Celia berasal dari latar belakang yang misterius, dia tidak menyadari bahwa dirinya terhubung dengan keluarga Montague salah satu dari empat keluarga besar di negara X. Ketika ibunya meninggal dunia dan kebenaran tentang asal-usulnya terungkap, hidup Celia berubah drastis. Dia adalah anak pungut dan dipaksa untuk menikah dengan pamannya. Celia melarikan diri ke desa terpencil bernama Ashford. Di sana, dia berusaha memulai hidup baru jauh dari bayang-bayang masa lalunya. Namun, takdir mempertemukan Celia dengan berbagai orang yang mengubah jalan hidupnya, termasuk Luxian, seorang pria yang diam-diam memiliki ikatan misterius dengannya. Celia terlibat dalam dunia hiburan yang glamor setelah secara tidak sengaja ditemukan oleh seorang produser. Karirnya sebagai model dan aktris berkembang pesat, tetapi dalam bayang-bayang kesuksesannya, ada banyak rahasia dan konflik yang harus dihadapinya. Celia tidak tahu bahwa suaminya, Luxian, yang dia kira hanya seorang pewaris biasa, sebenarnya adalah CEO dari salah satu perusahaan teknologi besar. Dan juga pewaris Klan Davies. Sementara itu, Abigail, seorang aktris terkenal yang merasa posisinya terancam oleh kesuksesan Celia, menjadi rival dalam dunia entertainment. Abigail selaluberusaha untuk mendapatkan Luxian. Konflik di antara mereka semakin memperumit hidup Celia yang sudah penuh dengan intrik dan manipulasi. Penyelidikan rahasia oleh John Parker, Detektif Swasta, mengungkap bahwa Celia mungkin putri Klan Montague yang hilang saat lahir. Ketika saudara kembarnya Amelia mengalami kecelakaan dan koma, Celia menyamar sebagai Amelia demi melindungi kesehatan Lady Eleanor, ibu kandungnya. Dengan identitas ganda dan rahasia yang semakin sulit disembunyikan, Celia harus menghadapi intrik dari orang-orang yang tidak suka padanya, cinta yang rumit, dan perjuangan menemukan jati dirinya. Celia belajar bahwa kebenaran selalu memiliki cara untuk terungkap, dan cinta sejati tidak bisa dihancurkan oleh rahasia dan kebohongan.
View More“Eliza… aku ingin pulang saja… aku merasa tidak enak badan…”
“Tunggu sebentar lagi… begitu pestanya selesai aku akan datang kembali untuk menjemputmu, sekarang kamu istirahat dulu, dan tunggu aku di dalam.” Eliza memapah Celia yang sudah dalam keadaan mabuk ke sebuah kamar president suit hotel Diamond di kamar 1506. Saat tiba di depan pintu, Eliza melihat pintu yang tidak terkunci, sudut bibirnya sedikit terangkat. Setelah mendorong Celia masuk ke dalam, Eliza kemudian menutup pintu, sebelum pergi dia tidak lupa memasang tanda ‘Do Not Disturb’ pada knop pintu bagian luar. Mencegah siapapun untuk masuk ke dalam. Tidak lama kemudian Bryan datang dengan nafas terengah-engah, dia berdiri terpaku di depan pintu saat melihat tanda ‘Do Not Disturb’ terpasang. Karena tanda tersebut, dia tidak berani mengetuk apalagi langsung masuk. Apa yang terjadi? Padahal tadi Bosnya sendiri yang menyuruh dia agar cepat kembali setelah mengambil baju ganti dan obat penghilang mabuk. Karena hal itu juga yang sampai membuatnya berjalan setengah berlari. “Bos Luxian sepertinya sudah tidur, mengganggunya sama saja dengan mencari mati. Lebih baik aku tunggu sampai besok pagi saja.” Pikir Bryan, dia lalu berbalik dan bersiap untuk kembali ke mobil. Namun sebelum melangkah, dari sudut matanya, Bryan melihat ada yang salah dengan nomor kamar yang terpasang pada tembok di samping pintu masuk. Nomor itu seperti berubah. “Nomor kamar Bos bukannya 1509? Kenapa sekarang berubah jadi 1506?” Sambil mengerutkan kening dia memperbaiki nomor kamar tersebut, ternyata memang benar rusak angka 9 berubah kembali menjadi 6. Saat menuju lift Bryan melirik sekilas kamar 1506 yang berada tidak jauh di seberang kamar Luxian hanya sedikit berbelok, lalu berkata cemas, “Semoga saja