Home / Romansa / Pesona CEO Muda / 4 : Antara Dua Pilihan

Share

4 : Antara Dua Pilihan

Author: Penarisca
last update Huling Na-update: 2024-12-01 23:27:24

Setelah pertemuan dengan Antonio, Nadine merasa kelelahan. Pikirannya terus berputar, dibayangi oleh kenangan lama yang kembali muncul begitu saja. Namun, di sisi lain, ada perasaan yang mulai tumbuh untuk Saga, yang semakin memperhatikan dan memberikan dukungan yang tak terduga.

Hari itu, Nadine memutuskan untuk pulang lebih awal. Mungkin ia butuh waktu untuk merenung dan merapikan pikirannya. Ia duduk di balkon apartemennya, memandangi keramaian kota yang tak pernah tidur. Udara malam terasa sejuk, memberikan ketenangan sementara untuk jiwanya yang resah.

“Apakah aku harus membuka hati lagi?” tanya Nadine pada dirinya sendiri, suara hatinya terdengar lembut namun penuh keraguan.

“Apa yang terjadi kalau aku jatuh cinta lagi? Apa yang akan terjadi pada pekerjaanku? Pada diriku?”

Di saat itu, ponselnya bergetar, mengalihkan perhatian Nadine dari pikirannya. Sebuah pesan masuk dari Saga.

Saga: "Nadine, apakah kamu baik-baik saja? Kamu terlihat agak cemas tadi pagi. Kalau ada yang perlu dibicarakan, hubungi aku."

Nadine menatap pesan itu beberapa saat. Ia tahu bahwa Saga bukanlah tipe orang yang terlalu terbuka, tetapi di setiap interaksinya, ada perhatian yang lebih dalam. Hal itu membuat Nadine merasa bingung. Apakah ia harus menerima perhatian ini? Atau tetap menjaga jarak, seperti yang ia lakukan selama bertahun-tahun?

Nadine: "Terima kasih, Tuan Saga. Saya baik-baik saja. Hanya sedikit memikirkan beberapa hal. Tidak masalah."

Nadine menekan kirim, namun tak lama kemudian, Saga membalas lagi.

Saga: "Jika kamu ingin bicara, silahkan kapan saja. Pekerjaan bisa ditunda. Aku tahu, ada hal-hal lain yang lebih penting."

Nadine terdiam. Begitu sederhana, namun begitu mengena. Ketulusan dalam kata-kata Saga membuat hatinya sedikit melunak, tetapi ia tetap menahan perasaan itu. Ia tahu, hubungan profesional dengan CEO muda itu harus tetap dijaga, apalagi dengan adanya Sisca—perempuan yang dijodohkan untuk Saga oleh keluarganya.

Setelah berpikir sejenak, Nadine memutuskan untuk membalas pesan Saga.

Nadine: "Terima kasih, Tuan. Mungkin kita bisa bicara besok pagi setelah rapat, saya butuh waktu untuk merenung."

Setelah mengirimkan pesan, Nadine meletakkan ponselnya dan kembali memandangi langit malam. Perasaannya begitu rumit, seperti benang kusut yang sulit untuk diurai. Tapi entah kenapa, ia merasa sedikit lega setelah mengirimkan pesan itu. Mungkin ini adalah langkah kecil untuk mulai membuka hati lagi.

---

Keesokan harinya, Nadine masuk lebih awal ke kantor. Pikirannya masih terjebak pada pertemuan dengan Antonio yang belum selesai. Walaupun ia mencoba untuk tetap fokus pada pekerjaan, bayangan wajah Antonio yang penuh dengan penyesalan masih terus menghantuinya..

Setelah rapat pagi yang cukup padat, Saga menghampiri Nadine di meja kerjanya. Pria muda itu terlihat lebih serius dari biasanya, namun ada kerendahan hati dalam sikapnya.

"Nadine, apakah kamu sudah memikirkan semuanya dengan matang?"

Nadine mengangkat wajahnya, menatapnya dengan sedikit kebingungan. "Maksudmu, Tuan?"

