halo kakak, sebagai dukungan untuk cerita ini, jangan lupa untuk meninggalkan ulasan, komentar, gems atau gift ya ^^ Terima kasih ^^
Felicia yang sempat dipaksa bungkam, akhirnya ikut menyambar dengan suara yang terdengar sopan, tetapi diselimuti nada sinis yang tajam. “Benar. Meskipun saya tidak tahu siapa Anda,” ujarnya, sambil menatap pria bertopeng itu penuh penilaian."Tapi jika Anda memang pria yang berstatus tinggi, saya rasa …," lanjut wanita itu, lalu melirik tajam ke arah Sherin, "gadis seperti dia tidak pantas untuk Anda, Tuan.”Kening Sherin semakin berkerut. Ia benar-benar tidak menyangka, bahkan setelah semua yang terjadi, kedua mantan calon mertuanya itu masih berusaha menjatuhkannya—kali ini dengan cara menghasut King?Sebelum Sherin sempat mengomentari ucapannya, Felicia kembali menambahkan, “Sejujurnya… saya masih sangat bingung. Saya cukup yakin suami Nona Scarlet berasal dari status rendahan." Satu alis Arnold terangkat perlahan di balik topengnya. “Jadi,” ujarnya dingin, “Anda ingin mengatakan bahwa saya berbohong? Bahwa gadis ini bukan istri saya?”Felicia terdiam sejenak. Ia menatap pria itu
“Hanya orang bodoh yang tidak tahu dengan siapa mereka berbicara,” ucap Arnold dingin.Nada suaranya dalam, lembut, namun setiap katanya seperti menampar udara di antara mereka. Tatapan birunya yang tajam menghujam Frans, membuat pria itu seolah kehilangan nyawanya karena syok.Kedua bahu Frans menegang. Wajahnya mendadak berubah pucat pasi.Ia mengenal nama itu—King—sosok yang selama ini disebut-sebut sebagai penguasa bayangan di dunia bisnis dan bawah tanah. Investor besar di balik konglomerat raksasa negeri ini. Pria misterius yang bahkan para petinggi negara enggan menyinggungnya secara langsung.‘Sial! Kenapa aku malah lupa kalau Tuan Jovan juga mengundangnya?’ rutuk Frans di dalam hati.Beberapa hari lalu, Charles Jovan memang sempat menyinggung nama besar itu, tetapi bahkan pria tua itu sendiri tampak ragu kalau sosok misterius itu benar-benar akan datang malam ini, terlebih setelah beberapa kali undangannya ditolak tanpa alasan.Namun kini, orang yang selama ini hanya disebut-
Alih-alih merasa tersinggung, Arnold malah tersenyum sinis. “Apa saya memang terlihat seperti itu atau mata Anda yang bermasalah, Nyonya?”"Kau—!" Felicia mengertakkan giginya, merasa terhina. Namun, tatapannya perlahan menelusuri pria bertopeng itu dari ujung kepala hingga kaki, seolah ingin mencari celah untuk membuktikan ucapannya.Namun, semakin lama ia memperhatikan, semakin sulit menepis keraguan yang diam-diam muncul di hatinya.Setelan jas pria itu jelas bukan buatan sembarangan—potongannya sempurna, bahan kainnya memantulkan cahaya halus yang hanya dimiliki kain berkualitas tinggi. Sepatu kulitnya yang mengilap, jam di pergelangan tangannya, bahkan topeng yang dikenakannya pun tampak didesain secara khusus dan terlihat sangat bernilai.Felicia terdiam sejenak, bibirnya masih melengkung sinis, tetapi sorot matanya kini memancarkan keraguan yang sangat besar.Terlebih lagi, ada sesuatu pada cara pria itu bersikap, serta dari postur tubuh dan ketenangannya menunjukkan bahwa pria
Setelah keheningan yang mencekam itu, perlahan bisikan-bisikan kecil mulai merambat di setiap sudut aula—awalnya masih terdengar samar, tetapi akhirnya meledak jadi riuh dan sulit dikendalikan.“Istri? Apa saya tidak salah dengar?”“Mana mungkin … gadis itu istrinya? Bukannya dia cuma partner pesta?”“Astaga, jadi ini alasannya … Marco Langdon pasti menyesal sekarang.”“Tuan Besar Langdon benar-benar sudah menyinggung orang yang salah kali ini …”Suara-suara itu menyatu seperti gelombang kecil yang saling menabrak, menciptakan pusaran rasa ingin tahu dan ketegangan yang melingkupi ruangan megah itu.Meski tidak ada seorang pun berani menyuarakan dengan lantang, tetapi setiap pasang mata tampak antusias, seakan menanti, seperti apa tindakan yang akan diambil King terhadap penghinaan Frans.Suasana aula perlahan kembali sunyi. Hanya dentingan piano yang masih terdengar samar, seperti gema yang memecah keheningan di antara tamu-tamu yang menahan napas.Sherin masih berdiri kaku. Ia tidak
“Benar!" Suara Frans ikut menimpali, tidak ingin ketinggalan menumpahkan amarahnya, “Apa kamu belum puas mempermalukan kami di resepsi waktu itu? Dan sekarang kamu masih ingin berulah, hah?”Sorot mata Sherin menajam, namun senyum tipisnya tetap terukir di wajah. “Berulah?” ia mengulang dengan nada dingin, nyaris seperti tawa yang ditahan. “Saya rasa justru Anda yang sejak tadi mencari masalah, Tuan Besar Langdon.”Udara di sekeliling mereka terasa menegang. Sherin tahu Frans masih menyimpan dendam dan sengaja mempermalukannya. Sebenarnya ia sempat tidak percaya pria paruh baya itu bisa bersikap sekanak-kanakkan seperti ini, tetapi tidak ada alasan lain yang bisa menjelaskan keributan yang terjadi saat ini.Mendengar tuduhan gadis itu, wajah Frans memerah karena menahan emosi. Namun, sebelum ia sempat membantah, gadis itu sudah lebih dulu berbicara,, “Jika Anda ingin saya berulah, maka saya akan melakukannya.”Frans mengerutkan keningnya, tidak memahami maksudnya—hingga gadis itu m
“Frans, kamu tidak apa-apa?” tanya wanita itu sekali lagi.Namun, Frans tidak menjawab. Ia hanya mendengus kasar dan menatap tajam Sherin yang masih berdiri diam, seolah keberadaan gadis itu telah mencemari udara yang ia hirup.Wanita itu─Felicia Windsor akhirnya menoleh mengikuti arah pandangan suaminya. Sekilas keterkejutan melintas di wajahnya ketika menyadari siapa yang berdiri di hadapannya. Namun, dalam hitungan detik, sorot matanya berubah dingin dan menusuk.“Sherin Scarlet,” ucap wanita itu dengan nada tajam, “apa yang kamu lakukan di sini?”Sherin menarik napas panjang, mencoba menahan diri untuk tidak mendengus kasar saat mendengar pertanyaan familiar itu. Sikap dingin wanita itu tidak mengejutkannya sedikit pun.Hanya saja ia mulai malas mendengar pertanyaan serupa yang meluncur dari orang-orang saat bertemu dengannya, seakan kehadirannya adalah sebuah kesalahan.Bahkan kesabaran dan sikap mengalah yang ia berikan malah dijadikan alat untuk menyudutkannya. Melihat cara Fra