tidak ada orang yang cukup ceroboh hingga salah masuk kamar dan mengganggu istirahat Bos.” Tadi setelah bertemu teman-temannya, Luxian mabuk berat akibat toleransi alkoholnya yang rendah. Karena besok ada pertemuan penting, dan jarak dari hotel ke kantor lebih dekat daripada jarak dari apartemennya ke kantor, jadi Luxian berencana tidur di hotel malam ini dan menyuruh Bryan asisten pribadinya mengambil baju ganti untuk dipakai meeting besok pagi, sekalian membeli obat anti mabuk. Di dalam kamar, Celia merasakan dunia di sekitarnya berputar. Dia berjalan terhuyung dan dengan malas ambruk ke atas tempat tidur kemudian melepas heels dan melempar mantelnya secara asal ke lantai. Karena suasana kamar sedikit gelap dan kesadarannya yang kurang, dia tidak menyadari jika sudah ada seseorang yang berbaring di atas tempat tidur. Celia merasakan tubuhnya panas dan tidak nyaman, saat dia berbalik, wangi parfume maskulin menyerbu masuk indra penciumannya. Bau yang menyegarkan seperti aroma terapi, seketika membantu menenangkan ‘kegelisahannya’. Namun disaat yang sama juga membuat jantungnya berdetak semakin cepat. Mereka berbaring miring saling berhadapan dan sangat dekat, saat Celia mendongak, seraut wajah yang luar biasa tampan tersaji di depannya. Dia bisa melihat wajah pria itu meskipun dalam cahaya yang redup. Bulu matanya yang panjang terkulai ke bawah dengan lembut, dan hidungnya yang tinggi dan lurus membuat wajahnya tampak seperti pahatan semesta yang paling indah. Celia tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh wajah itu dengan ujung jarinya yang lentik, perlahan menjelajah mulai dari kening, alis, mata, hidung, rahang. Dan akhirnya berhenti di jakun dan tulang selangka. Setiap bagiannya terlalu luar biasa. Seperti terhipnotis Celia tidak tahu berapa lama dia menatap wajah tampan yang tiada tara ini, jantungnya semakin berdebar tak terkendali. Membuatnya tidak bisa menahan diri dan dengan berani diam-diam menciumnya. Namun siapa sangka, pria itu tiba-tiba saja membuka mata dan menatapnya tajam, membuat Celia sedikit terkejut, rasanya sama seperti tertangkap basah sedang mencuri. Jika saja di dalam ruangan itu terdapat cahaya yang cukup terang maka orang lain bisa melihat wajahnya yang merona merah seperti kepiting rebus. Detik berikutnya, pria itu memegang bagian belakang kepala Celia yang berusaha menjauh. Dia dengan tidak sabar melumat bibir Celia, membuka dan memperdalam ciumannya. “Umm…” Celia tidak berdaya untuk menolak ciuman pria asing itu. Karena sepertinya, saliva mereka yang telah menjadi satu memiliki efek memabukkan melebihi kadar alkohol yang paling tinggi. Dia merasa seperti sedang mabuk bersamanya, saat dia merasakan nafas hangat pria itu yang berhembus di wajahnya. Itu adalah ciuman pertamanya. Secara naluriah Celia meletakan tangannya di dada bidang pria itu sambil berusaha mendorongnya agar menjauh dan melepaskannya. Namun, penolakannya yang nyaris tanpa tenaga terlihat seperti kelinci kecil yang imut tapi juga begitu lemah di mata Luxian. Tanpa terasa membangkit jiwa penaklukan pria itu. Dia dengan cepat berbalik dan menempatkan kelinci kecil di bawahnya membuatnya terlihat terperangkap dan semakin tidak berdaya. Selama 28 tahun hidupnya belum pernah sekalipun Luxian kalah dari seorang wanita, dengan status dan ketampanannya wanita manapun tidak sulit untuk didapatkan, tapi tidak ada satupun yang pernah bisa membuatnya takluk. Entah kenapa seekor kelinci kecil yang tidak tahu datang dari mana berhasil membuat pertahanan dirinya rapuh. Luxian membiarkan hasrat liar menuntun dirinya keluar batas. Kelinci kecil yang lemah ini adalah buruan pertamanya, jadi dia tidak akan pernah melepaskan apapun yang terjadi, meski kelinci kecil berteriak mengerang kesakitan memohon