Home / Romansa / Pernikahanku Dengan CEO tampan. / Bab 5 : Rahasia Yang Menyakitkan

Share

Bab 5 : Rahasia Yang Menyakitkan

last update Last Updated: 2024-06-15 00:22:39

Celia menjawab dengan ekspresi wajah yang riang, hanya untuk menyenangkan ibunya, dia pun mulai berbicara omong kosong, “Ibu tenang saja, Celia pasti akan segera membawakan ibu seorang menantu yang sangat tampan dan juga sangat kaya.”

“Itu bukan syarat utama untuk menjadi menantu ibu, yang penting dia harus menyayangimu dengan tulus.”

“Tentu saja, tidak hanya menyayangiku, dia juga sangat bucin.” Celia tersenyum lalu mencium tangan ibunya, “Dan yang penting, Celia yakin dia juga sangat menyayangi ibu.”

“Tidak usah pikirkan ibu.”

“Siapa bilang, jika mau menikahiku maka dia juga harus menyayangi ibuku.”

“Jadi kamu sudah bertemu seseorang?”

“Tentu saja. Tapi yang terpenting sekarang, ibu harus sembuh dulu, baru setelah itu Celia akan membawa dia untuk bertemu dengan ibu.”

“Aamiin. Tapi ngomong-ngomong apa itu bucin?”

“Itu artinya di matanya tidak akan ada wanita lain selain putrimu yang cantik ini. Dia sangat tergila-gila padaku.”

Setelah itu mereka tertawa bersama. Celia ingat betapa manis senyuman ibunya waktu itu. Dia juga masih bisa merasakan tangan hangat ibunya saat menyentuh dan membelai kepalanya dengan lembut hingga membuatnya tertidur.

Tubuh Celia goyah, Bibi Mery memeluk bahunya dengan sangat erat takut gadis itu akan terjatuh sewaktu-waktu. 

Sampai di rumah.

Rumah itu kini terlihat sunyi. Celia menyentuh kursi teras dengan lembut, tempat biasa ibunya selalu duduk saat pagi atau sore hari menunggunya pulang kerja dengan senyuman.

Tapi mulai hari ini dan seterusnya tidak akan ada lagi yang menunggunya pulang ke rumah. 

Celia merasa sangat lelah. Hari ini dia berencana menghabiskan waktunya untuk beristirahat. Namun, belum sampai di kamar, terdengar suara mobil yang terparkir di halaman. 

“Akhirnya kamu pulang juga.”

Suara yang familiar, tapi terdengar tidak bersahabat di telinga Celia. Itu adalah suara pamannya, Arnold. Dia adalah adik dari ibunya. Ayah dari Eliza.

Celia tidak pernah mempunyai kenangan yang indah dengan keluarga dari ibunya terutama Arnold, istri dan anak-anaknya.

“Paman Arnold…” Celia berbalik untuk menyapa. “Silahkan duduk, paman mau minum apa?”

“Tidak perlu, langsung saja, aku kesini hanya ingin memberitahumu bahwa lusa akan menjadi hari pernikahanmu.” 

“Menikah? Tapi…Dengan siapa?” Celia sangat terkejut saat mendengarnya.

Dia terduduk di kursi berusaha untuk bersikap biasa. Masih berpikir positif terhadap maksud baik keluarga ibunya. Mungkin ibunya sebelum meninggal sudah memberikan tanggung jawab penuh masalah pernikahannya kepada pamannya. 

Tapi tetap saja pernikahan yang kesannya mendadak membuat Celia merasa tidak nyaman. Apalagi ibunya baru saja dimakamkan dan terlebih lagi dia tidak tahu siapa calon suaminya. Celia bermaksud menolak dengan cara yang sopan. Tapi belum lagi sadar dari keterkejutannya, Arnold menyebutkan sebuah nama…

“Dengan Benjamin.”

Saat mendengar nama Benjamin, Ciela terkejut bukan kepalang. Dia bahkan mengira bahwa Arnold sedang bercanda atau mungkin ada masalah dengan pendengarannya sendiri.

Dengan berusaha mempertahankan ketenangannya Celia berkata, “Apa? Paman jangan bercanda dengan suatu hal yang tidak mungkin terjadi.”

Arnold menatap Celia dengan tatapan yang dingin dan berkata, “Suka atau tidak, aku sudah putuskan lusa kamu harus menikah dengan Benjamin!”

Melihat keteguhan Arnold, membuat Celia yakin bahwa dia tidak sedang bercanda. Tubuhnya seketika merinding, bagaimana mungkin, paman yang selama ini dia hormati tega memaksanya untuk menikah dengan Benjamin? 

Dan dengan keteguhan yang sama, Celia berkata, “Aku tidak akan pernah bisa menikah dengan dia.”

“Kenapa tidak bisa?!”

“Karena dia adalah pamanku!”

Jacob Albern memiliki lima orang anak, dan Benjamin adalah anak bungsu di dalam keluarga. Benjamin sudah menikah dan memiliki empat orang anak, sedangkan istrinya baru saja meninggal tiga bulan yang lalu karena sakit. Selama 24 tahun kehidupan Celia, dimatanya Benjamin adalah pamannya jadi bagaimana mungkin dia bisa menikah dengannya? Hanya dengan membayangkannya saja Ciela merasa sangat jijik.

“Kamu salah, kamu hanya anak pungut! Tidak ada darah Albern ataupun Harrison yang mengalir di dalam tubuhmu. Jadi pernikahanmu dengan Benjamin tidak menyalahi hukum apapun.”

Saat mendengar ucapan Arnold, langit seakan runtuh menimpa Celia. Dia menatap wajah Arnold dan berharap pamannya itu akan tertawa dan berkata bahwa semua yang barusan dia ucapkan hanya sebuah lelucon. Tapi sebaliknya, yang Celia lihat hanya tatapan kebencian. Seluruh tubuhnya terasa lemas seperti tidak bertulang. Kebenaran itu seperti menghantam dadanya hingga membuatnya terasa sulit untuk bernafas.

Seakan belum puas mengeluarkan kebenciannya, Arnold kembali berkata, “Kakak dan kakak iparku terlalu menyayangimu sehingga warisan yang mereka tinggalkan semua atas namamu. Kamu hanya anak pungut tidak pantas memiliki warisan sebanyak itu. Kamu harus menikah dengan Benjamin agar semua warisan kembali menjadi milik keluarga Albern kami!”

Celia dan ibunya selalu hidup sederhana sejak ayahnya meninggal, dia sama sekali tidak tahu jika kedua orang tuanya mewarisi harta yang membuat keluarga Albern tergiur dan gelap mata. 

Sebenarnya ada apa?

Sejak kecil, selain Tuhan di dunia ini hanya ibunya yang Celia percaya. Tapi sekarang ibunya tidak ada, lalu siapa yang harus dipercayai? Bahkan kini kepercayaan pada ibunya sedikit luntur. Kenapa ibunya tidak memberitahu apapun padanya?

Tentu, Celia tidak percaya begitu saja semua apa yang Arnold katakan mengenai statusnya sebagai anak pungut. Meskipun hal itu benar, dia harus mencari tahu sendiri kebenarannya. 

Celia melirik pintu utama yang terbuka lebar, dia bangkit dan berusaha untuk lari keluar, namun anak buah Arnold yang sudah berjaga dengan cepat menangkapnya kembali. Celia tidak berdaya karena mereka begitu kuat.

“Dan satu lagi, mulai hari ini dan seterusnya aku dan keluargaku akan menjadi pemilik rumah ini. Kepemilikan atas namamu, segera akan diubah melalui notaris.”

“Kurung dia di kamarnya. Jangan biarkan keluar sampai hari pernikahannya besok lusa. Jika dia sampai kabur, aku pastikan kalian akan menerima akibatnya.” Arnold menunjuk ke arah pria-pria bertubuh besar dan berwajah seram yang memegang tangan Celia.

“Tolong lepaskan aku paman Arnold, biarkan aku pergi! Aku tidak mau menikah! Tidak dengan paman Ben, aku menganggapnya seperti pamanku sendiri.”

Arnold berjalan mendekat, “Mulai sekarang jangan panggil aku paman, karena aku bukan pamanmu! Kau hanya anak pungut yang tidak memiliki asal usul yang jelas. Pernikahan ini hanya sebuah formalitas. Apa kau pikir Ben bersedia melakukannya karenamu?  Cepat bawa dia pergi!”

Anak buah Arnold menyeret tubuh Celia yang masih terus meronta, lalu melemparkannya ke dalam kamar. Kemudian menguncinya dari luar.

“Tuan Arnold! Tolong buka pintunya! Biarkan saya pergi! Saya akan memberikan rumah ini pada anda, tapi biarkan saya pergi!”

Hati Celia penuh kekecewaan, termasuk pada ibunya. Kenapa ibu tidak pernah memberitahu apapun padanya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 135 : Peristirahatan Terakhir Gelang Safir Biru, Di Dasar Laut

    Jantung Celia berdegup semakin kencang, perasaannya tidak menentu.Mereka sampai di sudut jalan yang lebih sepi, tapi pria itu sudah tidak terlihat lagi. Celia berhenti dan menatap sekeliling dengan nafas yang tidak beraturan. "Dia... dia ada di sini tadi," ucapnya.Luxian mendekat, meletakkan tangan lembut di bahu Celia. "Celia, mungkin ini hanya perasaanmu. Kau mungkin melihat seseorang yang mirip, tapi Sergio... dia sudah tidak ada." Suaranya lembut, mencoba menenangkan.“Kau benar, itu mungkin hanya imajinasiku saja, Luxian maaf,” jawab Celia.***Celia melihat berita mengejutkan di ponselnya. Sebuah laporan menayangkan rekaman yang diambil oleh warga di jalan.Di layar, terlihat seorang wanita dengan pakaian lusuh dan rambut acak-acakan, tampak berusaha dipegang oleh beberapa petugas medis dan polisi. Wajah wanita itu tampak penuh dengan kebingungan dan ketakutan, sementara di pelukannya, dia memeluk bantal kecil. Wanita itu berteriak dan meronta, menolak dimasukkan ke dalam mob

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 134 : Pernikahan & Bulan Madu Kedua

    Setelah berhari-hari menunggu dengan penuh harapan, keluarga Lannister akhirnya harus menerima kenyataan yang pahit. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa tidak ada korban selamat dari kecelakaan pesawat yang menewaskan banyak penumpang. Jenazah sebagian besar penumpang tidak ditemukan karena pesawat jatuh di laut lepas, membuat pencarian semakin sulit dan perlahan dihentikan. Keluarga Lannister, yang awalnya begitu berharap akan keajaiban, kini tak punya pilihan selain menyerah.Di tengah duka yang mendalam, orang tua Sergio, duduk bersama Celia di rumah mereka. Mereka tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Dalam percakapan yang penuh dengan emosi, mereka akhirnya memutuskan untuk memberikan Celia kebebasan."Celia, sayang," ujar Mrs. Lannister dengan suara lembut. "Kami tahu ini tidak mudah, dan Sergio akan selalu ada di hati kita semua. Tapi... kamu masih muda, dan kami ingin kamu bahagia. Kamu bebas untuk menikah lagi, jika kamu menemukan seseorang yang membuatmu bahagia."Celia me

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 133 : "Papa!" Seru Axel.

    Dan kemudian, tanpa peringatan, Celia mulai menangis terisak. Tangisnya begitu dalam dan penuh dengan kesedihan yang dia tahan selama bertahun-tahun. Bahunya bergetar, nafasnya tersengal-sengal, dan dia merasa seluruh dunia runtuh di sekitarnya. Tanpa berpikir panjang, Celia meraih tubuh Luxian, memeluknya erat seolah-olah dia takut kehilangan lagi. Tangannya yang gemetar melingkari pinggang Luxian, memegang erat seolah-olah dia menemukan satu-satunya pijakan di tengah badai yang menerjang hidupnya."Aku nggak tahu harus bertanya kemana lagi tentang Abigail dan semua yang terjadi." Celia terisak di dadanya, suaranya hampir tak terdengar. "Aku nggak tahu apa yang terjadi padamu. Kau menghilang. Dan sekarang aku pikir kamu sudah pergi selamanya."Luxian, yang merasakan tubuh Celia gemetar dalam pelukannya, dengan lembut membalas pelukan itu. Tangannya yang kuat namun lembut melingkari bahu Celia, menariknya lebih dekat. Dia membelai rambut Celia dengan lembut, memberikan rasa tenang d

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 132 : Permainan Takdir

    Luxius menceritakan apa yang terjadi dan Luxian sangat terkejut. Karena saat kejadian dan berita kecelakaan di umumkan, dia sudah berada di dalam pesawat.“Sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Luxius.Hari itu, Luxian sedang bersiap-siap untuk kembali pulang setelah menjalani perawatan panjang di luar negeri. Kesehatannya berangsur membaik, dan akhirnya dia merasa cukup kuat untuk kembali ke keluarganya di Summerfield. Semua barangnya sudah dikemas, dan tiket penerbangan di tangannya menunjukkan bahwa dia akan pulang pada malam hari itu. Ada perasaan lega yang perlahan mengisi dadanya, karena setelah berbulan-bulan jauh dari rumah, dia akhirnya bisa bertemu dengan orang-orang yang dia cintai. Tapi di tengah persiapannya, sebuah peristiwa kecil mengubah segalanya.Di rumah sakit tempat dia terakhir kali melakukan pemeriksaan, Luxian bertemu dengan seorang pria yang tampak sangat panik. Pria itu duduk di bangku ruang tunggu, tampak gelisah dengan ponsel di tangannya, mengusap wajahnya b

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 131 : Celia Berteriak Memanggil Luxian

    Di ruang tunggu bandara yang penuh dengan keheningan dan kesedihan, Celia hampir tenggelam dalam kelelahan. Tubuhnya terasa begitu berat setelah berjam-jam menunggu kabar yang belum pasti. Matanya yang sembab oleh air mata hampir tertutup, dan dia mulai terjebak di antara keadaan sadar dan tidak. Kepalanya yang bersandar di pundak ibunya perlahan mulai terjatuh, seolah-olah rasa kantuk dan kelelahan telah menguasai dirinya.Namun, di tengah kondisi antara tidur dan terjaga itu, matanya yang setengah terbuka tiba-tiba menangkap sesuatu yang tak terduga. Di pintu kedatangan yang berada agak jauh dari tempat dia duduk, dia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Pria itu berjalan dengan tenang, mengenakan pakaian kasual, rambutnya yang hitam agak kusut. Di sebelahnya, ada Bryan, yang juga terlihat familiar untuk Celia.“Luxian...?” Bisik Celia pelan, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Matanya tiba-tiba melebar, dan kesadarannya mulai kembali. Dia mengerjapkan mata beberapa k

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 130 : Berita Kecelakaan Pesawat

    "Celia, semuanya sudah siap. Kita akan merayakan kepulangan Sergio dengan penuh suka cita," kata Eleanor, sambil tersenyum hangat di ruang tamu kediaman Montague. Meja makan sudah dihiasi dengan bunga-bunga segar dan hidangan terbaik, sementara semua orang bersemangat menunggu kedatangan Sergio.Di tempat lain, suasana serupa juga menyelimuti kediaman Davies. Mereka menerima kabar dari Luxian bahwa dia juga sedang dalam perjalanan pulang setelah menjalani perawatan di luar negeri selama berbulan-bulan. Keluarga Davies yang telah lama menanti kabar baik ini merasa lega. "Akhirnya, Luxian pulang. Aku tak sabar melihatnya," ujar Paula dengan mata berbinar. Di rumah itu, suasana dipenuhi harapan, dan Luxius tampak tersenyum lega mendengar kabar baik dari kakaknya. Setelah semua drama dan ketegangan, keluarga Davies merasa hari itu akan menjadi awal yang baru bagi mereka.Namun, ketika waktu mendekati siang, suasana yang penuh kebahagiaan itu berubah dalam sekejap.Tiba-tiba, televisi m

