หน้าหลัก / Romansa / Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir / BAB 26 Sebuah kopi bersama dengan kenangannya

แชร์

BAB 26 Sebuah kopi bersama dengan kenangannya

ผู้เขียน: Liana Lee
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-20 12:31:24
Setelah mendapatkan perintah dari dalam, Liana masuk dan mendapati sosok David tengah menyibukkan diri tenggelam dalam tumpukkan dokumen di hadapannya.

Fitur wajahnya yang tampan nan tegas begitu dingin dan serius menatap benda - benda tersebut.

Wibawanya terasa begitu lekat dan kuat.

Seketika hati Liana dipenuhi sesuatu, Liana merasa sosok di depannya tersebut terasa begitu asing.

Dirinya terdiam beberapa saat berdiri di ambang pintu, sebelum berbicara, "Tuan David.. ini... Kopi anda.".

Mendengar suara tersebut David sontak mendongak sekilas untuk melihat kearah sumber suara tersebut.

Dengan dingin dan acuh tak acuh ia menatap sosok gadis di depanya tersebut, kemudian ia kembali menunduk membaca dokumen yang ada di genggamannya.

Liana yang hanya mendapati lirikan singkat nan dingin tersebut secara singkat membuat dahinya berkerut bingung.

"Letakan saja di meja." Katanya singkat setelah keheningan beberapa saat.

Namun bagi Liana perintah tersebut terasa ambigu.

'Meja yang mana?' Batin
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 28 Aku akan kasih lebih

    Liana sampai di kostnya dan bergegas masuk. Dia merebahkan diri seolah pundaknya dipenuhi dengan beban.“Huft.. Menyebalkan sekali.” Keluhnya sambil menghela nafas.“Apa - apaan maksudnya ngomong kaya gitu? Dia pikir aku digaji buat dengarin curhatan dia? Dia lagi sindir aku yang pergi ninggalin dia? Apa dia gk mikir kenapa aku pergi hah?” Liana terus menggerutu kesal, sesekali memukul - mukul bantalnya. “Menyebalkan! Dasar BOS SI MANUSIA ES KIMO BODOH! Aku benci kamu! BAHKAN DARI DULU AKU BENCI! Mau ngundurin diri aja sebel deh! ARGGHHHH” Seolah malam itu dia sedang melampiaskan kekesalannya bersama kesunyian malam. Sesekali dirinya memukuli bantal seolah itu adalah David itu sendiri.Setelah dirasa cukup Liana pun pergi mandi, dengan jubah tidurnya dia keluar dan mengeringkan rambut setelah itu keluar.“Oh iya.. Kayanya aku mau cari Apart terdekat. Biar lebih nyaman..” Liana menatap langit - langit kamarnya.“Upgrade dikit, bangga dong aku kan udah kerja dan punya gaji sendiri heh

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 27 Tanyakan pada diri sendiri

    “Namun, dua tahun yang lalu dia tiba – tiba menghilang…” Lanjut David dengan ekspresi kalem, nadanya yang tenang menutupi kesedihan pada kata – kata yang baru saja ia ucapkan.Mendengar hal tersebut, seketika Liana menundukkan kepalanya tak berani menatap David.Wajahnya nampak sedih dan merasa bersalah namun ada sesuatu dalam diri dan hatinya yang seolah ingin keluar untuk menjelaskan sesuatu yang kontras dengan raut wajahnya.Mungkin saja perasaan kecewa?“Setelah kepergiannya yang tanpa kabar atau bahkan sepatah kata itupun, duniaku seakan – akan runtuh saat itu juga..” Kali ini nada bicara David terdengar sedikit suram dan kecewa.“Selama dua tahun belakangan ini aku berusaha mencari keberadaannya, bertanya – tanya kenapa dia pergi meninggalkanku begitu saja dan dimana dia? Bagaimana kondisinya? Apakah dia hidup dengan baik? Atau… Apakah dia baik – baik saja tanpaku?”.David membuka matanya mengintip untuk mengetahui reaksi Liana setelah ia berkata seperti itu.Dilihatnya Liana me

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 26 Sebuah kopi bersama dengan kenangannya

