keceplosan deh @.@
Senyum nakal Arnold langsung menghilang. Tatapannya sempat membeku sepersekian detik sebelum ia cepat-cepat berdeham dan menegakkan bahunya.“Aku bilang …” Suara Arnold terdengar lebih berat kali ini, “… lipstikmu berantakan.”Nada datarnya berusaha terdengar santai, tetapi ketegangan di ujung bibirnya tidak bisa sepenuhnya disembunyikan.Sherin memandangnya tak percaya. “Tadi jelas-jelas kamu—”“Sudahlah,” potong Arnold cepat sambil memalingkan wajah. “Acara pelelangan sebentar lagi dimulai. Ayo.”Tanpa menunggu respon gadis itu, ia melangkah lebih dulu menuju lantai dua, seolah tak terjadi apa-apa.Sherin masih berdiri di tempat, terpaku. “Apa aku salah dengar? Tidak mungkin … tapi jelas tadi dia ….”Sherin menggigit bibirnya. Keraguan yang memenuhi benaknya membuat pikirannya mendadak terasa kacau, tetapi mendengar host acara mengaungkan suaranya, ia pun bergegas mengikuti langkah pria bertopeng itu.Sementara itu, di ruang VIP yang remang di lantai atas, seseorang yang sejak tadi
Arnold berdiri tegak di tengah aula. Sorot matanya menyapu perlahan ke setiap sudut ruangan, ke arah para tamu yang masih terpaku, terperangah oleh apa yang baru saja mereka saksikan. “Sekarang …,” Suara Arnold yang dalam dan penuh percaya diri seakan menyadarkan mereka dari rasa kaget, “... masih ada lagi yang meragukan hubungan kami?” Tidak seorang pun bersuara. Hanya keheningan yang menjawab dengan semua pasang mata yang hanya saling berpandangan dengan gugup. Bahkan Felicia, yang beberapa menit lalu masih tampak percaya diri dan congkak, kini terpaku dengan ekspresi tak percaya. Bibirnya terbuka, tetapi tidak ada satu pun kata yang sanggup keluar. Frans di sisinya, hanya menatap kaku, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Namun, tidak dapat dipungkiri jika ia merasa sangat kesal karena Sherin ternyata tidak jatuh seperti yang diharapkannya setelah mencampakkan putranya. Di tengah kecemasan dan ketakutan orang-orang, suara Arnold kembali bergema, “Saya tegaskan sekali la
Felicia yang sempat dipaksa bungkam, akhirnya ikut menyambar dengan suara yang terdengar sopan, tetapi diselimuti nada sinis yang tajam. “Benar. Meskipun saya tidak tahu siapa Anda,” ujarnya, sambil menatap pria bertopeng itu penuh penilaian."Tapi jika Anda memang pria yang berstatus tinggi, saya rasa …," lanjut wanita itu, lalu melirik tajam ke arah Sherin, "gadis seperti dia tidak pantas untuk Anda, Tuan.”Kening Sherin semakin berkerut. Ia benar-benar tidak menyangka, bahkan setelah semua yang terjadi, kedua mantan calon mertuanya itu masih berusaha menjatuhkannya—kali ini dengan cara menghasut King?Sebelum Sherin sempat mengomentari ucapannya, Felicia kembali menambahkan, “Sejujurnya… saya masih sangat bingung. Saya cukup yakin suami Nona Scarlet berasal dari status rendahan." Satu alis Arnold terangkat perlahan di balik topengnya. “Jadi,” ujarnya dingin, “Anda ingin mengatakan bahwa saya berbohong? Bahwa gadis ini bukan istri saya?”Felicia terdiam sejenak. Ia menatap pria itu
“Hanya orang bodoh yang tidak tahu dengan siapa mereka berbicara,” ucap Arnold dingin.Nada suaranya dalam, lembut, namun setiap katanya seperti menampar udara di antara mereka. Tatapan birunya yang tajam menghujam Frans, membuat pria itu seolah kehilangan nyawanya karena syok.Kedua bahu Frans menegang. Wajahnya mendadak berubah pucat pasi.Ia mengenal nama itu—King—sosok yang selama ini disebut-sebut sebagai penguasa bayangan di dunia bisnis dan bawah tanah. Investor besar di balik konglomerat raksasa negeri ini. Pria misterius yang bahkan para petinggi negara enggan menyinggungnya secara langsung.‘Sial! Kenapa aku malah lupa kalau Tuan Jovan juga mengundangnya?’ rutuk Frans di dalam hati.Beberapa hari lalu, Charles Jovan memang sempat menyinggung nama besar itu, tetapi bahkan pria tua itu sendiri tampak ragu kalau sosok misterius itu benar-benar akan datang malam ini, terlebih setelah beberapa kali undangannya ditolak tanpa alasan.Namun kini, orang yang selama ini hanya disebut-
Alih-alih merasa tersinggung, Arnold malah tersenyum sinis. “Apa saya memang terlihat seperti itu atau mata Anda yang bermasalah, Nyonya?”"Kau—!" Felicia mengertakkan giginya, merasa terhina. Namun, tatapannya perlahan menelusuri pria bertopeng itu dari ujung kepala hingga kaki, seolah ingin mencari celah untuk membuktikan ucapannya.Namun, semakin lama ia memperhatikan, semakin sulit menepis keraguan yang diam-diam muncul di hatinya.Setelan jas pria itu jelas bukan buatan sembarangan—potongannya sempurna, bahan kainnya memantulkan cahaya halus yang hanya dimiliki kain berkualitas tinggi. Sepatu kulitnya yang mengilap, jam di pergelangan tangannya, bahkan topeng yang dikenakannya pun tampak didesain secara khusus dan terlihat sangat bernilai.Felicia terdiam sejenak, bibirnya masih melengkung sinis, tetapi sorot matanya kini memancarkan keraguan yang sangat besar.Terlebih lagi, ada sesuatu pada cara pria itu bersikap, serta dari postur tubuh dan ketenangannya menunjukkan bahwa pria
Setelah keheningan yang mencekam itu, perlahan bisikan-bisikan kecil mulai merambat di setiap sudut aula—awalnya masih terdengar samar, tetapi akhirnya meledak jadi riuh dan sulit dikendalikan.“Istri? Apa saya tidak salah dengar?”“Mana mungkin … gadis itu istrinya? Bukannya dia cuma partner pesta?” “Astaga, jadi ini alasannya … Marco Langdon pasti menyesal sekarang.” “Tuan Besar Langdon benar-benar sudah menyinggung orang yang salah kali ini …”Suara-suara itu menyatu seperti gelombang kecil yang saling menabrak, menciptakan pusaran rasa ingin tahu dan ketegangan yang melingkupi ruangan megah itu.Meski tidak ada seorang pun berani menyuarakan dengan lantang, tetapi setiap pasang mata tampak antusias, seakan menanti, seperti apa tindakan yang akan diambil King terhadap penghinaan Frans.Suasana aula perlahan kembali sunyi. Hanya dentingan piano yang masih terdengar samar, seperti gema yang memecah keheningan di antara tamu-tamu yang menahan napas.Sherin masih berdiri kaku. Ia tida