belas kasihannya. Tapi hal itu justru membuatnya semakin menggila. Keesokan paginya, Luxian di bangunkan oleh alarm dari ponselnya. Saat menoleh ke samping, dia melihat seorang gadis berbaring dengan punggung menghadap ke arahnya. Rambut coklatnya yang panjang dan acak-acakan menutupi wajahnya dan terhampar di sprei putih. Tubuh polosnya hanya tertutup selimut hingga dada, namun lekuknya masih terlihat jelas. Bentuk proporsional terlihat seperti boneka barbie, dengan kulit seputih salju dan selembut kulit bayi. Satu kakinya yang tak tertutup selimut terlihat panjang dan ramping. Luxian melirik sosok sempurna itu dari atas ke bawah melalui sudut matanya, dia dibuat sangat terpesona. Tapi sekarang bukan waktunya untuk menikmati keindahan! Luxian teringat kembali semua kejadian semalam, membuatnya berdecak kesal pada dirinya sendiri. Dia marah karena telah melanggar komitmen yang dibuatnya sendiri, yaitu tidak akan berhubungan intim dengan seorang wanita kecuali istri sahnya. Dan lihat apa yang sudah dia lakukan tadi malam? Ada rasa penyesalan terlihat dari sorot matanya. 28 tahun usahanya untuk menahan diri dari semua godaan, tapi itu hancur begitu saja dalam semalam. Luxian berusaha berdamai dengan dirinya sendiri, Bagaimanapun juga dia bukan orang suci dan hanya manusia biasa. Tapi kenapa harus dengan gadis ini! Seorang gadis asing yang bahkan dia tidak tahu siapa namanya. Luxian menghela nafas.Jantung Celia berdegup semakin kencang, perasaannya tidak menentu.Mereka sampai di sudut jalan yang lebih sepi, tapi pria itu sudah tidak terlihat lagi. Celia berhenti dan menatap sekeliling dengan nafas yang tidak beraturan. "Dia... dia ada di sini tadi," ucapnya.Luxian mendekat, meletakkan tangan lembut di bahu Celia. "Celia, mungkin ini hanya perasaanmu. Kau mungkin melihat seseorang yang mirip, tapi Sergio... dia sudah tidak ada." Suaranya lembut, mencoba menenangkan.“Kau benar, itu mungkin hanya imajinasiku saja, Luxian maaf,” jawab Celia.***Celia melihat berita mengejutkan di ponselnya. Sebuah laporan menayangkan rekaman yang diambil oleh warga di jalan.Di layar, terlihat seorang wanita dengan pakaian lusuh dan rambut acak-acakan, tampak berusaha dipegang oleh beberapa petugas medis dan polisi. Wajah wanita itu tampak penuh dengan kebingungan dan ketakutan, sementara di pelukannya, dia memeluk bantal kecil. Wanita itu berteriak dan meronta, menolak dimasukkan ke dalam mob
Setelah berhari-hari menunggu dengan penuh harapan, keluarga Lannister akhirnya harus menerima kenyataan yang pahit. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa tidak ada korban selamat dari kecelakaan pesawat yang menewaskan banyak penumpang. Jenazah sebagian besar penumpang tidak ditemukan karena pesawat jatuh di laut lepas, membuat pencarian semakin sulit dan perlahan dihentikan. Keluarga Lannister, yang awalnya begitu berharap akan keajaiban, kini tak punya pilihan selain menyerah.Di tengah duka yang mendalam, orang tua Sergio, duduk bersama Celia di rumah mereka. Mereka tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Dalam percakapan yang penuh dengan emosi, mereka akhirnya memutuskan untuk memberikan Celia kebebasan."Celia, sayang," ujar Mrs. Lannister dengan suara lembut. "Kami tahu ini tidak mudah, dan Sergio akan selalu ada di hati kita semua. Tapi... kamu masih muda, dan kami ingin kamu bahagia. Kamu bebas untuk menikah lagi, jika kamu menemukan seseorang yang membuatmu bahagia."Celia me