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 129 : Axel Bertemu Nenek Davies & Kabar Kepulangan Sergio

    Dengan wajah yang perpaduan sempurna antara Celia dan Luxian, anak itu menjadi simbol dari hubungan masa lalu yang rumit, tapi juga penuh cinta.Sergio sangat mencintai anak itu dan menganggapnya seperti darah dagingnya sendiri.***Suatu hari, di sebuah taman kota yang tenang dan indah, Celia sedang berjalan-jalan dengan putranya. Anak kecil itu tampak riang, berlari-lari kecil di sekitar taman, mengejar burung-burung dan tertawa ceria. Celia mengawasinya dengan senyum hangat di wajahnya, menikmati momen damai bersama anaknya. Hari itu cuaca sangat cerah, dengan sinar matahari yang lembut menyinari taman, membuat suasana semakin nyaman.Sementara Celia duduk di bangku taman, tiba-tiba dia melihat sebuah keluarga yang dikenalnya sedang berjalan di sepanjang trotoar taman. Itu adalah keluarga Davies. Nyonya Paula sepertinya sedang mengajak Nenek Iris jalan-jalan menikmati suasana sore hari.Celia merasa dadanya berdegup sedikit lebih cepat. Dia tidak pernah benar-benar memutuskan kont

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 128 : Hubungan Jarak Jauh

    Beberapa hari sebelum hari pernikahannya, Celia memutuskan untuk mengunjungi Hacienda, rumah keluarga besar keluarga Davies di Ashford.Di sana, ia berharap bisa bertemu dengan Nenek Iris, Celia berpikir, jika ada orang yang bisa memberinya petunjuk tentang keberadaan Luxian atau tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya, mungkin itu adalah Nenek Iris.Saat Celia tiba di Hacienda, suasana terasa hening dan damai. Angin sepoi-sepoi meniup lembut dedaunan pohon di halaman, dan langit sore berwarna keemasan memberikan perasaan tenang. Namun, hati Celia tidak tenang. Langkah kakinya sedikit gugup ketika dia mendekati pintu rumah tua itu.Nenek Iris menyambutnya dengan senyuman ramah seperti biasanya, tetapi senyuman itu terasa penuh arti, seolah-olah ada sesuatu yang disimpan di baliknya. "Celia, sayang, apa yang membawamu ke sini?" Tanyanya lembut, suaranya tenang dan menenangkan.Celia, yang awalnya mencoba tersenyum, kini menunjukkan keraguannya. Matanya menatap langsung ke wajah Nen

  • Pernikahanku Dengan CEO tampan.   Bab 127 : Tes DNA Bayi Abigail

    Di rumah sakit, suasana terasa tegang saat Abigail berbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit, kondisinya kritis akibat pendarahan hebat setelah pengejaran dramatis bersama Simon. Tim medis bergerak cepat, mempersiapkan operasi darurat. Dokter memberitahu bahwa kondisi Abigail dan bayinya sangat kritis. Kemungkinan besar, bayinya sudah meninggal dalam kandungan dan harus segera dikeluarkan, akibat trauma dan stres fisik yang dialaminya.Di kediaman keluarga Davies suasana menjadi sangat tegang. Mereka tampak khawatir dan frustasi dengan semua situasi yang kacau ini. Abigail telah menjadi pusat masalah bagi keluarga mereka. Awalnya mereka berpikir bahwa bayi yang dikandung Abigail adalah anak Luxian, tapi dengan berita bahwa Abigail terlibat dengan Simon, segalanya menjadi tidak jelas. Mereka tidak mau mengambil risiko dan memutuskan untuk meminta dokter melakukan tes DNA pada bayi Abigail. Dengan kekuasaan dan pengaruh yang mereka miliki, keluarga Davies berhasil memaksa pihak ruma

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status