    Setelah mendapatkan perintah dari dalam, Liana masuk dan mendapati sosok David tengah menyibukkan diri tenggelam dalam tumpukkan dokumen di hadapannya.Fitur wajahnya yang tampan nan tegas begitu dingin dan serius menatap benda - benda tersebut.Wibawanya terasa begitu lekat dan kuat.Seketika hati Liana dipenuhi sesuatu, Liana merasa sosok di depannya tersebut terasa begitu asing.Dirinya terdiam beberapa saat berdiri di ambang pintu, sebelum berbicara, "Tuan David.. ini... Kopi anda.".Mendengar suara tersebut David sontak mendongak sekilas untuk melihat kearah sumber suara tersebut.Dengan dingin dan acuh tak acuh ia menatap sosok gadis di depanya tersebut, kemudian ia kembali menunduk membaca dokumen yang ada di genggamannya.Liana yang hanya mendapati lirikan singkat nan dingin tersebut secara singkat membuat dahinya berkerut bingung."Letakan saja di meja." Katanya singkat setelah keheningan beberapa saat.Namun bagi Liana perintah tersebut terasa ambigu.'Meja yang mana?' Batin

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 25 Jangan salahkan aku itu menyesakkan

    David's PoVDan setelahnya dia membuatku agak dongkol. "Kalau begitu cuti lima hari boleh?" Wilson bertanya dengan ragu dan canggung. "Boleh.." Jawabku dengan santai, tenang dan halus. Mataku masih sibuk dengan berkas - berkas di hadapanku ini. "Bagaimana kalau satu minggu?" Tanyanya lagi aku dapat mendengar keraguan dqlam nada bicaranya. Namun tak masalah. Kalau dia mau begitu akan kuberikan. "Boleh.." jawabku masih sama. "Kalau satu bulan..... B-boleh?" Hatiku terasa dongkol, pandanganku masih menunduk dan sudut mataku sedokit berkedut kesal namun aku kembali tenang. "Boleh.. Segitu juga gk masalah.." Namu aku masih menjawabnya dengan sama, sangat tenang. "Hah? Serius? Tuan..." Aku dapat mengetahui bahwa dia terkejut tanpa melihat ekspresinya, hanya dengan nada bicaranya. "Tentu saja." Ku hentikan aktivitasku, kemudian aku mendongak menatap Wilson dengan senyuman yang menyiratkan kedongkolan.Sebelum mulut Wilson terbuka untuk mengatakan sesuatu yang masih tertahan di da

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 24 Diri sendiri yang tidak masuk akal

    David's PoV Entah mengapa melihat ekspresinya tadi yang begitu senang dan puas saat melihat dekorasi ruang kerjanya membuatku memiliki suasana hati yang cukup cerah dan bagus hari ini. Tanpa sadar senyuman dibibirku terukir tipis. Aku menatap jauh langit biru yang cerah di luar jendela. Seketika terlintas dalam benakku apa yang barusan saja ku lihat. Reaksinya terlihat senang dan nyaman, terutama saat menggambarkan perasaannya pada bunga melati di dalam lukisan itu. Wilson sungguh terima kasih, pengaturannya tidak buruk juga. Bahkan sangat baik."Liana.. Aku masih ingat detail tentangmu, semua.. Termasuk apapun yang kamu sukai.. Sekarang akan kuberikan perlahan." Aku tersenyum puas dengan mata terpejam kemudian kembali membukanya untuk melihat pemandangan hamparan satu kota Lincoln dari jendela yang sedang ku tatap. "Heh, gadis kecil masih bersemangat dan penuh tekad seperti dulu ha. Kita lihat saja bagaimana kedepannya, bukan berarti aku gk akan memberikanmu pelajaran, gadis n

  • Pertemuan Kedua Dengan Tuan Takdir   BAB 23 Aku juga ingin mencobanya

    Tangannya mengepal melihat sosok dalam foto di layar laptopnya itu."Hm.. Ternyata dia.." Seketika ekspresi David menjadi sangat serius, ada kilatan amarah dan posesif dalam matanya."Liana.. Sama dia sekalipun, gk akan ku kasih. Jangan harap..."Tangannya mengepal, beberapa saat kemudian jari - jarinya dengan cekatan menggerakan mouse mengarahkan kursor dengan tepat pada suatu halaman.Matanya menatap serius dan menjelajahi dengan cermat isi halaman tersebut."Kita lihat saja nanti..."Kemudian dirinya menelpon seseorang......KlikBunyi pintu terbuka.Wilson mendongak dengan ekspresi agak senang.Liana tersenyum ramah melihat sosok Wilson yang sedang duduk di meja kerjanya yang menatap kerah Liana dengan riang."Kamu sudah kembali?" Wilson memiringkan kepalanya pandangannya teralih kearah dua cangkir dengan kepulan asap yang berada dalam genggaman Liana. Alis Wilson menyatu seolah 'Apa sebegitu beratnya tugas yang diberikan, sampai harus minum dua cangkir? Kenapa tidak pakai yang

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status