Dan kemudian, tanpa peringatan, Celia mulai menangis terisak. Tangisnya begitu dalam dan penuh dengan kesedihan yang dia tahan selama bertahun-tahun. Bahunya bergetar, nafasnya tersengal-sengal, dan dia merasa seluruh dunia runtuh di sekitarnya. Tanpa berpikir panjang, Celia meraih tubuh Luxian, memeluknya erat seolah-olah dia takut kehilangan lagi. Tangannya yang gemetar melingkari pinggang Luxian, memegang erat seolah-olah dia menemukan satu-satunya pijakan di tengah badai yang menerjang hidupnya."Aku nggak tahu harus bertanya kemana lagi tentang Abigail dan semua yang terjadi." Celia terisak di dadanya, suaranya hampir tak terdengar. "Aku nggak tahu apa yang terjadi padamu. Kau menghilang. Dan sekarang aku pikir kamu sudah pergi selamanya."Luxian, yang merasakan tubuh Celia gemetar dalam pelukannya, dengan lembut membalas pelukan itu. Tangannya yang kuat namun lembut melingkari bahu Celia, menariknya lebih dekat. Dia membelai rambut Celia dengan lembut, memberikan rasa tenang d
Luxius menceritakan apa yang terjadi dan Luxian sangat terkejut. Karena saat kejadian dan berita kecelakaan di umumkan, dia sudah berada di dalam pesawat.“Sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Luxius.Hari itu, Luxian sedang bersiap-siap untuk kembali pulang setelah menjalani perawatan panjang di luar negeri. Kesehatannya berangsur membaik, dan akhirnya dia merasa cukup kuat untuk kembali ke keluarganya di Summerfield. Semua barangnya sudah dikemas, dan tiket penerbangan di tangannya menunjukkan bahwa dia akan pulang pada malam hari itu. Ada perasaan lega yang perlahan mengisi dadanya, karena setelah berbulan-bulan jauh dari rumah, dia akhirnya bisa bertemu dengan orang-orang yang dia cintai. Tapi di tengah persiapannya, sebuah peristiwa kecil mengubah segalanya.Di rumah sakit tempat dia terakhir kali melakukan pemeriksaan, Luxian bertemu dengan seorang pria yang tampak sangat panik. Pria itu duduk di bangku ruang tunggu, tampak gelisah dengan ponsel di tangannya, mengusap wajahnya b
Di ruang tunggu bandara yang penuh dengan keheningan dan kesedihan, Celia hampir tenggelam dalam kelelahan. Tubuhnya terasa begitu berat setelah berjam-jam menunggu kabar yang belum pasti. Matanya yang sembab oleh air mata hampir tertutup, dan dia mulai terjebak di antara keadaan sadar dan tidak. Kepalanya yang bersandar di pundak ibunya perlahan mulai terjatuh, seolah-olah rasa kantuk dan kelelahan telah menguasai dirinya.Namun, di tengah kondisi antara tidur dan terjaga itu, matanya yang setengah terbuka tiba-tiba menangkap sesuatu yang tak terduga. Di pintu kedatangan yang berada agak jauh dari tempat dia duduk, dia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Pria itu berjalan dengan tenang, mengenakan pakaian kasual, rambutnya yang hitam agak kusut. Di sebelahnya, ada Bryan, yang juga terlihat familiar untuk Celia.“Luxian...?” Bisik Celia pelan, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Matanya tiba-tiba melebar, dan kesadarannya mulai kembali. Dia mengerjapkan mata beberapa k
"Celia, semuanya sudah siap. Kita akan merayakan kepulangan Sergio dengan penuh suka cita," kata Eleanor, sambil tersenyum hangat di ruang tamu kediaman Montague. Meja makan sudah dihiasi dengan bunga-bunga segar dan hidangan terbaik, sementara semua orang bersemangat menunggu kedatangan Sergio.Di tempat lain, suasana serupa juga menyelimuti kediaman Davies. Mereka menerima kabar dari Luxian bahwa dia juga sedang dalam perjalanan pulang setelah menjalani perawatan di luar negeri selama berbulan-bulan. Keluarga Davies yang telah lama menanti kabar baik ini merasa lega. "Akhirnya, Luxian pulang. Aku tak sabar melihatnya," ujar Paula dengan mata berbinar. Di rumah itu, suasana dipenuhi harapan, dan Luxius tampak tersenyum lega mendengar kabar baik dari kakaknya. Setelah semua drama dan ketegangan, keluarga Davies merasa hari itu akan menjadi awal yang baru bagi mereka.Namun, ketika waktu mendekati siang, suasana yang penuh kebahagiaan itu berubah dalam sekejap.Tiba-tiba, televisi m
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments