MENJAGA JARAK
POV ZULAIKA
“M-maaf, Tante. Tadi pagi … kami sudah putus. Aku dicaci maki oleh Aga habis-habisan. Aku tidak bisa ke sana. Aku mohon maaf.” Segera kumatikan sambungan telepon sebelum Tante Tiffa berbicara panjang lebar. Maafkan aku, Tante. Keluarga kalian memang cukup baik, meskipun orangtuaku tak pernah tahu tentang kalian. Namun, sepertinya aku harus segera menjauh, demi keselamatan nyawaku sendiri.
“Ada apa, Sayang?” Pak Bona melangkah mendekatiku. Memeluk tubuhku erat sambil membelai-belai rambutku mesra.
“Aga … pacarku. Dia sedang kritis di rumah sakit. Apakah Daddy …?”
 
SEMUA DUSTA YANG KUBALUT GULAPOV PAPI DANU “Mas, ke mana aja kamu? Aku nunggui dari sejam lalu!” Yeslin, kekasih hati yang sudah tiga tahun belakangan ini kupacari, menggerutu sambil memasang wajah masam. Wanita 27 tahun bertubuh sintal dengan rambut panjang yang ditata ikal gantung tersebut bangkit dari sofa. “Maaf, Yes. Aku tadi … ke tempat Pak Bona.” Wanita itu berubah wajah. Terlihat berkurang masamnya. “Apa kata dia? Kamu jadi naik jabatan, kan?” Gadis itu mencengkeram lenganku. Kuku-kuku panjangnya terasa menusuk sampai ke kulit. “I-iya ….” Agak terbata aku
POV ZULAIKAKENA JUGA BATUNYA! Aku pun tak membuang waktu lagi. Langsung kukirimkan alamat, nomor ponsel, foto, dan segala data mengenai Sarah Adiba kepada Pak Bona. Sarah memang harus mendapatkan sebuah ‘hukuman’, supaya dia tidak asal mengancam saja. Kami berteman sejak kelas tujuh, tapi mengapa dia tiba-tiba jadi seperti ini kepadaku? Menaruh curiga berlebihan sampai bersikap terlalu posesif begitu. Jelas, dia menjadi ancaman tersendiri untukku. Bagaimana kalau dia berhasil menguak rahasia besarku ini? Oh, tidak boleh! Mana ada yang boleh tahu kalau aku sekarang menjadi simpanan seorang CEO tua bangka. [Dad, aku mohon maaf karena sudah banyak merepotkan Daddy. Aku janji, ini permintaanku yang terakhir untuk melenyapkan orang.]&nb
SEKARANG GILIRAN TANTE YESLINPOV ZULAIKA Tangis dari para pelayat di rumah Sarah terdengar penuh duka. Terlebih saat jenazah gadis itu tiba dari rumah sakit dengan diantar oleh mobil ambulans. Keluarga yang telah menanti hampir semuanya menjerit histeris. Aku bisa merasakan kehilangan yang begitu kental di rumah ini. Aku pun juga ikut menangis, tapi saying itu hanya kamuflase saja. Mami, aku, dan Ario memilih untuk duduk di ruang tamu yang sudah lega tanpa perabot. Memperhatikan jenazah yang sudah dibungkus dengan kain kafan dan dimasukan ke dalam peti itu diletakkan di tengah-tengah ruangan. Aku sedikit mengintip ke dalam peti yang tak ditutupi. Tampak noda darah tembus ke kain kafan. Itu bagian kepala. Dugaanku, banyak luka di sana. Mungkin saja, tengkoraknya pecah karena menghantam aspal a
TERLAMBAT KUSADARIPOV ZULAIKA “Daddy!” Aku berteriak penuh antusias saat Pak Bona alias Daddy-ku tersayang membukakan pintu apartemennya. Lelaki yang mengenakan kimono tidur bergambar burung maleo dengan warna dasar emas tersebut langsung memeluk tubuhku erat-erat. “Cantik sekali kamu, Nona manis!” Daddy membawa tubuhku yang masih didekapnya ke dalam. Dia buru-buru menutup pintu dengan tendangan kaki dan langsung menciumi kening serta pipiku. “Thank you, Dad! Aku sengaja bolos dua jam pelajaran dengan alasan sakit perut. Jadi, aku izin pulang dan langsung naik taksi untuk ke sini. Aku tidak mau Daddy lama menunggu,” kataku sambil tersenyum semringah kepada lelaki tua yang
RASA SAKITPOV ZULAIKA Detik itu, aku merasakan ketakutan yang luar biasa di dalam apartemen Daddy. Hanya ada kami berdua dan aku merasa seperti tawanan yang dikurung dalam sangkar baja. Meski setelah mencium kakinya Daddy tak lagi tampak marah, tetap saja aku masih gemetar karena ngeri yang tak berkesudahan. Aku takut kalau-kalau dia akan menembak kepala saat aku lengah. “Sweeheart, ayo layani aku di kamar. Lepaskan pakaianmu sekarang juga!” Daddy memberi perintah kepadaku. Membuat lututku semakin lemas saja. Air mata yang sudah menggenang di pipi, terpaksa harus kuhapus dengan gerakan cepat. Aku buru-buru tersenyum demi membuat Daddy tak lagi marah. Di hadapannya, kutanggalkan satu persatu pakai
POV ZULAIKATIADA LAGI HARGA DIRIKU “Kenapa bengong begitu?” Daddy membentakku secara tiba-tiba. Membuatku menjadi kaget luar biasa. Padahal, belum hilang syokku akan perkataannya tentang swinger barusan. “Kamu mau protes? Mau nolak?” Lelaki itu meraih daguku. Aku bukan kepalang heran kepadanya. Sebentar dia marah, sebentar lagi dia lemah lembut dan menyesali perbuatan kasarnya. Namun, belum kering liurnya barusan, dia sudah berbalik emosi lagi dan menyerangku. Aku sungguh tidak mengerti dengan tabiat Daddy yang sebenarnya. “T-tidak … Dad,” jawabku terbata-bata sambil menunduk lesu.
POV ZULAIKATAK ADA YANG MENGINGINKANKU “Mas, please hari ini untuk konsumsi kita berdua aja, ya? Jangan sampai ada yang tahu. Termasuk … akun yang pesan taksi tadi,” bisikku dengan perasaan yang sangat resah. Mas Syakir yang baru kukenal beberapa jam itu menatapku lembut. Manik cokelat bersinarnya seakan cerah sekali menerangi kegundahan hati. “Tenang, Dek Ika. Kenapa harus takut? Sebelum ke sini, aku sudah selesaikan orderan. Titik turunnya nggak sampai ke hotel ini. Akun yang mesan juga nggak ngasih feedback apa pun. Kalau gara-gara ini akunku disuspend, aku nggak masalah. Toh, ini hanya kerja sampingan,” jawabnya dengan ulasan senyum yang memikat. Entah mengapa, hat
POV BONAVENTURA ADITIOHATI YANG KOSONG Mataku membelalak besar ketika melihat layar ponsel yang sedari tadi kupantau. GPS yang menunjukkan rute perjalanan taksi online yang mengantar Zulaika ke rumahnya, tiba-tiba terlihat berhenti di persimpangan jalan. Orderan diselesaikan oleh sopir taksi bernama Syakir Firdaus dengan foto profil yang cukup lumayan tampangnya. Naluri mafiaku langsung bekerja dengan keras. Perasaanku sudah berbeda. Namun, kupilih untuk tak bereaksi. Pasti ada yang tak beres, pikirku. Orderan diselesaikan secepat ini. Apa karena sebenarnya mereka singgah ke suatu tempat, bukan langsung pulang ke rumah? Aku