Saga menarik kursi dan duduk di hadapan Nadine. "Maksudku, tentang pekerjaan kita, atau mungkin tentang.. kita? intinya apapun itu. Aku tahu kamu sedang menghadapi banyak hal, dan aku ingin membantu, jika itu memungkinkan."

Nadine menelan ludah, hatinya berdebar. "Tuan Saga, saya… saya tahu kamu ingin membantu, tapi ada hal-hal dalam hidup saya yang lebih rumit. Saya tidak ingin melibatkan Tuan dalam masalah pribadi saya."

Saga mengangguk perlahan. "Aku mengerti. Tapi, kamu tidak perlu merasa sendiri. Aku di sini, Nadine."

Ada keheningan di antara mereka, sesaat mereka hanya saling menatap. Nadine merasa ada ketulusan dalam setiap kata yang diucapkan Saga. Dalam hatinya, ia merasakan sesuatu yang berbeda, tetapi entah mengapa, ia tetap merasa takut untuk membuka perasaan itu. Setelah tujuh tahun menutup hati, ia takut sekali jika semuanya hanya akan berakhir dengan luka lagi.

"Saya tahu, saya harus banyak belajar untuk menyeimbangkan perasaan dengan pekerjaan," Nadine akhirnya berkata, memecah keheningan. "Saya butuh waktu, Tuan. Saya tidak bisa langsung membuat keputusan seperti itu."

Saga tersenyum lembut, tidak memaksakan keadaan. "Tidak ada yang terburu-buru, Nadine. Aku menghargai waktu dan ruangmu. Tetapi ketahuilah, Aku akan selalu ada jika kamu ingin berbicara."

Nadine menunduk, merasa sedikit lega dengan kehadiran Saga yang tidak memaksa. Ia merasa dihargai, dan untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun, ia merasa ada seseorang yang benar-benar peduli padanya.

---

Hari-hari berikutnya, Nadine berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya. Namun, setiap kali ia melihat Saga di kantornya, perasaannya kembali terkecoh. Ada kedekatan yang terasa tidak biasa, namun sangat nyaman. Saga sering kali menghampirinya di sela-sela pekerjaan, menawarkan bantuan, atau hanya sekadar berbicara ringan. Ia menjadi sosok yang bisa membuat Nadine merasa tenang, meskipun perasaan itu belum sepenuhnya bisa ia pahami.

Suatu hari, di tengah hari yang sibuk, Saga mengajak Nadine untuk makan siang bersama. Nadine merasa sedikit ragu, namun akhirnya ia setuju. Mereka pergi ke restoran kecil yang tidak jauh dari kantor.

"Aku tahu kamu jarang keluar kantor, Nadine," kata Saga sambil mengatur makanannya.

"Jangan khawatir tentang pekerjaan. Kadang-kadang kita perlu mengambil jeda, kan?" lanjutnya.

Nadine tersenyum tipis, merasa nyaman dengan suasana santai itu.

"Ya, mungkin Tuan benar. Saya terlalu fokus pada pekerjaan akhir-akhir ini."

Mereka berbicara tentang banyak hal—tentang teknologi, tentang masa depan perusahaan, dan bahkan tentang hal-hal kecil yang membuat mereka tertawa. Di tengah percakapan itu, Nadine merasa seolah-olah ada dunia lain yang menghubungkan mereka berdua. Saga bukan hanya seorang CEO yang cerdas, tetapi juga seorang pria yang penuh perhatian dan penuh kejutan. Dalam beberapa hal, ia berbeda dari pria-pria yang pernah Nadine kenal.

"Tapi, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan," kata Saga setelah beberapa lama terdiam. "Tentang kamu, Nadine. Apa yang sebenarnya kamu inginkan dalam hidupmu?"

Pertanyaan itu membuat Nadine terhenti sejenak. Ia menatap Saga, melihat mata pria itu yang penuh dengan ketulusan. Ini adalah pertanyaan yang seharusnya ia jawab, tetapi ia merasa kebingungan. Apa yang ia inginkan? Setelah bertahun-tahun berjuang untuk dirinya sendiri, ia tidak tahu apakah ia bisa menjawab pertanyaan itu dengan jelas.

"Saya.. saya ingin menjalani hidup yang berarti," kata Nadine akhirnya, meski dengan ragu. "Saya ingin merasa dihargai, tidak hanya sebagai seorang sekretaris, tetapi sebagai seseorang yang memiliki impian dan tujuan."

Saga mengangguk, seakan memahami dengan baik apa yang Nadine rasakan. "Dan aku yakin kamu bisa mendapatkannya, Nadine. Kamu lebih dari sekadar seorang sekretaris."

Kata-kata Saga menggetarkan hati Nadine. Ada sesuatu yang lebih di balik perkataan itu, sesuatu yang membuat hatinya berdebar, meskipun ia masih berusaha untuk menahan diri.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pesona CEO Muda   22: Garis Antara Kita

    Pagi itu, Nadine merasa ada sesuatu yang berbeda. Setiap langkahnya terasa lebih ringan, namun jantungnya tetap berdegup kencang setiap kali teringat makan siang dengan Saga kemarin. Hubungan mereka yang semakin dalam semakin sulit untuk disembunyikan, tapi mereka berdua tahu betul bahwa di kantor, mereka harus menjaga profesionalisme.Namun, di saat yang bersamaan, mereka berdua sudah tidak bisa menahan godaan kecil yang selalu hadir, bahkan di tengah-tengah rapat penting.Pagi itu, rapat berlangsung seperti biasa. Para eksekutif dan manajer saling bertukar ide dan laporan. Nadine duduk di meja panjang, terdiam dan mencatat setiap poin yang dibahas. Namun, di antara banyaknya diskusi tentang strategi perusahaan, pandangannya lebih sering tertuju pada Saga yang duduk di ujung meja, tampak serius namun tetap memancarkan karisma yang tidak bisa diabaikan.Nadine merasa matanya terkadang bertemu dengan mata Saga, dan setiap kali itu terjadi, ada semacam kehangatan yang datang dari dalam

  • Pesona CEO Muda   21: Rahasia Di Balik Meja

    Saat rapat dimulai, suasana di ruang rapat terasa lebih intens dari biasanya. Semua rekan kerja terlihat serius, tetapi Nadine bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda. Setiap kali pandangan mereka bertemu, Nadine merasa ada semacam percikan di antara mereka berdua. Lirik-lirikan kecil yang hanya bisa dipahami oleh mereka berdua.Di tengah rapat, ketika kepala bagian keuangan sedang menjelaskan laporan bulanan, Nadine merasakan pandangan Saga yang tajam mengarah padanya. Tanpa suara, tanpa kata, hanya dengan tatapan mata, mereka berdua saling mengerti. Saga mengerutkan alisnya sedikit, seolah memberi isyarat agar Nadine memperhatikan presentasi, dan Nadine hanya mengangguk sambil menahan senyum.Pernah, saat salah seorang manajer memberikan laporan tentang proyek baru, Nadine merasakan jari Saga yang dengan sengaja menyentuh tangannya di bawah meja. Jantung Nadine berdebar begitu keras, seolah seluruh dunia hanya berputar di sekitar sentuhan kecil itu. Namun, dia hanya bisa melirik ke

  • Pesona CEO Muda   20: Ketulusan Di Bawah Bintang

    Rooftop gedung perusahaan menjadi tempat yang jarang dikunjungi kecuali oleh mereka yang mencari ketenangan. Malam itu, Nadine sengaja memilih tempat tersebut untuk menghabiskan waktu. Setelah seharian bekerja, dia butuh momen untuk bernapas. Langit malam penuh bintang, memberikan rasa damai yang tak bisa dia temukan di ruangan ber-AC dan lampu neon yang terlalu terang.Secangkir teh hangat berada dalam genggamannya. Asapnya mengepul tipis, melawan udara malam yang dingin. Pandangannya tertuju pada hamparan bintang yang seperti berlomba-lomba memamerkan sinar mereka. "Andai hidup ini sesederhana langit malam," pikirnya.Namun, keheningan itu tak berlangsung lama. Suara langkah kaki terdengar mendekat. Nadine sedikit menoleh, cukup untuk melihat siapa yang datang."Sendiri aja?" suara berat yang sudah sangat akrab itu menyapanya. Saga Avendra, CEO muda yang selalu tampil memukau, kini berdiri di belakangnya.Nadine tersenyum tipis tanpa menoleh sepenuhnya. “Kadang menyendiri itu menyen

