Beranda / Romansa / Pesona CEO Muda / 5 : Dunia Yang Berbeda

Share

5 : Dunia Yang Berbeda

Penulis: Penarisca
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-01 23:45:24

Keesokan harinya, perasaan Nadine masih belum bisa terurai sepenuhnya. Meskipun dia merasa nyaman bersama Saga, pikirannya terus saja kembali ke masa lalu, terutama kepada Antonio. Wajah pria itu, suara, dan kenangan mereka yang manis—semuanya seakan tak bisa dihilangkan begitu saja.

Pagi itu, Nadine tiba lebih awal di kantor. Seperti biasa, dia duduk di meja kerjanya, memeriksa email dan laporan yang masuk. Namun, hatinya terasa kosong. Pekerjaan yang biasanya membuatnya sibuk dan lupa waktu kali ini terasa begitu hampa. Dia menoleh ke arah meja Saga, yang sudah tampak kosong. Pria itu mungkin sudah datang lebih awal untuk mempersiapkan rapat penting yang akan mereka hadapi hari ini. Sejak menjadi CEO, Saga memang dikenal sangat disiplin dan penuh perhatian terhadap detail.

Nadine menarik napas panjang dan memfokuskan pikirannya kembali pada pekerjaan. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat masuk dari Antonio.

Antonio: "Nadine, kita perlu bicara."

Pesan itu seperti petir di siang bolong. Nadine merasa jantungnya berhenti berdetak sesaat. Perasaan cemas langsung menyergapnya. “Apa yang dia inginkan?” pikirnya. Sudah tujuh tahun sejak terakhir kali mereka berhubungan. Meskipun Antonio tidak mengirim pesan dalam waktu yang lama, Nadine masih merasa ada kekuatan tak terduga dalam diri pria itu—kekuatan yang selalu membuatnya goyah.

Nadine: "Ada apa, Antonio?"

Pesan balasan datang dengan cepat.

Antonio: "Aku ingin menjelaskan semuanya. Bisa kita bertemu?"

Tanpa sadar, Nadine menggigit bibir bawahnya. Hatinya berat. Ia tahu pertemuan ini akan mengungkit banyak kenangan lama, kenangan yang seharusnya sudah ia lupakan. Tapi, di sisi lain, ada dorongan kuat untuk menyelesaikan semua yang belum selesai di antara mereka.

Akhirnya, Nadine membalas pesan itu.

Nadine: "Baik, kita bisa bertemu setelah jam kerja. Di kafe tempat biasa."

Tidak lama setelah itu, Nadine merasa gelisah. Pertemuan ini jelas akan membuka kembali luka lama, namun apakah ini yang dia butuhkan untuk bisa melanjutkan hidup? Apa yang harus dia katakan kepada Antonio setelah tujuh tahun? Dan bagaimana perasaannya sekarang terhadap Saga? Semua pertanyaan itu berputar dalam benaknya tanpa ada jawaban yang pasti.

Jam berlalu, dan saat akhirnya rapat selesai, Nadine merasa seolah-olah waktunya berjalan lebih lambat. Saga tampak sibuk dengan pekerjaan kantor, seperti biasa, tetapi Nadine bisa merasakan adanya perubahan dalam dirinya. Ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka berdua. Nadine pun merasa agak canggung setiap kali Saga menatapnya, meskipun pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda ketegangan.

"Tuan," Nadine memutuskan untuk berbicara setelah rapat selesai. "Saya akan pergi sebentar setelah jam kerja ini. Ada hal pribadi yang perlu diselesaikan."

Saga mengalihkan pandangannya dari layar komputer, menatap Nadine dengan serius.

"Apa itu, Nadine? Apa ada yang salah?"

Nadine mencoba untuk tersenyum, meski dalam hatinya ada kegelisahan yang sulit disembunyikan.

"Tidak ada yang salah, hanya beberapa hal pribadi yang harus saya urus. Jangan khawatir."

Saga menatapnya lebih lama, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, namun akhirnya hanya mengangguk.

"Kalau begitu, hati-hati. Jika kamu butuh apa pun, aku ada di sini."

Ucapan itu, meskipun sederhana, membuat perasaan Nadine kembali bergejolak. Seberapa besar perhatian Saga terhadapnya? Apakah ini hanya rasa ingin tahu seorang CEO, ataukah ada sesuatu yang lebih dalam? Nadine tidak bisa menahan tanya. Tapi, untuk saat ini, dia memutuskan untuk fokus pada apa yang harus dihadapi: Antonio.

---

Setelah jam kerja selesai, Nadine pergi ke kafe tempat biasa yang dulu sering mereka kunjungi bersama Antonio. Tempat itu tidak banyak berubah. Masih sama dengan yang dia ingat, dengan suasana yang tenang dan nyaman. Nadine duduk di meja yang sudah mereka pilih sejak dulu, menunggu Antonio. Hatinya berdebar, cemas dan bingung. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah pertemuan ini.

Tak lama kemudian, Antonio muncul. Pria itu kini terlihat lebih dewasa, dengan penampilan yang lebih rapi dan percaya diri. Wajahnya yang dulu penuh dengan semangat hidup kini tampak lebih serius, bahkan sedikit kelelahan. Mata cokelatnya yang dulu selalu cerah kini terlihat lebih dalam, seperti menyimpan banyak beban.

"Nadine," Antonio menyapa dengan suara rendah.

"Aku tahu ini mungkin mengejutkanmu, tapi aku harus bicara denganmu."

Nadine menatapnya, mencoba untuk menenangkan diri.

"Apa yang ingin kamu bicarakan, Antonio? Sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu."

Antonio menarik napas dalam-dalam sebelum duduk di hadapan Nadine.

"Aku tahu, aku tidak pantas untuk meminta maaf setelah apa yang telah terjadi. Tapi aku merasa aku berhutang penjelasan padamu. Aku... aku tidak pernah melupakanmu, Nadine. Bahkan setelah semua yang terjadi."

Nadine merasa matanya mulai berkaca-kaca. Kata-kata itu begitu mengena, dan meskipun dia sudah berusaha untuk melupakan Antonio, ada bagian dari dirinya yang masih menyimpan kenangan itu.

"Antonio, kamu sudah membuat pilihanmu. Kamu memilih untuk meninggalkan aku begitu saja, tanpa peduli tentang hubungan kita. Aku tidak tahu apakah aku masih bisa percaya padamu lagi," kata Nadine, suaranya serak.

Antonio mengangguk perlahan.

"Aku tahu. Dan aku menyesalinya. Tapi sekarang, aku ingin membuktikan bahwa aku masih peduli. Aku tidak pernah berhenti berpikir tentangmu, bahkan saat aku membangun bisnis ini. Aku ingin mengembalikan semuanya, Nadine. Aku ingin kita kembali bersama."

Tiba-tiba, hati Nadine dipenuhi dengan kebingungan yang tak terkatakan. Apa yang harus dia lakukan dengan perasaan ini? Antonio, lelaki yang dulu sangat ia cintai, kini kembali datang dengan penyesalan yang mendalam. Tapi, bisakah ia mengabaikan perasaan yang tumbuh untuk Saga?

"Antonio, aku tidak tahu apakah aku bisa kembali ke masa lalu. Aku sudah terlalu lama menutup hatiku untuk seseorang. Aku takut jika aku membuka hati lagi, aku hanya akan terluka."

Nadine menunduk, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh.

Antonio menatapnya dengan penuh keinginan untuk memperbaiki segala kesalahan.

"Aku tidak akan membuatmu terluka lagi, Nadine. Aku janji."

---

Perasaan Nadine semakin terjebak di antara dua dunia yang berbeda. Antonio yang kembali datang dengan penyesalannya, dan Saga yang semakin menunjukkan perhatian padanya. Di satu sisi, ada kenangan yang ingin ia lupakan, dan di sisi lain, ada perasaan yang semakin kuat untuk pria muda yang penuh perhatian itu.

Apa yang akan dilakukan Nadine? Apakah ia akan memberi kesempatan pada Antonio untuk memperbaiki kesalahannya, ataukah ia akan melangkah maju dan membuka hatinya untuk Saga, yang meskipun lebih muda, tampaknya lebih menghargai dirinya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona CEO Muda   22: Garis Antara Kita

    Pagi itu, Nadine merasa ada sesuatu yang berbeda. Setiap langkahnya terasa lebih ringan, namun jantungnya tetap berdegup kencang setiap kali teringat makan siang dengan Saga kemarin. Hubungan mereka yang semakin dalam semakin sulit untuk disembunyikan, tapi mereka berdua tahu betul bahwa di kantor, mereka harus menjaga profesionalisme.Namun, di saat yang bersamaan, mereka berdua sudah tidak bisa menahan godaan kecil yang selalu hadir, bahkan di tengah-tengah rapat penting.Pagi itu, rapat berlangsung seperti biasa. Para eksekutif dan manajer saling bertukar ide dan laporan. Nadine duduk di meja panjang, terdiam dan mencatat setiap poin yang dibahas. Namun, di antara banyaknya diskusi tentang strategi perusahaan, pandangannya lebih sering tertuju pada Saga yang duduk di ujung meja, tampak serius namun tetap memancarkan karisma yang tidak bisa diabaikan.Nadine merasa matanya terkadang bertemu dengan mata Saga, dan setiap kali itu terjadi, ada semacam kehangatan yang datang dari dalam

  • Pesona CEO Muda   21: Rahasia Di Balik Meja

    Saat rapat dimulai, suasana di ruang rapat terasa lebih intens dari biasanya. Semua rekan kerja terlihat serius, tetapi Nadine bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda. Setiap kali pandangan mereka bertemu, Nadine merasa ada semacam percikan di antara mereka berdua. Lirik-lirikan kecil yang hanya bisa dipahami oleh mereka berdua.Di tengah rapat, ketika kepala bagian keuangan sedang menjelaskan laporan bulanan, Nadine merasakan pandangan Saga yang tajam mengarah padanya. Tanpa suara, tanpa kata, hanya dengan tatapan mata, mereka berdua saling mengerti. Saga mengerutkan alisnya sedikit, seolah memberi isyarat agar Nadine memperhatikan presentasi, dan Nadine hanya mengangguk sambil menahan senyum.Pernah, saat salah seorang manajer memberikan laporan tentang proyek baru, Nadine merasakan jari Saga yang dengan sengaja menyentuh tangannya di bawah meja. Jantung Nadine berdebar begitu keras, seolah seluruh dunia hanya berputar di sekitar sentuhan kecil itu. Namun, dia hanya bisa melirik ke

  • Pesona CEO Muda   20: Ketulusan Di Bawah Bintang

    Rooftop gedung perusahaan menjadi tempat yang jarang dikunjungi kecuali oleh mereka yang mencari ketenangan. Malam itu, Nadine sengaja memilih tempat tersebut untuk menghabiskan waktu. Setelah seharian bekerja, dia butuh momen untuk bernapas. Langit malam penuh bintang, memberikan rasa damai yang tak bisa dia temukan di ruangan ber-AC dan lampu neon yang terlalu terang.Secangkir teh hangat berada dalam genggamannya. Asapnya mengepul tipis, melawan udara malam yang dingin. Pandangannya tertuju pada hamparan bintang yang seperti berlomba-lomba memamerkan sinar mereka. "Andai hidup ini sesederhana langit malam," pikirnya.Namun, keheningan itu tak berlangsung lama. Suara langkah kaki terdengar mendekat. Nadine sedikit menoleh, cukup untuk melihat siapa yang datang."Sendiri aja?" suara berat yang sudah sangat akrab itu menyapanya. Saga Avendra, CEO muda yang selalu tampil memukau, kini berdiri di belakangnya.Nadine tersenyum tipis tanpa menoleh sepenuhnya. “Kadang menyendiri itu menyen

