat suasana seakan-ak

  • Pernikahan yang Membingungkan   53. Kepercayaan

    Sepulang dari kantor, Alvian sama sekali tidak membuka mulut, suaranya pun tidak Chava dengar. Wajah Alvian memang terlihat sudah biasa saja, tidak menunjukan ekspresi marah seperti saat di Kantor tadi. Maka dari itu Chava simpulkan, suaminya masih kesal padanya.Chava melingkarkan kedua tangannya dari arah belakang pada dada Alvian yang sedang menyesap rokok elektronik di Rooftop rumahnya. Dia juga menempelkan kepalanya pada punggung Alvian. Alvian yang tiba – tiba saja dipeluk, membuat Alvian terkejut, namun tidak membuat dia berbalik untuk melihat Chava.“Masuk, Ca. Aku lagi ngerokok.” Akhirnya Alvian mengeluarkan suara hanya untuk memperingatkan Chava.Alvian jika ingin merokok, dia akan merokok di Rooftop ataupun ditempat lain yang tidak ada Chava. Karena Alvian tidak ingin membuat Chava terbatuk – batuk menghirup asap rokok.“Enggak mau,” tolak Chava, dia memang sengaja menyusul Alvian ke Rooftop untuk membujuk Alvian. Dia bahkan menahan agar dia tidak batuk saat asap rokok itu

  • Pernikahan yang Membingungkan   52. Hal tak terduga

    Alvian sudah menjalankan rutinitas harian seperti biasanya, setelah mengetahui kondisi Chava mulai membaik. Bahkan istrinya itu sudah pulang ke rumah dua hari lalu. Hanya saja Dokter memberikan pesan pada Alvian, agar tetap mengawasi Chava.Tadinya Alvian menolak untuk pergi bekerja, dia berencana akan mengambil cuti kembali karena kondisi Chava. Namun Chava menolak, dia menyuruh Alvian untuk pergi bekerja, karena Chava tahu Alvian sudah banyak sekali tidak hadir. Meski perusahaan itu milik Alvian, tapi Chava ingin Alvian pula menepati peraturan yang dia buat.“Bos, apa kamu tahu siapa arsitek yang akan mendesain pembangunan kantor baru, kamu?” Tanya Mario yang kini sedang duduk diseberang Alvian.“Tidak, saya hanya tahu bahwa nama dia Alend.” Ucap Alvian yang tidak mengalihkan perhatian matanya saat Mario bertanya.Memang Alvian berencana untuk membangun kantor baru yang lebih luas dari kantornya sekarang. Alvian akan lebih banyak merekrut karyawan, apalagi penjualan dari usaha pakai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status