  • Pesona CEO Muda   19: Akhir Permainan Mengawali Hubungan

    Saga dan Nadine tidak bisa lagi bersembunyi. Ketegangan antara mereka semakin memuncak setelah pesan misterius yang mereka terima. Mereka tahu bahwa Sisca tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Namun, perasaan mereka satu sama lain sudah semakin kuat, dan mereka tahu bahwa mereka tidak akan membiarkan ketakutan dan ancaman menghancurkan apa yang telah mereka bangun.---Beberapa hari setelah pesan terakhir dari Sisca, Saga memutuskan untuk bertindak."Aku sudah cukup," kata Saga, matanya penuh tekad. "Aku akan menemui orang yang ada di balik semua ini."Nadine memandangnya dengan cemas. "Saga, hati-hati. Jika Sisca tahu kita bergerak, dia bisa lebih berbahaya lagi.""Aku tahu, tapi kita tidak bisa terus bersembunyi. Kita harus menghadapi ini sekarang juga," jawab Saga. Dia meraih tangan Nadine dan menggenggamnya erat. "Kamu bersedia menghadapinya bersamaku?"Nadine terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Saga. Dia tahu betul bahwa ini bukan hanya tentang mere

  • Pesona CEO Muda   18: Permainan Belum Selesai

    Di kediaman Saga, malam ituSaga dan Nadine duduk berhadapan. Di ruangan itu, suasana lebih tenang meskipun keduanya tahu bahwa ancaman yang mengintai semakin besar.“Apa yang akan terjadi, Saga?” tanya Nadine pelan. “Jika semua ini terbuka, bagaimana jika kita tidak bisa bertahan?”Saga mengangkat wajahnya, menatap Nadine dengan penuh keyakinan. “Aku tidak akan biarkan apapun menghancurkan kita. Kita lebih kuat dari yang kita kira.”Dengan tatapan yang penuh tekad, Saga meraih tangan Nadine. “Aku akan melindungimu. Apa pun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama-sama.”Nadine menatapnya dalam-dalam. Di mata Saga, dia melihat bukan hanya janji, tetapi sebuah harapan yang menguatkan dirinya untuk bertahan.“Aku percaya padamu, Saga,” ucap Nadine, suara lembut namun penuh kepercayaan.---Namun, saat mereka berbicara, ponsel Saga berdering. Dia melihat nama yang muncul di layar, dan wajahnya berubah seketika.“Ada apa?” tanya Nadine dengan cemas.Saga mengangkat telepon dengan cep

  • Pesona CEO Muda   17: Terjebak Dalam Permainan

    Hari berlalu dengan cepat, dan suasana di kantor semakin mencekam. Orang-orang mulai memperhatikan perubahan besar yang terjadi antara Saga dan Sisca. Beberapa mulai berspekulasi bahwa hubungan mereka sudah di ujung tanduk.Namun, ada satu hal yang lebih mengguncang, sesuatu yang lebih pribadi. Saga tiba-tiba menerima telepon dari ibunya yang sudah lama tidak menghubunginya.“Saga, kamu benar-benar ingin melawan Sisca?” suara ibunya terdengar penuh kekhawatiran di ujung telepon. “Kau tahu dia bisa menghancurkan reputasi keluarga kita, bukan?”Saga menggigit bibirnya. “Ibu, aku sudah cukup mendengar ancaman dari Sisca. Aku tidak bisa hidup dalam bayang-bayangnya selamanya. Dan aku tidak akan membiarkan dia menyakiti orang yang aku cintai.”“Ini bukan hanya tentang kamu, Saga,” suara ibunya mulai terdengar lebih lembut. “Keluarga kita sudah sangat terbuka dalam dunia bisnis. Jika reputasi kita tercoreng, semuanya bisa hancur.”Saga menatap Nadine yang sedang bekerja di luar ruangan. Ada

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status