  • Pesona CEO Muda   19: Akhir Permainan Mengawali Hubungan

    Saga dan Nadine tidak bisa lagi bersembunyi. Ketegangan antara mereka semakin memuncak setelah pesan misterius yang mereka terima. Mereka tahu bahwa Sisca tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Namun, perasaan mereka satu sama lain sudah semakin kuat, dan mereka tahu bahwa mereka tidak akan membiarkan ketakutan dan ancaman menghancurkan apa yang telah mereka bangun.---Beberapa hari setelah pesan terakhir dari Sisca, Saga memutuskan untuk bertindak."Aku sudah cukup," kata Saga, matanya penuh tekad. "Aku akan menemui orang yang ada di balik semua ini."Nadine memandangnya dengan cemas. "Saga, hati-hati. Jika Sisca tahu kita bergerak, dia bisa lebih berbahaya lagi.""Aku tahu, tapi kita tidak bisa terus bersembunyi. Kita harus menghadapi ini sekarang juga," jawab Saga. Dia meraih tangan Nadine dan menggenggamnya erat. "Kamu bersedia menghadapinya bersamaku?"Nadine terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Saga. Dia tahu betul bahwa ini bukan hanya tentang mere

  • Pesona CEO Muda   18: Permainan Belum Selesai

    Di kediaman Saga, malam ituSaga dan Nadine duduk berhadapan. Di ruangan itu, suasana lebih tenang meskipun keduanya tahu bahwa ancaman yang mengintai semakin besar.“Apa yang akan terjadi, Saga?” tanya Nadine pelan. “Jika semua ini terbuka, bagaimana jika kita tidak bisa bertahan?”Saga mengangkat wajahnya, menatap Nadine dengan penuh keyakinan. “Aku tidak akan biarkan apapun menghancurkan kita. Kita lebih kuat dari yang kita kira.”Dengan tatapan yang penuh tekad, Saga meraih tangan Nadine. “Aku akan melindungimu. Apa pun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama-sama.”Nadine menatapnya dalam-dalam. Di mata Saga, dia melihat bukan hanya janji, tetapi sebuah harapan yang menguatkan dirinya untuk bertahan.“Aku percaya padamu, Saga,” ucap Nadine, suara lembut namun penuh kepercayaan.---Namun, saat mereka berbicara, ponsel Saga berdering. Dia melihat nama yang muncul di layar, dan wajahnya berubah seketika.“Ada apa?” tanya Nadine dengan cemas.Saga mengangkat telepon dengan cep

  • Pesona CEO Muda   17: Terjebak Dalam Permainan

    Hari berlalu dengan cepat, dan suasana di kantor semakin mencekam. Orang-orang mulai memperhatikan perubahan besar yang terjadi antara Saga dan Sisca. Beberapa mulai berspekulasi bahwa hubungan mereka sudah di ujung tanduk.Namun, ada satu hal yang lebih mengguncang, sesuatu yang lebih pribadi. Saga tiba-tiba menerima telepon dari ibunya yang sudah lama tidak menghubunginya.“Saga, kamu benar-benar ingin melawan Sisca?” suara ibunya terdengar penuh kekhawatiran di ujung telepon. “Kau tahu dia bisa menghancurkan reputasi keluarga kita, bukan?”Saga menggigit bibirnya. “Ibu, aku sudah cukup mendengar ancaman dari Sisca. Aku tidak bisa hidup dalam bayang-bayangnya selamanya. Dan aku tidak akan membiarkan dia menyakiti orang yang aku cintai.”“Ini bukan hanya tentang kamu, Saga,” suara ibunya mulai terdengar lebih lembut. “Keluarga kita sudah sangat terbuka dalam dunia bisnis. Jika reputasi kita tercoreng, semuanya bisa hancur.”Saga menatap Nadine yang sedang bekerja di luar ruangan. Ada

  • Pesona CEO Muda   16: Ancaman Yang Menguji

    Saga duduk di depan meja kerjanya dengan ponsel di tangan, membaca ulang pesan anonim yang baru saja diterimanya. Dia tahu Sisca sedang mencoba mengintimidasi, tetapi kali ini dia tidak akan membiarkan Nadine terjebak dalam permainan itu sendirian.Dia langsung menghubungi pengacara keluarganya, meminta langkah hukum untuk melindungi dirinya dan Nadine. Setelah itu, dia menelepon seseorang yang sudah lama dipercayainya untuk menyelidiki Sisca dan orang-orang yang terlibat dalam menyebarkan rumor.---Di kantor, pagi harinyaNadine tiba di kantor lebih awal, berharap bisa menghindari tatapan dan bisik-bisik dari rekan-rekan kerjanya. Namun, saat dia duduk di mejanya, dia menemukan sebuah amplop berwarna merah di atas keyboard.Dengan hati-hati, dia membuka amplop itu. Isinya adalah foto dirinya dan Saga, diambil dari berbagai sudut. Beberapa foto menunjukkan mereka berbicara di ruang rapat, dan ada satu foto saat Saga menyentuh tangan Nadine beberapa hari lalu.Di bawah foto itu, terda

  • Pesona CEO Muda   15: Dibawah Ancaman

    Beberapa hari kemudianSaga mendatangi rumah Nadine di malam hari. Ketika Nadine membuka pintu, dia terkejut melihat wajah Saga yang penuh tekad.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya.“Aku tidak bisa tinggal diam, Nadine. Aku sudah menemukan siapa yang mengirimi email itu.”Nadine terdiam, hatinya berdebar. “Siapa?”Saga mengepalkan tangannya. “Itu memang orang suruhan Sisca.”Air mata Nadine hampir tumpah. Perasaannya antara marah dan takut. “Kenapa dia melakukan ini, Saga? Apa dia benar-benar membenciku sebanyak itu?”Saga mendekat, memegang kedua bahunya dengan lembut. “Bukan karena dia membencimu, Nadine. Tapi karena dia takut kehilangan kendali atas hidupku. Aku sudah berbicara dengan keluargaku, dan aku memastikan bahwa pertunangan itu tidak akan pernah terjadi.”Nadine menatapnya ragu. “Tapi dia tidak akan berhenti, Saga. Sisca... dia bukan orang yang mudah menyerah.”Saga tersenyum kecil, penuh keyakinan. “Aku tahu. Tapi aku juga tidak akan menyerah untuk melindungimu. Aku

  • Pesona CEO Muda   14: Luka Yang Terpendam

    Keesokan harinya, Nadine masih menjaga jarak. Dia berusaha menghindari kontak mata dengan Saga. Pekerjaannya dia selesaikan dengan cepat, memastikan tidak ada alasan untuk berbicara lebih dari yang diperlukan.Namun, Saga tidak membiarkan itu begitu saja.“Nadine, bisa kita bicara sebentar?” Saga menghampiri mejanya, suaranya rendah tapi penuh tekad.Nadine menatapnya sekilas sebelum mengangguk. “Tentu, Pak. Di ruangan Anda?”“Tidak. Kita bicara di luar, setelah jam kerja,” tegas Saga.Nadine tidak punya pilihan selain mengiyakan.---Malam itu, di sebuah kafeSaga memilih tempat yang sepi, jauh dari keramaian. Nadine datang beberapa menit setelahnya, dengan ekspresi penuh keraguan.“Aku tidak tahu harus mulai dari mana,” ujar Saga begitu mereka duduk. “Tapi aku harus menjelaskan segalanya sebelum kau salah paham lebih jauh.”Nadine diam, menunggu. Dia tidak ingin memotong pembicaraan, meskipun hatinya terasa berat.“Sisca dan aku... kami memang dijodohkan oleh keluarga. Tapi aku tida

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status